Ketika aku jadi ibu pengeluh...
Aku capek karena Ubii masih sering rewel. Di Jakarta ini, rasa-rasanya Ubii makin sering rewel. Pola tidur makin kacau. Pola makan juga aneh (mau lahap kalau diajak makan di luar, emang nggak tekor?)
Aku kesal karena kalau rewel, Ubii pasti maunya digendong padahal hamilku sudah besar begini. Terserah mau bilang aku manja atau apa, tapi rasanya capek banget gendong-gendong di saat perutmu sudah buncit begini. Nggak apa-apa kalau digendong sebentar bisa diam. Lhah ini? Kadang sampai 1 jam full digendong saja masih nangis. Entah apa namanya, apakah nangis apakah rewel apakah tantrum apakah apa?!
Aku kecewa karena aku sudah capek-capek masak untuk Ubii tapi dia susah banget buka mulut atau malah melepeh makanan. Padahal aku setres memikirkan bagaimana supaya berat badannya naik karena pasca operasi berat nya turun dan saat ini dia sudah tergolong punya gizi buruk. Nanti kalau ketemu orang asing atau saudara, lalu mereka tanya, "Loh Ubii kecil ya, kok kurus, gimana makannya?" kan pasti ujung-ujungnya aku, si ibu, yang disalah-salahkan. Nanti dikira aku malas menyuapi. Nanti disangka aku nggak kasih dia makan. Karena, aduh, orang-orang itu mudah sekali yah menghakimi!
Aku sedih karena aku seperti nggak mampu memberikan yang terbaik untuk Ubii. Di Jogja, Ubii bisa fisioterapi 3x seminggu. Dia kan memang masih butuh fisioterapi rutin. Badannya (terutama punggung, kaki, dan tangan) masih gampang kaku/spastik. Di sini, Ubii cuma bisa fisioterapi 1x seminggu di hari Sabtu, karena segitu saja yang aku mampu. Ternyata biaya fisioterapi yang bagus bisa 2x lipat. Ada sih klinik yang lebih murah, cuma beda belasan ribu rupiah dengan yang di Jogja. Tapi, kami nggak cocok sama terapis dan metodenya. Bisa juga kalau mau pakai BPJS, tapi antrenya luar binasa. Keburu kaku nggak bisa gerak cuma untuk nunggu antrian.
Aku sedih karena aku seperti nggak bisa kasih yang terbaik untuk calon adik Ubii. Janin ini aku bawa capek-capekan terus. Harus ternomerduakan istirahatnya apalagi kalau si Kakak lagi rewel dan gendongan banget. Nah, kalau perasaan ini sudah muncul, biasanya aku jadi sensi ke Ubii deh.
Aku sebal karena rencana yang kususun matang-matang dari Jogja jadi berantakan karena PRT yang minta pulang karena nggak kerasan di ibu kota. Lebih capek, iya. Lebih suntuk, iya. Lebih rempong, iya. Dan, jadi nggak punya waktu extra di mana aku bisa online untuk sekedar ngeblog atau berbalas cerita di Rumah Ramah Rubella. Sedih lho lihat program komunitas jadi pada enggak jalan atau harus ditunda. Sumpah, sedih. Banget.
Aku marah sama diriku sendiri karena aku kalah dengan keadaan, padahal aku nggak suka jadi orang yang kalah karena perubahan. Saat Ubii rewel kebangetan, minggu lalu aku jadi kelepasan cubit dia di paha kiri. Sore-sore, bekas cubitanku jadi biru-biru di paha Ubii. Mungkin kalian pikir aku nista banget kok tega cubit-cubit Ubii. Aku pun heran kenapa bisa kelepasan saat itu, padahal aku cinta mati sama Ubii. Sampai kadang heran kok bisa ya aku yang egois ini cinta mati sama manusia lain yang suka bikin aku nangis dan lemes.
