Menunjukkan perhatian itu baik. Sangat baik. Namun, kalau ditunjukkan dengan cara yang kurang tepat, maksud baik kita bisa jadi nggak tampak, ya? Hal inilah yang kerap saya temui, dengar, dan rasakan seputar mengasuh Ubii dengan kebutuhan khususnya. Hal ini ternyata juga dirasakan oleh banyak sekali orangtua dengan ABK di Rumah Ramah Rubella. Tulisan ini adalah hasil saling sharing dengan mereka.
Ketika amprokan dengan teman di jalan yang baru tau kondisi Ubii, biasanya mereka komentar, "Kasihan banget anakmu, Ges." Hmmm. Sejujurnya, saya PAHAM, tentu mereka nggak bermaksud buruk. Mereka hanya ingin menunjukkan empati tapi mungkin sulit menemukan kata-kata yang tepat. Honestly, kami, para orangtua dengan ABK, sudah sebisa mungkin memperbanyak tabungan keikhlasan, menduplikasi kesabaran, dan menebalkan telinga. Tapiiii, sebagai manusia, tentu ada dong saat-saat di mana tabungan kesabaran, keikhlasan, dan semangat kami menipis dan butuh dire-charge. Di saat butuh re-charge seperti ini, dengar kata-kata kasihan kasihan kasihan (nada Upin-Ipin), sakitnya tuh... di sini. :')))
Nah, jadi apa-apa saja sih yang sebaiknya nggak diucapkan, ditanyakan, atau ditunjukkan pada orangtua dengan anak berkebutuhan khusus?
- "Kasihan banget ya anakmu." Terdengar cheesy, tapi sungguh sebetulnya kami nggak ingin dikasihani. Diksi 'kasihan' seolah menunjukkan bahwa anak-anak difabel kami ini adalah beban dan kemalangan. Padahal, kami (sedang berusaha) melihat mereka sebagai ujian dan ladang amal. Mungkin maksudnya adalah kalian ber-empati. Namun, empati nggak selalu bisa ditunjukkan dengan diksi 'kasihan' loh.
- "Anakmu kok begitu, pasti dulu kamu pernah berusaha gugurin ya?" Ini pertanyaan yang sama sekali nggak menunjukkan empati. Coba baca-baca dulu, banyak alasan yang bisa dipertanggungjawabkan secara medis sebagai penyebab anak lahir dengan kebutuhan khusus.
- "Anakmu begitu karena menanggung dosa-dosa orangtua nya." Pernyataan paling kejam sejagad raya galaksi Bima Sakti. Rasanya nggak mungkin ya seseorang sampai hati berkomentar begini? Eits, ada loh yang bilang begini. Teman saya di Rumah Ramah Rubella ada yang mengalaminya. Sontak, ia tersinggung dan menghardik si bapak yang mengatakan ini. Please, jangan ucapkan ini. Kalau misal kamu sampai hati berpikir ke sana, at least dibatin saja lah. Jangan diucapkan pada kami.
- "Anakmu nggak bisa denger, biasanya nanti nggak bisa ngomong juga." Ini maksudnya apa? Saya anggap ini sebetulnya rasa ingin tahu saja - apakah anak yang nggak bisa mendengar nantinya akan bisa belajar bicara. Cara bertanya atau komentarnya saja yang perlu diperhalus sedikit. Pernyataan seperti itu cenderung melemahkan semangat kami dalam memperjuangkan perbaikan kemampuan mendengar dan bicara anak-anak kami yang tuna rungu.
- "Anakmu ada gangguan pendengaran dan udah pakai hearing aids setahun kok belum ada progress? Anak tetanggaku baru pakai hearing aids 5 bulan sudah bisa babbling loh." Membanding-bandingkan kemampuan anak-anak kami dengan anak lain (walau sama-sama difabel) juga kurang nyaman untuk didengar. Jangankan ABK, anak normal A aja nggak bisa dibandingkan dengan anak normal B, bukan? Pertanyaan seperti itu mau nggak mau menuntun kami untuk berpikir, "Iya ya, kenapa anakku nggak secepat tetangganya?" Bagus kalau orangtua ABK tersebut kemudian bersemangat mengevaluasi perkembangan anaknya, mencari apa yang kurang, apa yang perlu ditingkatkan, dan di mana letak miss nya. Tapi, kalau malah jadi down, gimana?
