Sebelumnya, saya ingin menghaturkan turut berbela sungkawa yang sedalam-dalamnya untuk keluarga dari Ade Sara Angelina Suroto. Bagi yang belum tahu, Ade Sara meninggal dunia karena dibunuh oleh mantan pacarnya dan pacar barunya. Foto-foto Ade Sara berikut pembunuhnya juga silakan googling sendiri. Saya ndak sampai hati mau ngepost. I was too broken hearted reading the news..
What made me sad is the fact that the murderers are only 19 years old! Ya Tuhan.. mereka masih muda sekali. 19 tahun saya masih kuliah, ber-haha-hihi dengan teman-teman dan jajan cireng atau batagor sepulang kuliah. 19 tahun adalah usia produktif, bukan?! The second fact saddening me is that Ade Sara was the only child of her parents. Duh, nggak sanggup saya membayangkan perasaan ibunya. Semoga mereka kuat dan ikhlas. Amin.
Sebenarnya kasus pembunuhan Ade Sara ini bukan satu-satunya cerita tentang hal negatif yang dilakukan anak muda ya. Sebelumnya, ingat kah kita dengan kasus siswi dan siswa SMPN 4 Jakarta yang direkam teman-temannya saat saling mencium dan memegang alat kelamin? Kasus itu sempat heboh beberapa waktu yang lalu. Sebelum video di-banned, saya dan suami sempat menontonnya. Oh my dear God, hati kami mencelos miris. Kok bisa anak-anak SMP sudah tahu pegang-pegang area vital, atau yang biasanya disebut grepe-grepe, begitu? Saya menonton video itu malam-malam. Setelah nonton video amatir itu, saya dan suami iseng googling dan searching di YouTube dengan keyword "video porno mesum anak SMP". Bejibun munculnya! Saya anak SMP era 90-an. Memang mungkin saya tahu kissing dan grepe-grepe sebelum waktunya, saya akui itu. Tapi, nggak pas jaman SMP juga! SMP saya masih diwarnai dengan mengisi buku biodata untuk kemudian diedarkan ke seisi kelas, membangun menara dari kotak pensil supaya teman-teman nggak mencontek ulangan saya, dan kejar-kejaran main gobag sodor. Barusan saya iseng googling lagi, and guess what I found! Sebuah artikel berjudul 76 Persen Anak Kelas 4-6 SD di Jakarta Lihat Pornografi.
Wow, pornografi bahkan sudah menyentuh anak-anak SD. I was like, hell seriously?!!! Lalu saya BBM-an sama teman saya ngobrol ngalor-ngidul tentang ini. Teman saya itu malah menambah kuatir hati saya. Ia bercerita kalau anak-anak SD memang sudah tau pornografi, bahkan sejak pada jamannya! FYI, teman saya ini lebih tua 2-3 tahun daripada saya. Ia bercerita bahwa dulu saat ia SD, anak-anak SD populer sudah berpacaran sampai french kissing segala, dan bahkan mereka menceritakan itu dengan nada bangga seolah itu adalah prestasi yang patut diapresiasi. Ketika teman saya bertanya dari mana mereka tahu french kiss dan peluk-pelukan, mereka dengan jujur menjawab bahwa mereka mencontoh dari adegan-adegan di film Dawson's Creek. Ada yang nonton serial itu? Ini ada beberapa foto sekedar mengingatkan (kalau saya sih emang nggak nonton, hehehe).
Credit |
Awalnya saya kira mungkin jawabannya adalah dengan memasukkan Ubii ke sekolah dengan nilai-nilai agama yang kuat, sekolah dengan mata pelajaran agama yang cukup dominan. Mungkin anak disekolahkan di pesantren bagi yang Muslim dan di sekolah asrama bagi yang Nasrani. Saya pikir itu jawabannya. Tapi, kemudian saya mendengar cerita dari teman saya yang lain bahwa ada anak temannya yang juga kedapatan membuat video mesum padahal ia disekolahkan di pesantren! Wow, jadi pilihan sekolah dengan pelajaran agama yang kuat, belum cukup menjadi jaminan ya mungkin?