Aku marah sama Tuhan karena aku capek dikasih cobaan. Dulu sih aku pikir ini ujian. Aku mau naik iman. Sekarang aku pikir ini cobaan. Yang nonstop ada terus. Berhenti sebentar cuma untuk aku tarik dan buang napas, terus dikasih lagi. Gila, emang nggak ada orang lain yang bisa dikasih cobaan juga? Ujung-ujungnya, aku stop berdoa. Biasanya keberadaan-Nya hanya sejauh doa. Saat ini rasanya Tuhan jauh sekali sampai-sampai doa siang malam pun nggak bisa menjangkau-Nya. Jadi, ya aku berhenti saja.
Tapi, di antara semua yang aku rasakan, ada satu rasa baru yang sebelumnya nggak pernah aku rasa. Dan itu mengejutkan.
Aku putus asa sama Ubii!
Sebelumnya, boleh percaya boleh enggak, aku nggak pernah putus asa sama Ubii. Apapun keadaannya. Apapun cobaannya. Dapat kabar dia kehilangan pendengaran sangat berat, langsung niat mau pakaikan hearing aids. Dapat kabar dia punya kebocoran jantung, cerebral palsy, harus fisioterapi, mikrosefali, dan apa lagi ya sampai blank mau nulis - ya sudah nangis tapi terus udah. Bahkan saat liat hasil CT Scan yang menunjukkan pengapuran otaknya banyak banget makanya perkembangannya lamban, bahkan saat dibilang dokter bahwa dokter nggak bisa menjamin kapan Ubii bisa mandiri (baca: berjalan), bahkan saat Ubii harus disuntik berkali-kali saat opname untuk terapi CMV, dan semuanya - aku selalu bisa melewati. Konon ada 5 stages of grief and loss, kan. Pernah denger nggak? Ada denial, anger, bargaining, depression, lalu acceptance. Aku kira aku sudah di tahap akhir, acceptance. Sudah bisa menerima. Sudah bisa legowo. Sudah bisa woles. Sudah bisa ikhlas.
Ternyata? Bahkan sekarang aku nggak tau ada di tahap yang mana.
Perasaan ini, putus asa sama Ubii, baru kali ini aku rasakan. Aku sampai heran, "Kenapa baru sekarang?"
Aku putus asa sama Ubii karena Ubii seperti nggak mau ikut berjuang. Misal untuk menaikkan berat badan nya. Aku sudah masakkin, dia tinggal buka mulut dan menelan. As simple as that. Kenapa nggak mau? Terus aku lagi yang harus pusing memikirkan badan mungilnya? Udah ada yang ngejudge belum nih? Aku mengejar BB Ubii sama sekali BUKAN supaya Ubii kelihatan gemuk atau montok atau apa yah. Tapi, supaya Ubii punya tenaga menjalani terapi-terapinya. Ubii punya banyak agenda belajar, baik di klinik terapi mau pun di rumah, kalau nggak mau makan, dari mana energi dan tenaganya?
Aku putus asa sama Ubii karena kok kemampuannya itu-itu aja. Aku sudah mulai kepengin melihat hal baru. Yah, untuk meyakinkan hatiku aja lah bahwa sebetulnya usaha kami tuh nggak ada yang sia-sia. Bahwa sebetulnya, Tuhan masih ada...
Aku putus asa sama Ubii karena Ubii seperti nggak mau mengerti kondisi baru kami. Aku hamil, kami di tempat baru, PRT pulang, ritme kehidupan baru yang harus lebih buru-buru - kenapa dia malah rewel-rewel terus? Mungkin nanti ada yang komen, "Tapi di FB kok foto-fotonya semua ceria dan ketawa ya?" Hmm. Lhah kalau Ubii lagi rewel banget dan aku harus gendong-gendong posisi bayi, gimana gitu motoinnya?
Aku putus asa sama Ubii karena aku merasa hanya aku dan Adit yang berjuang sementara dia enggak. Dia hanya pasif dan nerimo keadaannya saja.
Bahkan Adit pun juga mulai merasa putus asa dengan keadaan. Jadi, sempat, selama beberapa hari kami nggak tau harus saling bilang apa. Rebahan di kasur berdua pun cuma saling diam. Entah capek, entah merasa percuma mau ngobrol apa pun, atau sibuk dengan pikiran masing-masing.