- "Kamu nggak bisa ngurus anakmu dengan baik sih, makanya anakmu jadi begitu." Oh, tau kah kalian berapa banyak yang harus kami kesampingkan untuk memperjuangkan perbaikan kemampuan anak-anak difabel kami, baik dalam waktu, biaya, tenaga, dan perasaan? Sebetulnya, kami toh juga nggak butuh pengakuan. Tapi, pertanyaan begitu mau nggak mau bikin kami berpikir, "Apa harus aku jembrengin semuanya biar kalian tau?"
- "Cantik/gantengnya anakmu, sayang ya tuna rungu." Makaciiy anak kami dibilang cantik dan ganteng. Puji syukur. Nah, saat ini kami sedang mengupayakan agar mereka cantik dan ganteng juga hati dan kemampuannya. Doakan yah. Disabilitas anak-anak kami bukan sesuatu yang patut disayangkan, ditangisi, dan dijadikan duka, kok.
- "Anakmu aktif banget ya, lari sana-sini nggak bisa diam... Oh pantes, tuna rungu toh ternyata." Rasanya ini terdengar seperti stereotype kalau ABK pasti perilakunya minus di telinga kami. Dan rasanya kurang nyaman untuk didengar.
- "Anakmu berkebutuhan khusus ya? Terus gimana dong nanti masa depannya?" Berikut jawaban kami: Semoga sama cemerlang-nya dengan anak-anak kalian. Amin. Masa depan anak-anak berkebutuhan khusus kami nggak ditentukan oleh apa disabilitasnya, melainkan ditentukan oleh seberapa konsisten kami memperjuangkannya dan menanamkan kemandirian pada mereka kelak. Kami ingin optimis. Jangan patahkan optimisme kami dengan komentar seperti ini ya.
- "Kalau tau anakmu bakal begini, kenapa dulu nggak digugurkan aja sih?" Kira-kira kami harus menjawab gimana kalau ditanya begini? :))
Nah, daripada mengucapkan atau menanyakan dengan cara seperti itu, mari kita channel empati dan keingintahuan kita menjadi lebih positif untuk didengar dengan ini:
Semangat! Kamu pasti bisa menjalankan amanah ini. Anakmu pasti bisa. Semoga proses pengobatan dan terapinya dilancarkan ya. Amiinnn
Ke-10 hal di atas bisa meruntuhkan semangat dan optimisme kami. TAPI, saya juga sadar bahwa kami, orangtua ABK, pun juga harus menguatkan diri dulu supaya nggak mudah terpengaruh dengan komentar orang lain. Seperti yang saya bilang di atas, sebetulnya kami sudah bisa ikhlas dengan kondisi anak-anak difabel kami. Namun, namanya juga manusia, tentu nggak luput dari perasaan down dan patah semangat juga, kan? Saat-saat ini lah di mana kami berharap nggak mendengar komentar-komentar seperti itu. Tapi, ada baiknya berhati-hati dalam menunjukkan empati sih teteup. Karena kita nggak pernah tau, apakah orangtua ABK yang kita ajak ngobrol sudah bisa ikhlas dan bersemangat atau belum. Salah-salah, ia masih ada dalam fase denial. Takutnya, 10 komentar tadi bakal membuatnya semakin sulit 'lulus' dari fase denial nya.
Selain 10 komentar tadi, menatap anak-anak difabel kami lama-lama juga bisa bikin nggak nyaman. Oh, tentu kami mengerti kalau kalian ingin tahu apa sih yang dipakai anak-anak tuna rungu kami di telinga, kenapa sih anak-anak low vision kami memakai kacamata tebal padahal masih balita, kenapa sih anak-anak dengan keterlambatan motorik kami terlihat pasif dan nggak bisa melakukan ini-itu layaknya anak-anak seusianya yang normal, dan lain-lain. Sungguh, kami memahami. Tanyakan lah langsung pada kami, ya. Jangan hanya ditatap lama-lama seolah anak-anak difabel ini tontonan umum. Sungguh, bertanya lah. Kami akan menceritakan apa yang terjadi pada anak-anak kami dengan senang hati. Justru, sebetulnya pertanyaan-pertanyaan dari kalian inilah yang kami tunggu-tunggu. Karena pertanyaan kalian akan kami manfaatkan untuk sekalian berbagi edukasi agar jangan sampai keluarga/lingkungan terdekat kalian mengalami apa yang kami alami saat ini.
Itulah hasil sharing dengan para orangtua di Rumah Ramah Rubella. Saya compile jawaban-jawaban mereka. Hasil sharing mayoritas adalah mereka senang jika ditanya karena mereka (dan saya tentu saja) bisa sekalian menyampaikan edukasi tentang TORCH pada ibu hamil. Tapi jangan lupa, sampaikan pertanyaan-pertanyaan dengan sewajarnya, ya. Tanpa menghakimi dan tanpa berburuk sangka.