Lalu saya berdiskusi lagi dengan teman saya itu. Beneran deh, diskusi kami jadi panjang lebar karena kami sama-sama parno, seperti apa dunia yang akan dihadapi Ubii dan anak teman saya kelak. Diskusi kami menghasilkan kesimpulan tentang apa yang harus kami lakukan untuk menjaga Ubii. Saya sekedar pingin share saja, sama sekali nggak punya tendensi menggurui atau apa. :)
- Jalin kedekatan antara anak dengan orangtua. Karena anak saya, Ubii, perempuan, maka nantinya mungkin akan menjadi tugas saya untuk lebih mendekatinya. Karena ibu tentu harus mengajari banyak hal untuk anak perempuannya mulai dari haid pertama, bagaimana memasang dan memilih pembalut, bagaimana menyikapi perubahan ukuran dada, dan lain-lain.
- Saya harus berusaha untuk nggak nge-judge Ubii. Saya harus membiarkan Ubii bercerita apa saja pada saya. Walau mungkin Ubii salah, saya harus menemukan cara yang tepat dan bersahabat untuk menyadarkan Ubii bahwa ia salah. Pengalaman saya dengan Mama, dulu Mama kerap langsung memarahi saya. Akibatnya, saya jadi takut tiap kali ingin curhat. Akhirnya saya nggak pernah curhat lagi. Kapok. Takut langsung dimarahi, malas langsung ditegur padahal saya belum punya kesempatan untuk menjelaskan dari kacamata saya. Intinya, gimana caranya supaya Ubii mau terbuka dengan saya, Mami-nya, tanpa merasa takut, nggak aman, dan was-was dimarahi.
- Saya harus mulai mengajarkan Ubii sex education secara sederhana. Dulu, mungkin sex education baru diberikan saat SMA. Kini? Rasanya Ubii perlu tahu tentang itu tanpa perlu menunggu sampai ia jadi gadis berseragam putih abu-abu. Saat Ubii masih kecil, tentu saya nggak perlu mengajari bagaimana proses reproduksi terjadi, bagaimana sel sperma bisa berenang menuju ovum. Mungkin saya hanya akan mengajarkan supaya Ubii tahu mana area tubuhnya yang boleh dan nggak boleh disentuh untuk sembarang orang. Area kepala, oke lah. Area kaki, waspada lah. Area leher sampai paha, red alert, cepat-cepat angkat kaki jauhi orang asing itu. Dulu saya pernah menulis artikel tentang sex education untuk anak, yang dimuat di mommiesdaily.com dengan judul Child Sexual Abuse. NO! Lengkapnya ada di situ, ya.
- Nggak terlalu sering melarang-larang Ubii: jangan begini, jangan begitu, nggak boleh ini, nggak boleh itu. Pengalaman saya, terlalu sering dilarang malah bikin saya penasaran; kenapa dilarang, kenapa kok nggak boleh, cobain aaahh. Nah, kan, malah bahaya juga kalau terlalu banyak dilarang. Anak memang punya curiosity mereka sendiri. Bagaimana mereka bisa tahu banyak hal kalau terlalu banyak dilarang? Mungkin jalan tengahnya adalah kembali ke poin nomor 2: bikin atmosfer yang nyaman dan free judgment supaya Ubii mau terbuka dan cerita apa saja pada saya. Harapannya, sih dengan Ubii mau cerita apa saja, saya jadi bisa tahu perkembangannya sampai di mana sehingga lebih mudah buat saya untuk memberikan sinyal kalau ada yang sudah dirasa belum waktunya atau nggak wajar atau belum boleh dilakukan Ubii.
- Nggak terlalu sering melarang Ubii bergaul dengan si A, si B, si C, dan seterusnya. Saya tipe orang yang beranggapan bahwa banyak teman maka akan kaya dengan banyak hal. Kalau teman Ubii kelak memang menmberi pengaruh buruk, saya kembali lagi ke poin nomor 2: Ubii mau terbuka soal itu. Dari teman yang memberi pengaruh buruk, Ubii juga bisa belajar memilah hal baik dan nggak baik, menurut saya.
- Lanjutan dari poin nomor 2, mungkin saya harus dan akan membiasakan untuk punya 'sharing time' berdua dengan Ubii. Di situ Ubii bebas bercerita apa saja mulai dari hal-hal sepele sampai hal-hal yang menggalaukan hatinya. Harapan saya sih, Ubii akan mau benar-benar jujur termasuk (mungkin) ketika ia diajak temannya menonton video mesum.
- Sisanya, tentu saja, berdoa berdoa dan berdoa terus supaya Ubii dilindungi Tuhan, mendapat teman-teman dan lingkungan bermain yang sehat. Amin.