Oh ya, tadi aku bilang Ubii punya banyak agenda belajar. Jangan sangka belajar nya yang gimana-gimana ya. Ubii kan habis pakai alat, otomatis dia baru belajar mendengar semua jenis suara baru yang belum pernah tertangkap olehnya sebelumnya. Aku cerita dongeng ke Ubii, atau sekedar ngobrol sama dia sambil aku menyuapi, atau memperdengarkan suara-suara apa pun ke Ubii - itu adalah belajar buat dia. Itu adalah hal baru yang ternyata bikin dia capek. Aku pernah mendengar bahwa ternyata brain activity anak yang baru belajar mendengar itu sekian kali lebih sibuk (which means lebih capek). Aku sedang berusaha cari referensinya. Kalau ada yang punya, boleh ya bisikin aku. Misalnya aku bilang, "Ubii, kita makan yuk" - yang didengar Ubii bukan seperti itu. Bisa jadi dia hanya mendengar "Ubii.....makan...." - akan ada beberapa part yang hilang. Itu karena otaknya harus bekerja untuk menangkap. Itu belajar dan itu capek untuk dia. Kalau dia nggak cukup makan, nggak punya tenaga, gimana? Sementara itu, nggak mungkin juga kan dia sudah pakai alat tapi aku nggak kasih suara apa-apa? Jadi, kalau ada ibu yang kepengin anaknya nambah berat badan, jangan deh buru-buru ngejudge "Ya ampun itu ibu obsessed banget sih pengen anaknya montok." Okay?
Alat mendengar bukan sekedar alat untuk mendengar. It's more than that for our children. |
Tahap prosessing and modifying sounds itu yang butuh tenaga dan energi |
Ketika aku jadi ibu pengeluh...
Semua terlihat salah.
Semua terlihat nggak menarik untuk dilakukan.
Bangun pagi rasanya super malas. Malas memulai hari, malas mengulang rutinitas yang itu lagi itu lagi, malas membayangkan harus ada kesekian kali rewel yang harus dihadapi, malas menghabiskan hari tanpa punya peace of mind untuk diri sendiri.
Lalu aku melihat ini.
Aku melihat bagaimana dia mencoba. Aku melihat bagaimana dia berusaha. Untuk bisa.
Aku nggak pernah bilang dia sudah berhasil. Nyatanya, dia belum bisa. Tapi, aku berani bilang, Ubii ada kemajuan. Posisi merangkak ini baru dilatihkan secara intens oleh terapis sejak kami di Jakarta, tapi Ubii sudah mulai bisa mengingat cara dan prosesnya.
Aku melihat bagaimana dia berupaya untuk mengulang apa yang dia dapat di klinik terapi secara kontinyu di rumah, baik di matras maupun di kasur. Secara sukarela, dengan inisiatifnya sendiri, tanpa aku paksa. Ubii sudah berkeinginan untuk belajar!
Untuk pendengarannya, selalu, aku nggak berani punya target apa-apa, karena aku tau PR nya masih mengular sebelum bisa mendengar. Aku adalah orang yang realistis. Lalu aku menyaksikan dan mendengar ini.
Aku melihat ada perubahan dalam dirinya. Yang dulunya hanya pasif terhadap bunyi dan suara, kini bisa lebih responsif. Jangan bayangkan respons yang Ubii bisa berikan adalah respons luar biasa. Masih sederhana saja kok. Ubii nggak selalu sudah mau dan mampu menoleh ke asal suara. Tapi, paling nggak, body language nya menunjukkan ia mendengarnya. Bisa dengan mengerutkan kening, mengerucutkan alis, berhenti melakukan apa yang dia tengah lakukan, atau menatapku sebentar. Sebentar saja, hanya sekian detik. Tapi, itu cukup.