Saya contohkan sedikit, kira-kira seperti ini:
(Maaf) Kalau boleh tau Pak/Bu/Mas/Mbak, itu telinga anaknya dipakaikan apa ya? / itu kacamata apa ya? Boleh saya tau?
Begitu kira-kira. Semoga ini bisa bermanfaat untuk teman-teman yang ingin mengobrol dengan orangtua ABK tapi khawatir salah berucap.
Untuk teman-teman orangtua dengan ABK, ingat juga ya. Kita juga perlu membekali diri masing-masing dengan kesabaran, keikhlasan, dan semangat. Jangan gampang sakit hati sehingga kita jadi reaktif. Sebetulnya, kuncinya adalah pada diri kita sendiri. Kendalikan hati dan pikiran masing-masing. Yang pegang 'remote control' hati kita ya kita sendiri. Bukan orang lain. Ayo, tegakkan kepala. Perjuangan masih panjang, loh. Selama kita masih belum bisa embrace amanah ini, bagaimana anak-anak kita bisa menjadi anak yang kuat kelak? Food for thoughts, yah. :))
Bacaan lain tentang kayak apa sih rasanya punya anak berkebutuhan khusus? - pernah saya tuliskan di CHSI-ABK (Catatan Hati Seorang Ibu (dengan) Anak Berkebutuhan Khusus.
Love,
Semangat mami Ubii,,, tetaplah jadi penyemangat ubii yah :)
ReplyDeleteAmin, semoga. Thanks, Teh Tian :*
DeleteAku baru baca blog mu mami ubii. Dan sekarang jadi fans nya mami dan ubii.. Selalu semangat ya mami dan ubii.. Salam kenal dari mami Kenzie..
ReplyDeleteHai Mami Kenzie! Salam kenal. Aku udah mampir blognya tadi, tapi belum ngomen. Nanti malam balik lagi ah :D
DeleteSalut dg dirimu mbak ges..:)
ReplyDeleteIni cuma hasil compile aja kok, Mak Rizka, hihihi. Makasih udah mau mampir dan ninggal jejak :*
DeleteEmosi dewe baca pernyataan2 konyol itu. Ga ada no. 2 kebawah udah ga ada empatinya blasss..huh..
ReplyDeleteSemoga mami gessi n mami2 ABK lain selalu diberi kesabaran. Aamiin
Ahahahaha. Ya kaann... Dirimu aja ikut emosi. Apalagi temen-temenku yang ngalamin sendiri. Duh, nggak kebayang. Puji syukur, aku belum pernah mengalami. Tetap semangaaatt :D
DeleteMereka adalah anak-anak luar biasa. Diberi kekuatan 1000x lebih keras untuk mengarungi samudra kehidupan. Tetap semangat, tetap berjuang.
ReplyDeleteTetap hebat untuk orangtua yang selalu berikan yang terbaik untuk mereka.
Amin. Doa yang indah, Kang Nuzul :)
Deletesemangat mi ubiiiii, betapa hebatnya perjuanganmu ges...
ReplyDeleteSemangat jugaaaa, Mak Astin :***
DeleteThank sharingnya mami Ubii. Setiap bertemu ortu ABK dan anaknya sebenarnya kita juga pengen ngobrol biar kita juga dapat ilmu baru. tapi ya gitu suka takut bertanya, takut tersinggung. Info ini bermanfaat sekali :)
ReplyDeleteKita malah lebih happy ditanya-tanya kok, Mak, asal pertanyaannya masih wajar, tanpa komentar-komentar sadis. Makasih udah mampir :))
Deletemengasuh ubii dgn penuh kasih sayang dan kesabaran, itu yg terpenting ya Ges...
ReplyDeleteAminnnn, Betul, Mak. Makasih sudah diingatkan :))
Deletesalam kenal mommy n ubii
ReplyDeletesuka sm semangat mu mommy.. sangat menginspirasi, thankiss
Salam kenal juga, Mak Nur. Salam super :p
DeleteKereeeen ges tulisanmu, Semoga masyarakat awam semakin terbuka jalan pikirannya
ReplyDeleteAmin, Mama Naz. Aku baru tau loh dirimu punya blog :D
Deletehanya orang dengan kesabaran spesial yang mampu mengasuh dan mendidik anak berkebutuhan khusus. tetap semangat ya. Ini amanah yang luar biasa.