Ini sebuah reminder yang tegas dan keras bagi kita, para orangtua, yang membuka mata kita bahwa dunia yang akan ditinggali anak-anak kita nggak selalu aman dan nyaman. Ini reminder yang tegas dan keras bagi kita, para orangtua, bahwa tugas kita bukan meng-create dunia yang nyaman dan aman, melainkan menyiapkan anak-anak kita untuk hidup di dunia yang makin banyak tantangannya.
Love,
Gesi
tadi juga sempat kaget,kirain umur yg bunuh itu 20th keatas tenyata 19 tahun...astaghfirullahaladzim......
ReplyDeletePR berat untuk para orangtua dan calon orangtua *saya*
menarik mba..sy berumur 28thn & waktu SMP jg suka curi2 nontong film dawsons creek..klo ketaian ya ga blh, org isinya prgaulan benas gt.wlopun ga porno, tp ckp buat "ngajarin" anak cara pacaran gaya dunia barat..hufhhh
ReplyDeletetrus, tentang gaya asuh, saya suka bgt ikutin tekniknya psikolog toge aprilianto mak..inu putrimosi ga dibyr ya..hehe awalnya baca web nya www.monaratuliu.com yg nyeritain gmn dia didik anaknya dgn bhs yg sederhana jd mndh bgt dimengerti..lengkapnya aku jg nulis di blog ku mak, blh mampir :-) tp krn anakku msh 3 thn jd blm nyentuh ke area situ.wlopun pake metode toge, uda diajarin dr kcl, klo kita mw mandiin/bersihin alat vital kitapun ortu hrs ijin dulu ke anak, spy anak tau bhw itu aurat/alat vital yg penting buat dia jg
kalo menurutku juga memilah bacaan dan tontonan yang layak untuk diliat, mak. selain sharing, orangtua juga bisa memilah apa yang terbaik. kadang kita ngira masih normal bacaannya, ga taunya harus udah ada label dewasa. aku sering pas ngeresensi buku kaget sendiri. novel teenlit kok temanya udah aneh2
ReplyDeleteAamiin.
ReplyDeleteSemoga kita bisa menjaga dan membesarkan anak2 dg akhlak yang baik ya, Mbak ^^
Baca beritanya, ngeri banget :(.
Miris banget mak...PR berat u Ortu smua...sering komunikasi dg anak2 dan selalu memperhatikan mereka itu mgkn sangat membantu mak...kr biasanya klo anak krg perhatian mrk akan mencari perhatian dr yg lain...itulah yg menakutkan mak grace...ya klo ke tmpt yg baik klo ke tmpt yg...duhhh jd serem bayanginya...semoga kt bs mendidik anak2 kt menjadi org yg berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur ya mak...
ReplyDeletesore bunda,,
ReplyDeleteaku juga miris sama ceritanya sarah,,
simple ya kenapa dia ngebunuh
"cuma karena putus gak keep kontak,,,"
fuih,,,,,
itu anak 2 gk mikir masa depan apa ya,,polisi indonesia canggih,,gak ada pembunuhan yang gak ketahuan pembunuhnya siapa...
perempuannya juga gak mikir ngebuktiin cinta pake cara kaya gimana,,
menurut aku orang tua juga harus membatasi diri saat bermesraan dengan pasangan nya,,
pengalaman dulu waktu SD ,,teman-teman aku tahu ciuman , mandi bareng, main "kuda2an" ya karena orang tua mereka sendiri,,
inget banget dulu waktu SD ,,salah satu teman ada yang polos cerita,,
"tadi malam aku liat papa niban mama,, terus pagi nya mama sama papa keluar kamar mandi barengan,,"
si teman juga memeragakan apa yang dilakukan oleh orang tuanya ,,,
krena kita masih bocah ya gak ngerti banyak juga,, apalagi dulu informasi terbatas,, tapi karena posisinya kita udah kelas 5 SD ,,dan ada kakak2 kelas juga yang denger obrolan kita,, ya jadinya ngerti juga,, (*walaupun gak ngerti2 amat,,
ada banyak cara buat mencapai gerbang pornografi,, sekarang apapun itu bisa di akses dari google,, semua informasi ada,, kebayang deh kalau aku anak kecil yang hidup di jaman sekarang,,
saat teman bercerita ,, pasti langsung googling,, dan kemudian membuat kesimpulan sendiri
Orang tua yang terbuka, gak judgement ,percaya sama si anak, itu yang dibutuhkan si anak,, :)
betul mak gees...jaman sekarang...saya suka speechless kalau membaca berita-berita sekarang..mulai dari narkoba, pornografi hingga tindak kriminal..masya Allah...sebegitu parahnya kah dunia ini...
