Sumber |
Bagaimana? Ya dengan hal yang saya bisa dan menjadi fokus saya. Hal yang mungkin masih sederhana dan belum ada apa-apanya dibanding apa yang sudah dilakukan oleh orang-orang hebat. Tapi ndak apa-apa, perubahan kan dimulai dari hal sederhana, yes? :)
Sumber |
Keadaan Ubii dengan Rubella membuat saya termotivasi untuk belajar tentang seluk-beluk TORCH, khususnya Rubella. TORCH, yang selama ini saya teriakkan, adalah Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Semua orang bisa terinfeksi TORCH. Tapi, infeksi ini akan SANGAT berbahaya jika menyerang ibu hamil karena bisa mempengaruhi perkembangan janin. Akibatnya, bayi bisa lahir dengan disabilitas dan gangguan kesehatan bawaan seperti yang dialami anak saya.
Ketika saya mendapati keadaan Ubii, saya marah pada dokter kandungan yang saya temui. Mengapa mereka nggak mengedukasi saya? Mengapa mereka nggak menyuruh saya untuk screening TORCH? Mengapa mereka dengan yakinnya berkata bahwa janin saya 100% sehat? Saya marah pada Indonesia. Mengapa pemerintah nggak melakukan sosialisasi TORCH? Mengapa edukasi TORCH terasa eksklusif? Mengapa di rumah sakit, klinik bersalin, dan puskesmas nggak ada brosur atau pamflet yang membuat para pasien ngeh apa itu TORCH? Intinya, saya menyalahkan orang lain. Lama-lama saya sadar, saya juga turut ambil bagian dalam kesalahan ini. Lhah, saya yang hamil. Saya yang mau punya anak. Kok saya nggak mengedukasi diri saya sendiri? Kok saya nggak aktif mencari tau apa yang perlu dipahami selama hamil? Ini kan janin saya, ya saya adalah orang yang paling bertanggungjawab untuk kesehatannya dong. Bukan orang lain. Bukan dokter, bukan bidan, dan bukan pemerintah. Saya. Ibunya.
Blaming others is too easy, realizing our own mistakes is not that easy. Tapi syukurlah, masa menyalahkan orang lain sudah terlewati. Saya nggak mau jalan di tempat terus dengan menyalahkan orang lain. Memang, belum semua dokter kandungan aktif menyebarkan sosialisasi TORCH. Memang, pemerintah juga belum mulai menggalakkan sosialisasi TORCH. Memang, TORCH belum mendapat perhatian sehingga biaya screening yang mahal pun juga belum diberi subsidi. Memang, edukasi TORCH masih eksklusif di Indonesia. Then what? Menunggu sampai pemerintah Indonesia bergerak? No way. Saya mau ikut ambil bagian. Saya mau bergerak. Ini bentuk kecintaan saya pada Indonesia, terutama pada kaum ibu dan anak-anak. Ini bentuk kecintaan saya terhadap masa depan anak-anak Indonesia.
Mengapa saya mau ikut ambil bagian? Yang sudah sering berkunjung ke blog saya atau blog Ubii (dih, geer amat sih Ges?!) pasti sudah tau alasannya. Tapi biarlah saya teriakkan lagi di tulisan ini. Alasannya:
- Infeksi TORCH pada ibu hamil dapat menyebabkan bayi lahir dengan kebocoran jantung, gangguan pendengaran, katarak bawaan, hepatosplenomegali, mikrosefali, trombositpenia, ganguan motorik, gangguan kognisi, encephalitis, bahkan keguguran. Saya yakin kita semua setuju bahwa yang saya sebutkan barusan BUKAN hal sepele. BUKAN hal yang bisa sembuh dalam hitungan hari. BUKAN hal yang bisa sembuh hanya dengan minum obat beli di warung dekat rumah. Ya kan?