ReplyDelete(Boleh kan berkomentar begini? Krn ini yg terfikir dan terucap ketika menyatakan simpati ke teman yg memmiliki ABK)
Kalau ucapan kayak gini, nggak papa, Mak Susi. Justru kami senang dapat semangat baru :))
DeleteSaya catat, Mak. Sampai saat ini sih, sepertinya saya belum pernah kelepasan omong seperti itu. Dan, semoga jangan sampe. Tulisan ini mengingatkan. Terima kasih untuk sharingnya, ya :)
ReplyDeleteSama-sama, Mak Chi :***
DeleteAlhamdulillah sampai hari ini belum pernah kelepasan ngomong seperti itu. Tapi, akan saya catat. Makasih, Gees. Salam buat Ubii. :)
ReplyDeleteMakasih juga udah mampir, Mak Hay. Salam balik dari Ubii niihhh :D
DeleteTetap semangat ya mbak. Tetaplah menjadi mami Ubii yang menginspirasi. *big hugs*
ReplyDeleteAmiinn, makasih doanya ya, Mak :*
DeleteMami ubiiiii..... **pengin manggil ajah, nggak komentar apapun hihihihi***
ReplyDeleteMamak Sidqiiii *ikutan manggi-manggil*
DeleteHehe pernah banget ngalamin salah satu komen diatas, malah dari pihak keluarga pun pernah, pasti ini keturunan dari ibunya ada yg spt ini niy makanya anaknya begini (emang ini anak ibu ajah, anak juga punya bapak. Lagian blom tentu juga dari faktor genetik), tapi anaknya cerdas kaan? (cerdas atau ga, dia tetep anakku dan akan kuberikan yg terbaik buat dia, situ ga mau ngaku keluarga jg gpp kok), eh tapi anakmu ga tuli kaan (please deh, susah sekali kah mencari bahasa yg lebih halus dan positif),dll dll dll hehe. Tp insya alloh skg dah ga peduliin itu semua, woleeeess aja deh (minjem bahasa alay) hihi. Thanks mom udah membuat tulisan ini, maaph jd ikut curcol. Semoga kita diberikan kemudahan" dan bisa menjaga amanah ini dengan baik, aamiin �� :)
ReplyDeleteAmiinn doanya. Hehehe nggak papa mak kita saling curhat :D
DeleteSemangat mami ubii *peluk
ReplyDeleteBaru sempat komen disini,padahal udah bolak balik kesini kayak apaan tau :D
Kayak setrika? :p Hahaha makasih pelukannya :*
DeleteIya banget, kalo mau nanya2 ortu yg punya ABK suka takut, takut salah ngomong dan malah bikin tersinggung.
ReplyDeleteThanks banget infonya mami Ubii. Semangat terus yaa, salam dari Naia :-*
Sekarang nggak usah takut lagi ya, Mak. Hehehe. Salam balik dari Ubii :*
DeleteSipp Mak Gess... emang kudu ada remindernya hehe. Biasanya sih ada orang yang gak sungguh-sungguh bermaksud buruk, tapi gatau harus bilang yang bener. Semoga lisan kita selalu dijaga untuk berkata yang baik ya. :))
ReplyDeleteIyaaa, kalau kata 'kasihan' itu emang sebenernya aku sadar sih, maksud mereka nggak buruk. Cuma diksi nya aja :D
Deletealhamdulillah punya 3 ABK di sekolah, tapi koq kayaknya 10 pernyataan itu ga pernah denger disekolahku deh....alhamdulillah bisa berempati...teteup semangat ya bun...
ReplyDeleteSemangaatt :D
DeleteDuh, sy bacanya juga kesal... Tp emang ada sih yang suka komen nyelekit seperti itu, Mak Ges... Tp semoga kita nggak seperti itu, mak.. aamiin..
ReplyDeleteTetap semangat ya Mami Ubii.. Hug from Bogor
Amiinnnn. Thank God, selama ini temenku bisa jaga perasaanku semua. Huggsssss :))
Deletemamiiiiiiiiiiiiii Ubii... kudu semangaatt,, jangan patah semangaatt.. Tuhan bersamamuuuu
ReplyDeleteIyaaaa siaaaappp Umi Noofa. Maju terusssss :D
DeleteKadang ucapan orang asal keluar saja, nggak memperhatikan perasaan orangtua dan anaknya.