ReplyDeleteKalau sudah begini, anak-anak dan orang tua harus siap...komunikasi memang salah satu cara ampuh...anak-anakku memang masih kecil, tapi kebayang dooong pada saat mereka besar nanti seperti apaaa....makasih sharingnya...semoga kita semua dilindungi yang Kuasa...
Mak Gesi aku juga suka khawatir soal perkembangan jaman yg semakin maju, namun semakin banyak hal2 negatif terjadi karena banyak manusia salah menyikapi hidup.. Tugas kita sebagai ortu dari anak perempuan semakin berat, semakin banyak tantangannya ya mak.. Mudah2an kita bisa menjalani peran kita sbg the best mother, at least for our daughter :)
ReplyDeleteAku barusan baca berita soal kasus Ade Sara itu, setelah semalem secara nggak sengaja ternyata aku buka twitter kepunyaan pembunuhnya. Huaaa. Aneh banget.
ReplyDeleteTahun-tahun berikutnya, orang tua pun sepertinya harus ekstra keras menjaga anak-anaknya ya Mak. Ah, memang saya masih sekitar lima tahunan lagi boleh menikah, tapi harus banyak-banyak belajar juga dari Emak-emak sekalian cara mendidik anak yang bener :))
speechless :( , kembali lagi ibu adalah sekolah pertama anak, ibu adalah sosok yg dipercaya plg bisa dan ampuh untuk dekat dengan anak, pelajaran agama dan akhlak sepertinya masih jadi pilihan utama, karena di dalamnya ditanamkan banyak ilmu dan kebaikan, rasa takut akan Tuhan, itu bisa jadi benteng utama. semoga kita bisa jadi orgtua yang mampu mendidik dan membesarkan anak-anak kita ke arah yang baik aamiin :) *doa sungguh-sungguh
ReplyDeletemari kita jaga bersama generasi muda kita
ReplyDeleteMiris ya sama keadaan itu. Beberapa wakty yang lalu saya mampir ke K*C. Disana ada beberapa anak muda yang menurut saya mukanya masih bagai anak SMP, duduk pangku-pangkuan. Dan itu bukan satu dua pasang saja. Kaget melihatnya, dan langsung aware kalo jaman sekarang aja kayak gitu, gimana jaman mada sudah besar nanti ya..
ReplyDeletejadi tambah dukdukcer kalo gini mah..
Aku malah baru tahu ada kasus pembunuhan ini.... ikut berduka bagi korban dan keluarganya. Memang film dan bacaan banyak memberikan contoh yang mengajak... Kartun-kartun kekerasan sebaiknya juga dihindari atau diawasi oleh orang tua. Terkadang karena terbiasa melihat menjadi 'kebal' hati untuk melakukan kekerasan. So sad...
ReplyDeletesedih ya... salut sama ibunya :(
ReplyDeletehttp://m.detik.com/news/read/2014/03/07/134050/2518682/10/
Ibu Sara: Yang Tenang ya Nak, Ibu Pasti Maafin Hafitd dan Sifa
"menyiapkan anak-anak kita untuk hidup di dunia yang makin banyak tantangannya." couldn't agree more Mak, especially setelah berbagai berita negatif yang melibatkan ABG
ReplyDeletemiris ya mak.....kok anak umur segitu dah berpikiran membunuh...ngeliat ayam di sembelih aja saya ga tega....ini kok membunuh manusia....bener2 psikopat...
ReplyDelete@Mak Hanna: Berat banget, Mak... Waswas juga jadinya bayangin nanti jadi seperti apa lingkungan anak-anak kita :(
ReplyDelete@Mak Muti: Waa, mau banget dong mampir balik. Bagi link postingan ttg toge-toge itu dong, Mak :)
@Mak Ila: Yes, setuju! Kalau tontonan mungkin masih terbantu dengan keterangan PG-13 atau PG-17 ya, tapi kalau bacaan gimana? Berarti kita harus baca dulu bukunya sebelum anak boleh baca ya, Mak? Apa aja sih tema-tema aneh Teenlit sekarang? Kudet beraaatttt
@Mbak Novia: Amin amin amin, ini wajib amin berjamaah nih. Huhuhu. Parno berats.
