Friday, November 15, 2013

DIY Bear Christmas Wreath


Christmas is coming! Suasana Natal belum terlalu terasa. Tapi lagu-lagu Natal mulai terdengar di rumah-rumah, pohon-pohon Natal mulai dipasang, & hiasan-hiasan Natal pun nggak ketinggalan. Mulai terlihat styrofoam-styrofoam, karton-karton, dan pita-pita berbentuk Santa Claus, Rudolf, Snowman, Christmas socks, Mr. Gingerbread , and so on.

Saya termasuk yang excited dalam menyambut Natal. Ada beberapa alasan. Firstly, di Natal ini saya banyak berharap akan turun banyak mujizat untuk kesembuhan putri tercinta saya, Ubii. Okay, go on. Secondly, saya excited karena ini Natal pertama kami sebagai keluarga, dengan Ubii tentunya, yang akan kami rayakan di kota asal saya, Salatiga. Woohoo!

Thursday, November 14, 2013

Suami Selingkuh, Wajar?



Hello again. Sebenarnya ini tulisan lama yang pernah dipublish di sini. Ternyata belum ditulis di blog, jadi boleh lah dipaste ke sini (padahal karena belakangan ini nggak ada ide). *Hiks*

Kali ini saya mau sedikit cerita tentang sesuatu yang sangat mengganjal #tsaah.
Jadi, begini … kemarin suami dapat tawaran 1-2 kaleng bir di rumah tetangga sebelah rumah yang sedang merayakan anniversary-nya yang ke-7 bersama istrinya. Itu sudah malam, mungkin pukul 12-an. Atas nama ‘rikuh’ dan nggak enak menolak ajakan (kami penghuni baru), maka suami menjawab ya. So, those guys (my husband & my neighbor) were finally having some beer. Sepertinya mereka cocok. Sama-sama pecinta fotografi dan sama-sama pecinta tato, kloplah sudah.
Di tengah-tengah obrolan mereka (yang nampaknya seru), si tetangga (sebut saja X)  tiba-tiba menerima telpon. Tapi, anehnya, dia ngumpet-ngumpet. Celingak-celinguk dulu baru terima telpon. Bicaranya pun bisik-bisik tetangga #lagunya Elvi Sukaesih jaman dulu LOL.  Suami saya diam saja. Tiba-tiba, X dengan santainya bilang, “Biasa, istri kedua.” :0

Obviously, my husband was shocked and didn’t know what to say or how to react. Itu bukan semacam obrolan ringan untuk basa-basi yang mudah untuk dijawab seperti “Tadi dari mana?” atau “Abis makan apa?” atau “Besok mau ngapain?”. Suami saya juga baru kali itu ngobrol dan spent time with X. Jelas, dia bingung … I can even guarantee that he put his ‘bloon’ face that nite :p LOL. Akhirnya, suami basa-basi juga sambil bilang, “Dia tahu kalo Mas X sudah nikah?”

Mas X menjawab dengan jumawa, “Ya, tahulah! Peraturan pertama orang selingkuh, dia harus tahu kalau kita sudah berkeluarga jadi dia nggak macem-macem dan berhati-hati.” #facepalm. Dalam hati saya doa supaya jawabannya yang sebelas-duabelas seperti ngajarin itu tidak dicontoh suami saya … #AMIN berjamaah.

Malam itu kami menghabiskan malam dengan terheran-heran kenapa Mas X bisa punya istri kedua. Istrinya (untuk ukuran perempuan yang sudah punya anak) CANTIK! Anaknya lucuuuu banget. Mereka kaya. Rumahnya merupakan salah satu rumah paling asri dan keren di perumahan kami. Mereka keliatan akur dan mesra. Mereka saling bilang ‘I LOVE YOU‘ di Twitter (saya dan suami malah jadi kepo sama akun mereka :D) How can he possibly cheat on his wife? He seems to have an almost perfect life. Pretty wife and daughter, cool job, nice house, and some expensive cars. HOW COME?

Bukannya saya nggak pernah liat orang selingkuh sebelumnya. Saya, toh, juga pernah selingkuh-selingkuh iseng. Tapi, itu semua sebelum menikah. If we’re already married, how can we dare to break the commitment, break not only our spouse’s heart, but also spouse’s family? Really, that’s something which is very very out of my mind. Apalagi Mas X bilang bahwa dia punya istri kedua dengan sangat-sangat santai seolah itu bukan hal tabu/dosa/salah/memalukan.

Sekarang, saya jadi mikir, apa betul kebanyakan pria (baca: suami) berpendapat bahwa punya istri lebih dari satu itu biasa? Atau, apa saya yang di sini terlalu naif masih percaya bahwa makhluk bernama suami itu PASTI bakal setia kayak Noah di The Notebook, Henry di 50 First Dates, atau Leo di The Vow? Apa ini berarti saya harus mulai lebih mempercantik diri, mengurangi ngemil supaya nggak tambah gendut, belajar masak, dan lain-lain untuk mencegah suami saya mengikuti jejak Mas X? Apa yang sebenarnya benar-benar bisa bikin suami bersyukur? Kehidupan yang nampak nyaris sempurna seperti Mas X, kok, masih bisa bikin dia selingkuh? Apa segitunya menurunnya kualitas pria (baca: suami) zaman sekarang sampai-sampai bisa membuat saya (atau mungkin perempuan-perempuan lain) jadi parno nggak jelas?

Ah...

Friday, November 1, 2013

The Don'ts for Parents


Semalam saya menonton film berjudul Pieces of April. Film ini sangat membekas dalam hati saya sampai saya mewek di akhir cerita. Hihihi. Secara garis besar, Pieces of April menceritakan tentang tokoh bernama April yang memilih pergi dari rumah dan hidup mandiri di kontrakan kecil bersama kekasihnya. Di sini diceritakan bahwa hubungan April dan keluarganya nggak baik. Bahkan di beberapa scenes terlihat bahwa ibunda April kurang begitu menyukai April dan bahkan menganggap April sebagai malapetaka.

Tapi, tentu saya nggak akan bercerita tentang film itu di sini. After effect menonton film tersebut lah yang ingin saya bagikan. Setelah menonton film tersebut, spontan saya teringat mama saya. Saya kangen padanya tapi saya nggak pernah bisa mengungkapkannya karena hubungan kami memang tidak begitu dekat. Mama saya berwatak keras dan tegas. Beliau jarang mengungkapkan kata-kata pujian. Sebaliknya, beliau kerap kali mengkritik dan mengingatkan saya untuk ini dan itu. Sayangnya, cara penyampaiannya kurang nyaman jadi Grace kecil selalu menganggap mamanya galak. Saya pikir saya akan melupakan itu. Ternyata nggak. Jadi saya mencoba mengingat kembali apa-apa saja yang diucapkan mama saya. Bukan untuk mengingat yang buruk-buruk tentangnya, melainkan untuk pembelajaran supaya saya nggak mengulangnya kepada Ubii. Jadi di sini, saya mencoba menulis lebih dari sudut pandang seorang anak daripada seorang ibunya Ubii. (PS: Mama selalu mendukung saya untuk berbagi jadi ini bukan ajang untuk membongkar aib yah, hehehe)