- Infeksi TORCH pada ibu hamil yang menyebabkan anak lahir dengan disabilitas membutuhkan biaya pengobatan atau rehabilitasi yang sangat besar. Contohnya anak saya. Gangguan pendengaran menyebabkan Ubii butuh memakai alat bantu dengar. Biaya sepasang alat bantu dengar bisa kita gunakan untuk membeli 2 buah motor matic. Belum lagi biaya konsultasi dokter, obat rutin, fisioterapi, tes pendengaran, USG jantung, dan lain-lain. Untuk alat bantu dengar sendiri, sudah kah ada subsidi? Belum. Bayangkan, bagaimana dengan mereka yang kurang mampu? Saya yakin kita semua setuju kalau biaya yang dibutuhkan sama sekali nggak kecil.
- Infeksi TORCH pada ibu hamil BISA dicegah. Ini yang saya perjuangkan. Sosialisasi dan edukasi TORCH, supaya para calon ibu hamil dapat mencegahnya dengan screening TORCH. Memang terasa mahal, sekitar 2,5 juta. Tapi mari kita bandingkan 2,5 juta untuk mencegah dengan biaya pengobatan yang bisa mencapai puluhan juta. Saya yakin kita semua setuju bahwa peribahasa 'Lebih baik mencegah daripada mengobati' itu benar adanya.
- Infeksi TORCH yang membuat bayi lahir dengan disabilitas pasti pada awalnya membuat para orangtua
galaubingung dan hancur. Saya mengalami itu. Saya bingung harus bagaimana. Saya nggak tau saya harus cerita pada siapa. Saya cari komunitas atau yayasan atau apapun yang berisi kumpulan orangtua dengan pengalaman seperti saya. Hasilnya, nihil. Saya merasaterasingsendirian. Saya nggak mau ibu lain mengalami kebingungan seperti saya. Saya pengen mereka punya teman sepengalaman untuk bertukar isi hati dan informasi. Saya pengen mereka tau, mereka nggak pernah dan nggak akan sendirian. - Infeksi TORCH pada ibu hamil belum benar-benar mendapat perhatian dari dinas kesehatan. Mau tunggu sampai kapan? Harus ada berapa Ubii-Ubii lainnya dulu sampai TORCH mendapat atensi? Maaf, saya nggak bisa menunggu saat itu tiba. Maaf, saya bukan orang yang mau sabar untuk urusan yang sama sekali nggak sepele ini. Maaf, saya harus mulai bergerak. Sekarang. Bukan besok, bulan depan, atau tahun depan. Ini beban moral bagi saya.
Tulisan ini bisa dibaca di sini |
Puji Tuhan, di-share 277 kali |
Karena teman baru yang saya kenal sudah cukup banyak, saya rasa sosialisasi TORCH nggak cukup hanya lewat BBM. That's why, tanggal 2 Oktober 2013, saya membuat Rumah Ramah Rubella sebagai wadah baru untuk melancarkan visi saya. Visi nya sederhana saja, nggak muluk-muluk dulu, yaitu meningkatkan awareness masyarakat Indonesia, khususnya para calon ibu, tentang infeksi TORCH. Lewat Rumah Ramah Rubella, kami menyerukan pentingnya pencegahan TORCH dengan screening. Kami mencari materi dari internet, lalu kami share ke Rumah Ramah Rubella supaya anggota bisa belajar bersama. Kami juga mengadakan seminar untuk umum dengan tema mengenali ciri-ciri gangguan TORCH pada anak.
Sosialisasi TORCH nggak hanya kami lancarkan dalam bentuk seminar, tapi juga kalender. Kalender ini menampilkan foto-foto anak-anak di Rumah Ramah Rubella dengan harapan kita bisa sama-sama melihat sebegitu jahatnya infeksi TORCH pada ibu hamil. Kalender ini juga dilengkapi dengan edukasi TORCH yang sumbernya kami ambil dari materi seminar, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Kampanye tentang pentingnya pencegahan TORCH juga kami serukan lewat pin dan kaos. Ini media yang simple, sekaligus sebagai kesempatan untuk fund raising. Maklum, dengan usia yang muda dan bentuk yang masih hanya komunitas, dana harus kami usahakan sendiri. Hehehe.