Aku menyaksikan perubahan attitude nya. Dulu dia cenderung cuek saat diajak belajar mendengar. Dulu dia hampir selalu nggak tertarik dengan yang namanya lihat-lihat gambar di buku anak-anak. Padahal aku sudah berusaha sediakan macam-macam buku yang seru. Mulai dari model touch and feel, pop up, puzzle, dan masih banyak lagi sampai aku nggak tau istilahnya. Tetap cuek. Dia selalu memalingkan wajah dari buku atau menyingkirkan buku yang aku sodorkan ke depannya. Sekarang, Ubii jauh lebih kooperatif kalau diajak melihat gambar dari buku. Dengan melihat gambar, Ubii belajar banyak kosa kata dan kata bantu. Favoritnya untuk saat ini adalah buku jenis touch and feel At The Zoo. Di dalamnya ada gambar harimau, kadal, panda, gajah, dan zebra. Dia belajar nama hewan dan kata bantu nya seperti 'aum' untuk harimau, 'stom stom' untuk gajah, dan lain-lain. Dia juga belajar meraba tekstur dan kosa kata 'halus' dan 'kasar.' Apa yang diajarkan terapis, kami praktikkan di rumah. Ubii makin mau diajak mengulang, walau memang belum selalu mau. Namanya juga anak-anak, kan.
Aku mendengar hal baru. Dulu sebelum pakai alat, Ubii sudah babbling tapi hanya 'aaa' saja. Kalau kami beruntung, dulu kami bisa mendengar 'aaooo' atau 'nnggg' juga. Tapi, never a consonant. 15 Juli 2015, aku mendengar ocehan dengan konsonan pertamanya. Ubii bilang 'apa' - /p/. Lalu, 27 Juli 2015, aku mendengarnya mengoceh 'baa' - /b/. Terakhir (untuk saat ini), 29 Juli 2015, aku dan terapis mendengar dia mengoceh 'uuu' - /u/. Di usia mendengarnya dengan alat yang baru, baru sekitar satu bulanan, aku mendengarkan itu. Takjub sekali.
Mengocehnya memang masih belum teratur dan belum selalu terdengar. Dia masih banyak diam. Ocehan-ocehan yang aku sebut di atas juga masih baru sekali saja aku dengar. Tapi, untukku yang sedang putus asa, yang sesekali itu cukup untuk jadi pembakar semangatku lagi. Apalagi, di ocehan 'uuu', Ubii vocalizing 'uuu' tersebut sesaat setelah terapis berkata 'tuut-tuut' - jadi Ubii seperti belajar menirukan. Kami surprised dibuatnya.
Ketika aku jadi ibu pengeluh...
Aku jadi buta. Aku jadi lupa. Aku jadi tuli.
Terhadap apa yang diam-diam sedang diusahakan oleh Ubii.
Aku jadi berpatokan pada sesuatu yang ideal menurutku dan itu membuatku mengeluhkan keadaan setiap waktu. Aku jadi sulit berpikir positif.. Kalau Ubii rewel, aku langsung emosi. Sama sekali susah untukku berpikir barangkali Ubii capek, barangkali Ubii kaku makanya badannya nggak enak, atau barangkali barangkali lainnya.
Ubii masih suka rewel. Aku masih capek kalau Ubii harus digendong-gendong. Rasanya langsung kebelet pipis karena perutku (atau kandung kemih ya?) jadi tertekan. Tapi, keadaan mulai membaik. Aku sudah dapat PRT baru. Pekerjaan rumah jadi lebih terbantu. Aku pun jadi bisa lebih sabar ke Ubii. Lebih telaten. Dan makin cerewet mengajaknya bercerita.
Putus asa yang kurasakan ke Ubii, pelan-pelan mulai hilang melihat dia ternyata juga berupaya. Melihat dia terus ingin belajar merangkak, melihat dia mulai suka mengoceh, melihat dia mulai suka melihat gambar di buku. Yah, perkembangan-perkembangan kecil sih. Paling-paling ya jauuuh dibandingkan perkembangan anak-anak lain. Buatku itu sudah berharga banget untuk saat ini. Yang penting aku tau, Ubii ternyata ikut berjuang. Aku nggak mengupayakan kebaikannya sendirian. Itu lebiihh dari sangat cukup.
Ketika aku jadi ibu pengeluh...
Aku jelas bukan jadi versi Gesi terbaikku. Sebaliknya, aku jadi Gesi dalam versi terburuk dan termenyebalkan.
Ketika aku jadi ibu pengeluh...