ReplyDeleteYa maklum, sifat manusia dan latar belakang serta adatnya berbeda-beda
Salam hangat dari Surabaya
Ya Pakdhe. Noted. Salam hangat jugaaaaa dari lubuk hatiku :p
Deletewah kalo poin pertama, saya pernah melakukan, mba. maksudnya mau menyampaikan empati. tapi ternyata salah. poin 2 - 10 gak pernah. keterlaluan sekali kok ada yg bisa ngomong kayak gitu yah. aduh sabar sekali mba grace :) apalagi poin ke 10 ituuuuh ya ampun. nah sekarang jadi tau kalau ketemu teman yg anaknya berkebutuhan khusus saya mesti nanya apa. karena terus terang saya suka kagok mau nanya apa, takut yg bersangkutan tersinggung. hehehe
ReplyDeleteHehehe. Sekarang nggak perlu mati langkah lagi ya, Mak :D
DeleteDi sekolahku, ada program inklusi, Mak. Yang mana programnya menerima ABK sekolah di sekolah reguler. Orang tua ABK, memang saya akui, mereka suka menceritakan apa penyebab anak mereka seperti itu, atau cerita sesi2 latihannya, atau cerita keberhasilan-keberhasilannya.
ReplyDeleteMemang benar, itu jadi sarana edukasi. Terutama untuk mama muda macam saya yang mau program anak lagi, juga buat mama muda yang anak-anaknya masih kecil.
Semangat ya Mak!! Ubii pasti bisa lebihandiri karena mami papinya *kiskis*
Iyaa, Mak. Kita ortu ABK seneng-seneng aja kok kalau disuruh cerita :)
DeleteSemangaaaatt :D
kalo ada yang sampe bilang begitu keterlaluan banget ya ..
ReplyDeleteAku sih yes. Yes keterlaluannya. Kalau Mas Anang? :p
DeleteAlhamdulillah belum pernah keceplosan kayak gitu.
ReplyDeleteSyukurlah, Mak :))
DeleteIni juga yang sering jadi unek-unekku. Suka bingung kalo ketemu dengan ortu yang punya anak ABK. Takut nyinggung. Postinganmu sangat bermanfaat, Mak Ges. Seperti biasa, dikau selalu keren. *Tiyom Ubii*
ReplyDeleteTiyom Onty Niaaaa. Semoga nggak bingung lagi yaaa Onty :D
DeleteHmm..semoga Tuhan selalu kuatkan ya bunda...terima kasih tulisan ini sangat bermanfaat, sehingga kami bisa lebih memahami dengan bijaksana..
ReplyDeleteAmin, makasih doanya, Mba Kartina :)
Deletehuhuhu.., yang nomor 3 itu pernah loh Mak, diucapkan ke aku. oleh kerabat dekat. walau redaksi kalimatnya tidak sama persis, tapi intinya begitu. sakitnya, sampai kini tidak terlupakan. anakku 'istimeewa'. dan aku setuju,punya anak istimewa itu merupakan ujian kesabaran dan sumur amal yang tak kan pernah kering, asal iklash dan sabar menghadapinya
ReplyDeleteSuka banget sama kata-kata yang terakhir, Mak. Asal ikhlas dan sabar mengahadapinya :))
DeleteUbii dan Mami hebaat..i heart you mak..
ReplyDeleteI heart you, too, Mak Dedew :**
DeletePercaya atau tidak saya punya tetangga yang mempunyai anak berkebutuhan khusus, orang tuanya begitu kuat dan tabah segalanya dia korbankan untuk merawat, konsultasi dan terapi anaknya. Akhirnya anaknyapun bisa menjadi anak yang bisa seperti teman temannya dan bersekolah di SMP negeri
ReplyDeleteWah, hebat. Salut dengan keluarga tetangga Pak Edi tersebut. Salam untuk mereka ya, Pak :)
Deletemakasih tulisannya mak :) saya share boleh ya. biar dibaca ama sodara2 saya juga :D
ReplyDeleteBoleeehh :D
Deletemakasih sharingnya mami Ubii, manfaat banget deh. aku share ya
ReplyDeleteMonggo, Mak Ida. Makasih yaaa :D
DeleteMakasih sharingnya mak, smoga tetep smangat ya mami ubii :) boleh sy share ya mak,ketjup bwt ubii :*
ReplyDeleteMonggo, Mak :))
DeleteTetap semangat bu, anak saya juga mengalami hal seperti itu......itu ujian kesabaran dari Tuhan untuk kita......semoga tetap sabar dan optimis dalam hidup ini...Amin.........
ReplyDeleteAmiinnn, Pak. Saling mendoakan ya.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTulisan yang sangat bagus mbak, semoga jadi ladang pahala juga karena sudah menuliskan hal ini dengan sangat baik. :) salam buat Ubii ya.
ReplyDeleteAmin, tks Pak. Salam balik dari Ubii :)
DeletePeluk Mami Ubii.... mohon izin share ya, supaya semakin banyak yang tercerahkan dengan tulisan ini.