Ternyata meningkatkan awareness masyarakat tentang pentingnya screening TORCH saja masih kurang. Ada beberapa anggota Rumah Ramah Rubella yang membutuhkan informasi terkait rehabilitasi buah hatinya (fisioterapi, terapi wicara, terapi mendengar, dan lain-lain). Ini jelas harus diperhatikan juga lantaran nggak semua orangtua mampu membawa anaknya terapi. Ada beberapa kendala seperti biaya, ketiadaan tempat terapi, jarak yang cukup jauh antara rumah dan tempat terapi, atau nggak punya kendaraan untuk membawa anaknya terapi. Maka dari itu, Rumah Ramah Rubella juga mengadakan workshop AVT (Auditory Verbal Therapy) alias terapi mendengar.
Keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya di Rumah Ramah Rubella membuat kami nggak bisa rutin mengadakan seminar atau workshop. Maka kami mensiasatinya dengan merekam sesi terapi anak-anak yang beruntung bisa mengikuti terapi dan mengunggahnya ke channel YouTube Rumah Ramah Rubella. Harapannya, dengan workshop dan video ini adalah orangtua yang terkendala membawa anaknya terapi bisa belajar dan mempraktikkannya di rumah.
Cinta pada Indonesia yang sehat juga diwujudkan dengan menyambut baik undangan untuk sharing seputar TORCH di beberapa talkshow dan perusahaan. Tujuannya untuk menggaungkan pentingnya screening TORCH dan meningkatkan awareness masyarakat. Kami di Rumah Ramah Rubella selalu menyambut baik tawaran berbagi, baik dengan atau tanpa imbalan. Mendapat tempat dan kesempatan saja sudah kami syukuri. Ayo kalau ada yang pengen disambangi sharing dari kami, we will be more than happy to come. :)
Diundang oleh Poltekkes Yogyakarta |
Diundang oleh mahasiswa kedokteran UGM |
Diundang oleh talkshow dr. Oz Indonesia |
Diundang oleh PT Alfamart Trijaya |
Diundang oleh PT Avrist Assurance |
Diundang oleh Siloam Hospitals dan Berita Satu TV |
Uluran tangan dari Rabbit Hole |
Uluran tangan dari Blackmouz Milestone Clothing |
Tahun ini ada 3 anak di Rumah Ramah Rubella yang berpulang ke hadirat-Nya akibat dampak dari infeksi TORCH yang berat. Perjuangan ini untuk mereka. Anak-anak yang berjuang melawan dampak infeksi TORCH sampai akhir hayat mereka dan yang saat ini masih berjuang, termasuk anak saya. Perjuangan ini untuk mereka. Para orangtua yang kehilangan. Perjuangan ini untuk mereka. Para calon orangtua yang dilanda kecewa karena terlambat menyadari bahwa infeksi TORCH bisa dicegah dengan screening TORCH. Perjuangan ini untuk mereka. Para orangtua baru yang hatinya tercabik karena bayi mereka lahir dengan disabilitas. Perjuangan ini untuk mereka. Para orangtua yang kesulitan dari segi apa pun dalam mengobati dampak infeksi TORCH pada anak-anak mereka. Perjuangan ini untuk mereka. Para calon ibu yang harus mengedukasi diri supaya anaknya kelak terlahir sehat dan utuh. Perjuangan ini untuk mereka. Para calon ayah karena ayah pun wajib ikut berperan dalam menyehatkan calon anak-anaknya. Perjuangan ini untuk mereka. Anak-anak Indonesia supaya terlahir sehat karena akan banyak yang harus diperjuangkan jika mereka lahir dengan kebutuhan khusus. Perjuangan ini untuk Indonesia. Yang lebih sehat.