Itu salah satu hal yang menandakan aku hanya manusia biasa. Dan aku nggak malu untu mengakuinya. Aku ibu biasa. Sama sekali bukan super mom. Sama sekali bukan mami yang selalu tegar seperti yang disangka orang. Percayalah, sama sekali bukan. Sering ada yang bilang begitu, nggak tau hanya basa-basi atau tulus, tapi kadang itu membuatku malu. Lha wong aku masih sering mengeluh juga kok. Aku sama seperti yang lain. Minusnya, aku masih alay pula. Hahaha.
Ketika aku jadi ibu pengeluh...
Aku malu. Aku harus lebih mampu. Puji syukur, sekarang pelan-pelan semangat itu mulai bangun lagi setelah hibernasi. Semoga saja Tuhan masih sudi untuk mengingatkanku untuk lebih mensyukuri hal-hal kecil dari Ubii. Semoga saja aku selalu punya keluarga, sahabat, dan teman yang masih mau menerimaku saat aku mulai mengeluh dan lupa untuk bersyukur lagi esok.
Ketika aku jadi ibu pengeluh....
Aku jadi kepengin lihat semacam bukti kecil kalau Ubii juga cinta aku seperti aku cinta dia. Dan puji syukur 2 malam lalu Ubii menunjukkan kalau dia butuh aku. Ceritanya, sudah jam 8 malam lebih. Aku sedang menyuapi Ubii sambil bercerita di kursi makannya. Kami menunggu Adit pulang kerja. Nggak lama kemudian, Adit sampai di rumah dan lewat di dekat Ubii. Ubii melihat bayangan Adit dan mewek minta digendong. Di situ aku merasa sedih, merasa dinomerduakan. HAHAHA. Di Jakarta ini, jam bertemu Adit dan kami memang berkurang. Di Jogja, Adit sudah sampai rumah jam 6an petang. Di Jakarta, Adit sampai rumah biasanya antara jam 20.15 - 20.45. Makanya memang di Jakarta ini Ubii lebih menggelendot sama Adit ketimbang saat masih di Jogja. Nah, setelah Ubii minta digendong Adit malam itu, aku pikir yaudah bakalan nempel terus sama Adit. Jadi, aku melakukan hal yang lain. Jam 21.00 lebih gitu, Ubii rewel dengan tipe nangis yang kencang dan membelah langit. Ini tipe nangis Ubii yang paling cepeeet dan paling bisaaaaa menaikkan kadar emosi ku dan Adit dengan drastis. Adit ubah-ubah posisi gendong, Ubii tetep nangis. Diboboin, nangis. Diminumin susu, nangis. Pokoknya diapa-apain nangis. Begitu aku gendong, ceeeeppppp! Selang berapa detik, langsung diam dan tangan kecilnya merangkul leherku.
Nikmatnya....
Bayaranku cukup itu saja. Upahku cukup itu saja. Bukan hal mewah apalagi luar biasa. Semua anak dan semua ibu juga pasti punya momen seperti ini. Bukan sesuatu yang extra ordinary. Tapi, entah kenapa, buatku spesial sekali. Itu caranya bilang "I love you, Mami" padaku untuk saat ini. Ya, di tengah keadaan Ubii, aku memang harus bisa mensyukuri hal-hal kecil seperti ini. Tapi, kelak, aku mau bayaranku lebih mahal. Aku mau dengar Ubii beneran bisa mengucap "Ubii sayang Mami" walau mungkin dengan pelafalan yang hanya kami keluarga yang memahami. Dan, doaku saat ini hanya satu. Panjangkan umurku sampai aku mengalami momen itu. AMIIN.
^________________^
Love,
😢😢😢😢terharuuuuu...
ReplyDeleteSadar atau gak..cerita dan pengalamanmu jd berkat buat orang2 yg baca...betapa hidup ini harua benar2 disyukuri 😊😊
😢😢😢😢terharuuuuu...
ReplyDeleteSadar atau gak..cerita dan pengalamanmu jd berkat buat orang2 yg baca...betapa hidup ini harua benar2 disyukuri 😊😊
Yang semangat ya Ubii, Maminya juga musti sabar dan juga tetap semangaaat...