@Mak Irowati: Setujuu, kalau larinya ke tempat yg enggak2 bisa ke narkoba, miras, gank motor, haduh, mungkin masih banyak lagi yg kita sudah nggak update lagi nih.. :(
@Mbak Putri: Waw, statement menarik! Iya yah, nggak terpikirkan sebelumnya olehku, cewek juga HARUS mikir-mikir gimana cara yg bener buat buktiin cinta biar nggak berujung kayak Syifa. Suka juga ttg info Mbak Putri kalau kita sbg ortu juga harus tau rambu-rambu mesra-mesraan di depan anak ya. Hmmm, bener-bener harus dipertimbangkan banget. Makasih sharenya ya Mbak :*
@Mama Bo et Obi: Amin amin amin. Time flies so fast. Beneran, beda banget sama jamanku SMP loh ini. Yakiinnn! :(
ReplyDelete@Mak Arifah: Amin ya, Mak, semoga. Iya nih, jaga anak perempuan kok kayaknya lebih berat ya.. (mungkin yg punya anak cowok beda lagi pendapatnya ya krn aku juga belum punya anak cowok). Tapi anak cewek punya 'sesuatu' untuk dijaga. PR sekali.. Huhuhu.
@Mak Ashima: Ngepo Twitter nya yah? Aku pingin ngepo semalem, ternyata udah dihapus yg si Hafit. Eh, malah nggak sengaja nemuin foto mayat Sara saat ditemukan di pinggir jalan. Huhuhu. Sedih. Pasti nggak akan tega, Mak liat mayatnya. Nggak bisa bayangin perasaan ibunya liat anak gadisnya jadi begitu :((((((
@Mak Dame: Suka banget kata-kata Mak Dame: ibu adalah sekolah pertama anak. Amin, amin, amin. :"")
@Mak Ida: Mariii! Ikutan Mak! :D
@Mak Dwi: AH! Serius Mak anak-anak SMP begitu di tempat umum? Huhuhu. Di tempat umum ramai keluarga pada makan aja bisa gitu, di tempat sepi gimana. Ogah bayangin. Masih SMP loh ini... OMG! :(((
@Mak Haya: Iya ya Mak. Sekarang kartun pun juga udah nggak selalu 'aman' lagi. AKu nggak ngikutin kartun sekarang tapi kayaknya Upin Ipin yg so far kulihat masih oke ya, ada pelajaran moralnya juga, dan lucuuu :D
@Mak Natvin: Bener banget, salut sama ibunda Sara. Hatinya besar banget :"""""(
@Mak Heni: Abis dapet cerita, sekarang anak-anak SD pun udah mulai merokok! OMG! Gimana nggak parno cona kalo gini Mak? :((
@Mak Enci: Cinta yg nggak tepat ya Mak Enci, saking cinta-nya jadi gelap mata nggak pikir panjang. Huhu
PR orang tua. Bukan hanya dirimu, mak, yang memiliki PR buat Ubii. Aku juga. Anakku laki-laki, dan laki-laki memiliki otak yang sangat cerdas untuk cepat menangkap segala hal yang berhubungan dengan sex.
ReplyDeleteMungkin yang menjadi tambahan adalah menumbuhkan kemampuan untuk saling bertenggang rasa dan saling menghargai. Aku kira, kasus pembunuhan ini, awalnya dari ketersinggungan salah satu pihak karena kurangnya perasaan saling menghargai. Dan untuk masalah hubungan dengan lawan jenis, saling menghargai ini diperlukan supaya tetap pada koridor norma yang baik :)
ketcup cinta buat Ubii :)
ulasannya lengkap banget, mak..
ReplyDeletememang sudah jadi tugas ortu buat mengawasi tumbuh kembang anak..
Semoga kita semua dapat menjadi orang tua yg baik bagi anak2 kita ya. Butuh peran kedua ortu. Kemarin sempat dibahas di acara salah satu psikolog ternama. Pembunuhnya ini kurang peran ayah dalam kehidupannya. Jadi baik anak laki atau perempuan. Peran ayah menjadi krusial. Dan katanya produsen pornografi dan narkoba mengincar anak2 SD. Karena mereka sudah melakukan research bahwa rata2 titik jenuh (karena sekolah terlalu dini) ada di sekitar unur kelas 3 SD.
ReplyDeleteaku nonton dulu serialnya :) sebagai orang tua jadi was-was ya
ReplyDelete