ReplyDeletePeluk juga. Mongo, mak :)
DeleteMakasih sharingnya mami Ubii.. Kebetulan di sekolah anakku sebagian besar pemakai hearing aids, jadi bisa lebih berhati-hati saat lagi ngobrol dengan ortunya :)
ReplyDeletePeluk Ubii sayaaang :* :*
Peluk baliik :*
DeleteKereeen Mami ubii buat sharingnya... btw kalo ada yg kasih kalimat seperti yg no. 2 sampe kebawah... mgkn ada baiknya dibikin masuk ICU hehehehe #IkutanEsmosiSaiyah... :)
ReplyDeleteAhahaha, tenang mak tenang :p
DeleteItu mah perlu ditapuk orangnya yg ngomong gt --"
ReplyDeleteSemangatt
Tapukin, Makcik :p
DeleteSaya pernah aja keponakan saya piknik. Dan...banyak mata memandang kasihan pada saya. Membuat saya jadi makin yakin bahwa, menjaga mata dan kata adalah baik jika mau selamat dari kesalahan. Saluut buat Mak Grace! Peluk sayang buat Ubii...:) Oya..izin share ya Mak..
ReplyDeletePeluk sayang juga. Monggo, Mak Mutia :)
Deletesiap mama ubi, terima kaish untuk infonya. Seingatku sih aku gak pernah bertanya seperti itu
ReplyDeletePeluk Mak Lidya :*
Deleteselalu merinding membaca postingan Mak Grace... semangat buat Ubii dan maminya ya.... big hug
ReplyDeleteMakasih Mak Marita :)
Deletebaru sempat baca postingan ini, mak...makasih banyak ya Mak Ges...bermanfaat banget. Alhamdulilah belom pernah keceplosan. akan saya ingat tolong ingatkan jika keceplosan ya...*peluk dan sayang buat Ubii...
ReplyDeletePasti aku ingetin, Mak. Ingetin dengan cintah <3
DeleteBaru liat blog mami ubii setelah baca profilenya di tabloid nova minggu ini..salam kenal mami ubii.. tetap semangat dan terima kasih tak terhingga sdh mengingatkan saya..salam sayang buat ubii
ReplyDeleteHai hai Mama Andra dan Arya. Makasih banyak yah sudah mampir. Salam kenal juga. :))
DeleteHai Mami Ubiii.. salam kenal yah...
ReplyDeleteSemangat terus dan salam manis utk Aubrey... ^_^
Salam kenal juga, Tante Lyliana. Makasih sudah mampir :)
DeleteSalam kenal Mami Ubii. Salut untuk aktivitas & kepeduliannya. Aku pernah screening TORSCH pada 2002 dan positif cytomegalovirus. Bolehkah aku minta alamat Rumah Ramah Rubella? Bisakah aku mendapat up date aktivitasnya melalui email? Aku tidak aktif dengan facebook. Aku membaca komunitas ini di tabloid Nova. Salam hangat untuk Aubrey..
ReplyDeleteHai Kak. Salam kenal juga. Makasih banyak sudah mampir yah. Alamat nya belum ada, Kak. Kami masih online based. Bisa minta emailnya?
DeleteNah, yg nomer satu tuh ya. Atau yg nomer berapa tadi, "Cantik ya anakmu, sayang tuna rungu." Pengen ngeplak aja rasanya. :D
ReplyDeleteAku suka takut salah ngomong loh kalau ketemu orangtua ABK. Jadi aku lebih sering diam dan ngeliat dari kejauhan aja. Daripada aku nanya-nanya, takutnya keceplosan kalimat yang mungkin buatku wajar tapi buat mereka engga. :((
Jangan jadi mewek gitu dong, Mak Jempol :p
DeleteBaru tadi pagi nemu blog ini dan langsung ngefans sama Mami Ubii. Baru sempat baca 2 tulisan dan pingin nangis, terharu sama semangat dan perjuangannya Mami Ubii.. Tetap semangat ya Mbak Grace, semoga dilancarkan dan dimudahkan terapi dan pengobatannya Ubi.. Peluk cium untuk Ubii cantik :*
ReplyDeleteAih, jadi geer. Makasih banyak sudah mampir ya, Mba Utami. Salam hangat. Amiinnn doanya. Semangat untuk kita semua :*
DeleteTes tes
ReplyDeleteGanbate barbie
ReplyDeleteIya Snow White :p
DeleteSemangat terus mak Grace, semoga makin banyak yg tercerahkan lewat blog yg bermanfaat ini :)
ReplyDeleteAminn doanya. Makasih ya Mak Zakian :))
Deletesaya juga selama ini sering takut salah ngomong kalau berhadapan dengan ortu ABK. paling saya berusaha semampu saya utk tdk membicarakan 'keistimewaan anaknya' berusaha membicarakan hal2 lain aja. (kalau seperti ini nanti saya akan dicap gak punya empati dan gak pedulian atau tdk ya?)