ReplyDeleteYahh aku jujur aku juga sering jadi ibu pengeluh.. Terkadang aku jg kelepasan memukul pantat dan mencubit ken ku.. Padahal dia adalah kesayanganku... Dia adalah jiwaku. Dia adalah separuh aku. Maafin mami yg sering marah.. Gampang meledak ketika ken rewel.. Berikan aku hati yg penuh sabar Tuhan..
ReplyDeletebeda keadaan. tapi bisa juga jadi pengingat buatku kok mba. thanks..
ReplyDeleteAmiinn.. Semoga kita semua dipanjangkan umurnya untuk menyaksikan perkembangan anak2 kita ya.. Peluk jauh. :)
ReplyDeletePeluk Gesiii dan ubii
ReplyDeletePELUKAAANNNN. Kadang capek banget ya memang jadi ibu. TAPI KITA BISAAAA. PASTI BISAAAA. :D
ReplyDeletesalut sama mami ubii...
ReplyDeletebanyak belajar darimuuu
Semangat bu X)
ReplyDeleteSemangat ya mami ubii. Memang setiap ibu ada kalanya mengeluh. Tapi seperti yg dibilang. Kitakan manusia normal. Asal jangan kebabalasan aja.
ReplyDeleteDan semoga ubii segera bisa mengucapkan sayangnya ke mami 😘
semangat mami ubii dan ubii, selalu jadi merenung dan terharu kalau baca tentang ubii, love you ubii
ReplyDeleteAku pernah di kondisi itu, ketika nekat pindah semarang tanpa persetujuan bapak ibuku, momong Al sendiri dalam kondisi jobless sehingga benar-benar bergantung dengan suami sedangkan suami ku sibuk dengan pekerjaannya. Aku jadi tidak bisa menikmati waktu bersama Al. Aku selalu mengeluh dan melampiaskan ke Al. Sungguh, masa-masa itu aku seperti berubah menjadi monster :(
ReplyDeleteaamiin.
ReplyDeleteaku juga ibu pengeluh (dalam keadaan yg berbeda), hikss...
kagum sama mami ubii. terus semangat yaa :*
Orang hamil memang cepet capek. Jaga kesehatan ya. Kiss for Ubii.
ReplyDeletehuhu...saya juga mak. apalagi pas anak masih kecil-kecil. sampe tetangga tuh pada bilang, "sekarang udah pd nggak sering nangis lagi." yaaa...berarti dulu itu emang anak-anak saya seriiing banget nangis gara-gara saya cuekin. ya gimana lagi, rempong banget momong dua krucil plus ga ada rewang.
ReplyDeleteMmg wajar ngeluh kalo gendong ubii dengan hamil besar gitu mak, perutnya saja berat dibawa.saya juga sering mengeluh, padahal tau teorinya mengeluh ndk menyelesaikan masalah
ReplyDeletebacanya seperti membaca catatan diri sendiri. aku juga punya anak berkebutuhan khusus, dan apa yang mak tulis mewakili perasaanku. tetap semangat ya mak, salam sayang utk Ubii
ReplyDeleteMengeluh itu manusiawi kok mak ges, aku aja kadang msh suka ngeluh..tp klo udah kebanyakan ngeluh ujung2nya jd sadar sendiri trus semangat lg. Peluk mak ges and ubii :-*
ReplyDeleteDua paragraf terakhir sukses bikin benteng air mataku jebol.
ReplyDeleteNice thought... nice story, Gesiiiii **peluk Gesi dan Ubii**
Idem sm mak nurul rahmawati... :) hugs
ReplyDeleteMami boleh mengeluh, kok. Manusiawi. Tapi ketika kita udah capek, tetap balik lagi ke asal mula dan tujuan kita hidup: Tuhan. Di antara sesak, sakit, sedih, hanya Dia yang bisa diandalkan. Berbaik sangkalah selalu kepadaNya, karena sampai kapan pun Tuhan nggak bakalan kasih bocoran akan dikemanakan kita setelah ini. Tapi dengan imanku, aku percaya, akan ada happy ending bila kita bergantung dan berharap daripadaNya.