Akhirnya, saya ingin berbagi apa yang dikatakan oleh Mr. John. F. Kennedy, "Jangan tanya apa yang bisa Indonesia berikan untuk Anda. Tanyalah pada diri Anda sendiri, apa yang bisa Anda lakukan untuk Indonesia." (Saya ganti kata negara dengan Indonesia ya karena kita tinggal di Indonesia)
Sumber |
Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan :Aku Dan Indonesia di BlogCamp
ReplyDeleteDicatat sebagai peserta
Salam hangat dari Surabaya
Terima kasih, Pak Dhe :)
Deletebravoooo mak Gess...langkah nyata yang didorong oleh kepedulian dan rasa cinta pada negara dan anak-anak bangsa..Semoga menang yaaah...cheers et salam kangen,,
ReplyDeleteAh, Mak Indah.. I miss you too... Hiks. Kapan ya bisa ketemu lagi. Mak Indah ikutan ini juga nggak? Cheers et muah muah :p
Deletekeren mak, ..semoga menang yah..
ReplyDeletesaudara sy juga ternfeksi rubella, dan masih berjuang utk terapi...
Makasih Mak kunjungannya. Salam semangat untuk saudaranya ya. Umur berapa saudaranya Mak? Kalau berkenan boleh gabung ke RRR saling menyemangati :)
DeleteTerharu bacanya, Mak Gesi. Tahap-tahap kehidupan memang tak mudah, tapi selamat sudah berbuat untuk banyak orang. Semoga Ubii juga kuat, sekuat maminya.
ReplyDeleteKala hamil Palung, saya cuma baca buku panduan kehamilan dan di sana tidak banyak bahas soal TORCH/campak Jerman secara mendetail. Seakan awak medis Indonesia pun tidak tahu banyak. Jadi hal yang harus saya lakukan hanya mencoba menjaga diri dan janin dari kemungkinan penyakit yang berbahaya bagi bumil (ibu hamil). tapi 'kan tidak semua orang bisa mawas, bagaimana dengan yang kecolongan karena tidak tahu atau tidak peduli? Makanya sosialisasi kesehatan bagi bumil pun sangat penting. Seandainya saja bisa sampai ke pelosok daerah terpencil di wilayah Indonesia bagian mana pun.
Sosialisasi Mak Gesi telah membawa arti bagi saya juga, pengetahuan saya bertambah. Semoga saja seiring waktu Rumah Ramah Rubella mendapat tempat bagi masyarakat luas di Indonesia. Seandainya saja screening TORCH bisa dilakukan gratis di puskesmas terdekat. Seandainya saja pemerintah pun tergerak untuk mengedukasi rakyatnya.
Apa pun itu, selamat, ya, Mak. Sudah berbagi ilmu pada Indonesia.
Nama anaknya Palung, Mak? Keren banget. Unik. Doakan aja ya Mak supaya itu bisa terwujud. Sebenernya RRR ada wacana untuk membuat brosur/pamflet ttg TORCH lalu bekerja sama dg puskesmas utk menyebarkan itu di puskesmas. Tapi sementara ini masih terkendala biaya dan tenaga. Semoga segera dapat solusi. Amin. Kalau untuk subsidi gratis screening, hmm, kayaknya masih agak jauh ya.. Awareness nya dulu yg harus ditingkatkan. Tapi harus tetap semangat. Sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit, semoga. :)
DeleteMakasih info dan ilmunya yang bermanfaat banget, Mak, semoga menang dan sukses selalu ya Mak
ReplyDeleteTerima kasih doanya Mak. Amin. Ayo ikutan lomba nya Pad Dhe juga :D
DeleteMama Ubiii, suka banget denga sharing yang seperti ini. Menambah pengetahuan.
ReplyDeleteSemoga ada tindak lanjut serius dr pemerintah, ya.
Sun sayang buat Ubiii.
Tengkyu Mak Idah udah mampir. Amin amin amin, semoga ya Mak. Sun sayang kembali dari Ubiibo :***
DeleteGood luck ya mak ges
ReplyDeleteMakasi Mak Lid, doa Mak Lid manjur nih, hihi :*
Deleteemak satu ini emang keren banget sih...
ReplyDeleteindonesia bakal lebih sehat klo bnyk org2 seperti mami ubii, semoga :)
AMIN. Harapan kita semua tuh, Mak Donat ^^
Delete