ReplyDeleteAku rasa sih enggak, Mba. Lebih baik gitu daripada kepo nanya-nanya tapi dengan kata-kata yang nggak disaring. Hihi. IMHO ya :D
DeleteMbak.. Aku beneran mewek baca kalimat-kalimat yang orang-orang pernah lontarkan kepada orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.. Ya ampun.. Bener-bener ngga memikirkan perasaan yang diajak ngobrol.. :'(
ReplyDeleteSaudara jauh ku jugak ada yang tuna rungu.. Namanya Miti.. Selain cantik, dia jugak jago merias.. Dan alhamdulillah sekarang uda bisa punya uang sendiri dan jalan-jalan dari jerih payahnya..
Aku yakin kok semua anak itu rejeki.. Ubii pasti jadi anak yang sukses jugak nantinya, In Shaa Allah.. :D
Amin. DOa nya sungguh bikin terharu dan merinding. Seneng banget kalau ada yang doain begini. Makasih ya, Kak. Salam untuk Kak Miti :)
DeleteYakin kalo Ubii bisa mandiri suatu hari nanti. Helen Keller saja yang *maaf (buta, tuna wicara dan tuna rungu) bisa menjadi pengacara hebat.
ReplyDeleteApalagi mami Ubii yang semangat mengupayakan Ubii untuk berdaya...
10. karena ini adalah dari Tuhan,.kami membuatnya dengan cinta, kami juga ga tau anak kami disabilitas sekalipun tahu maka kami akan bantu & dukung krn d balix kekurangan ada klbhn
ReplyDeleteah jd ingat ktika curhat di grup Fb itu aku diremehin dibilang anak kecil pake ada yg kepo cari tau pdhl gtw aq kyk gmn & main judge
ucapan kasihan itulah yg buat anak difabel dan keluarganya minder jd dianggap aib bhkn naksa dan ngotot tuk jd normal (based pngalaman sendiri yg blm diterima gegara mata) semoga dibuka mata dan pikirannya
ReplyDeletesemangat mbak Grace
Love youuuu mami ubiiiii...
ReplyDeletemari berjuang bersama :*
Tetep semangaaat
peluk cium mwaah mwaahhh buat ubii cantiiik :*
Ijin share yaaa
Salam kenal mba grace
ReplyDeletejadi teringat awal mengetahui anak sy ternyata ABK makasih semangatnya
Tuhan ga pernah salah dlm mencipta, setiap manusia pasti punya kekurangan dan kelebihan. Kelebihan orang tua dengan ABK, di mata Tuhan mereka lebih sabar, lebih kuat, lebih mampu menggali dan menemukan kelebihan dan keistimewaan yg tersembunyi pd buah hati mereka. ABK bukan aib dan bkn utk dikasihani, sdh bnyk bukti nyata ABK memiliki kelebihan luar biasa yg blm tentu anak2 lain bisa menggapainya.
ReplyDeletekalo sampe ada org2 yg bertanya dgn pertanyaan di atas, aku bnr2 ga ngerti dia punya hati ato ga ya -__-. prnh diajarin empati kah, ato memang ga pernah diajarin tata krama sblmnya :( .
ReplyDeleteHarus belajar bnyk dr kamu mba... :) salam sayang utk Ubii :)
Mba Grace,
ReplyDeleteProfesorku di kampus punya anak ABK (10thn). Aku pernah lihat beliau merespon tatapan sinis orang2 dengan cara memperkenalkan anaknya di depan mahasiswa2nya dgn bangga dan memperlihatkan that his son can do many things normally. Setelah itu, terlihat orang2 yg tadinya terlihat sinis (maaf, agak menyayangkan keadaan anak si prof.) berubah menjadi salut krna tnyata ABK bukan sesuatu yg negatif.
Smangat terus ngasuh n didik ubii nya, ya Mbaa..
selalu kagum dan salut sama perjuangan mu mbak,,
ReplyDeletekamu ibu yang hebat,,ubi bangga punya kamu,,
aku punya sepupu,,autis,,sekrang umurnya 17 tahun,,
jaman dulu kan belum ada internet dan ilmu pengetahuan belum secanggih sekrang,,
orang2 suka bilang gini,.
"autis ya,,mungkin krn namanya keberatana,,nama sepupuku artinya refito (reformasi total) entah apa hubungannya sama reformasi"
"mungkin kehamilannya gk diharapkan"
"ada dosa yang dibiuat di jaman dulu,dn ini karma yang harus diterima"
macam2 judgement yang diterima ,dan itu datangnya kadang dari orang2 terdekat,,,
semangat mama ubi,,, selalu suka baca cerita mu dan keluarga kecil mu mbak,,
Berlinang airmata bacanya :(, merasakan hal yang sama.. Semoga semangat terus mba Grace.. ubii juga. Semoga semakin bagus progressnya.. dengan harapan yang sama juga untuk Kean. Masih terus berusaha dan menanti.
ReplyDeleteSetuju banget mbak, semoga besokbesok saya gak salah ngomong sama teman :(
ReplyDeleteDulu saya sempat jd volunteer di yayasan anak2 berkebutuhan khusus di bogor mak. Potensi mereka sangat luar biasa, bahkan ada ABK yg jadi dokter di UI :D
ReplyDeleteSemoga full terus tabungan kesabaran & tabungan lainnya ya mak. Aamiin :D
Semangat ges. Tetap semangat....
ReplyDeleteAhhh, bermanfaat banget postinganmu mami. Jadi tahu setidaknya kata2 ini jangan sampai terlontar
ReplyDeleteSubhanallah....luar biasa umi Ubii ni... salut deh buat umi, betul banget Umi....diberikan anak2 hebat spt Ubii justru merupakan ladang amal buat orang tuanya, mau sharee dikit nie Mi....., dulu teman kuliahku punya adik autis, tp subhanallah orang tua dan saudara-2nya sayaaang semua sm dia, karena kt mamanya temanku, ga ada jg org yg mau lahir spt itu, itu kan pemberian Allah yg harus dijaga, artinya amanah. Ada juga tetanggaku yg secara ekonominya saja luar biasa, namun orang tuanya subhanallah...support banget anaknya yg hebat sampai pintar komputer, sekolah sama seperti yg lainnya, bahkan saking hebatnya nie anak, mungkin krn suka ngeliat papanya bawa mobil, diperhatiin sama dia gimana masukkan kunci, sampe stater, trus dikemudikan, owalah....sayangnya pada suatu hari anak hebat ini diam-2 ambil kunci mobil milik papanya trus dibawanya mobil itu dan sempat sampe nabrak tukang makanan, untungnya tdk ada korban jiwa, tapi salut deh sama anak tetanggaku ini, kalau normal pastinya lebih hebat dia...., kadang2 anak ini asyiiik duduk sambil buka laptopnya wow...!!! anak normal lainnya saja mungkin ga sehebat dia.... mungkin tadi, karena orang tua yg hebat juga dan paham bahwa ini adalah "ladang amal" begitu juga dukungan dari keluarga dan lingkungan, 1 lagi teman anakku yg saat ini msh TK, di kelasnya ada anak ABK, katanya ada ketentuan baru dimana sekolah-2 wajib membuka kelas bagi anak ABK, makanya di sekolah anakku sudah diberlakukan, anak hebat ini memang suka iseng, tp keisengannya tdk membuatnya lantas tdk disukai sm teman-2nya. anakku malah akrab sama anak hebat ini, kebetulan anakku perempuan dan anak yg hebat itu laki-2, padahal anakku sering sekali jadi korban iseng temannya ini, kadang dicubit, ditendang, tp kt temanku yg guru ABK kalau anak ini memukul temannya, maka yg dipukul boleh membalas, atau gurunya yg membalas, dengan tujuan bukan "dendam" tetapi untuk memberitahukan bahwa "sakit lho dipukul itu", jadai supaya si anak hebat tidak lagi memukul temannya, yaaa dari situ aku bilang juga ke anakku, tp mungkin krn anakku perempuan, jd tidak berani dia membalasnya, heeee....paling aku sarankan bilang saja sm bunda guru dikelas, biar bunda nanti yg memberitahu si anak hebat itu. Justru dengan adanya ABK di sekolah normal seperti di sekolah anakku ini, orang tua lain yg anaknya normal bisa memahami dan berbaur, baik orang tua maupun anak-2nya, lahamdulillah tidak ada masalah, paling ada masalah kecil saja di awal karena ada orang tua murid yg belum paham. Untungnya lagi orang tua anak hebat ini supel n pintar bergaul di lingkungan sekolah. Begitu umi.....chayo selalu buat umi Ubii.... peyuk peyuk....
ReplyDeletehoo iya bener banget ini kak
ReplyDeleteterimakasih mbak inspirasinya banyak adopsi kata
ReplyDelete,kunjung balek mbak ya www.portalsindo.blogspot.com