ReplyDeleteAku tetap memandang Mbak Grace dan Mas Adit orang-orang yang hebat, yang bisa melalui cobaan demi cobaan. Dapat nilai berapa, nih? Ah, itu gak penting. Yang penting adalah pelajaran dan nilai-nilai kehidupan yg telah kalian petik. Bukan cuma Mbak Grace sama Mas Adit aja yg memetik pelajaran dan nilai penting itu, tapi juga orang-orang di luar rumah kalian, kayak aku ini. Berkat Ubii.
Empat jempol buat keluarga Ubii!
Speechless...kagum sama perjuanganmu dan Adit mak. Tetep semangat
ReplyDelete#peluk mami ubii n ubii ..
Semoga Tuhan menambah kadar kesabaran kamu n suami, Mbak. ;)
ReplyDeleteTerharu bacanya, aku juga lagi hamil dan punya anak masih 1,5 thn. Lagi aktif2nya, emang capek kadang bete blm lg kondisi lingkungan yg kadang nyebelin.
ReplyDeleteAamiin.. semangat yaa!
ReplyDeletesabar ya mak, mungkin lagi hamil jadi capek dan gampang putus asa
ReplyDeleteSangat manusiawi... Semua ibu pernah di masa2 itu... Membaca catatan mami ubii.. Jadi merasa dikuatkan.. Merasa tdk sendiri.. Bahwa we are not super moms.. We need to support each other :) semangaaaat.... Huggggg
ReplyDeleteubi sedang berlari, mami xoxo
ReplyDeleteYaa Allah,,baca cerita ini lgs jd bengong dan berkaca sm diri sendiri...😔
ReplyDeleteTernyata diluar sana banyak yg mengalami mslh yg lebih pelik dr yg aku rasakan saat ini.. Subhanallah.. so inspiratif mami gesi dan ubii..😙😘
Sbnarnya tanpa mami ubii sadari, mami ubii sudah sangat mnjdi ibu yg sangat amat tegar dan kuat utk ubii lhoo..dan hal itu sdh cukup jarang dimiliki oleh modern moms dijaman skr ini. Modern moms saat ini banyakk yg justru menelantarkan, menyiksa bahkan membuang anaknya sendiri,,hanya krn merasakan himpitan dlm hidupnya baik secara pribadi maupun hal yg ditimbulkan oleh krn kehadiran sang anak. So, berbanggalah dan tersenyumlah sejenak, bahwa mami ubii sesungguhnya sdh mnjdi supermoms utk Ubii😊 buktinya, dr cerita mami ubii aja sdh banyak komen2 dmna telah menginspirasi org lain trmasuk sy pribadi.. mengeluh, merasa lelah, capek, bosan, bahkan sdkt berputus asa,,itu smua hal yg manusiawi yg akan dirasakan smua ibu didunia ini. Sy pun pernah dan sdkt2 masih merasakan hal spt itu ko..hehee.. tp yg terpenting adlh kita bisa berdamai dg diri kita sendiri dan cepat berbalik dg segera menyadari kesalahan kita lalu memperbaikinya dan terus berusaha memberikan yg terbaik utk anak2 kita dan keluarga..thats the point😊.
So never give up and always try to be the best mother for our baby yaa😘😊
Sdkt biografi sy..
Sy seorg ibu yg memiliki 1 anak usia 4thn & insyaAllah akan memiliki anak kedua yg saat ini berada dlm kandungan sy yg berusia hampir 30 minggu atau tepatnya 7bln stengah.
Sy sudah bekerja sejak sblm menikah. Diawal usia kehamilan, suami sy berhenti bekerja. Dan bru mulai bulan ini suami sy sdh bekerja lg. Shg selama 7 bln kmrn, sy yg menafkahi tunggal smua kebutuhan anak dan rumah tangga kami, dan itu kurang cukup utk menutupi kebutuhan kami perbulan *pdhl kami sdh benar2 menurunkan tingkat konsumtif kami dan hidup sehemat mgkn*,, akhirnya kamipun memiliki cukup banyak hutang diluar. Anak pertama kami cukup aktif. Dan PRT sudah mudik sejak sblm lebaran dan tdk kembali lg smpai skr. Jd kini sy merangkap sbg yg mangasuh sendiri anak pertama *dg kondisi yg sdh hamil tua*, yg membersihkan seluruh rumah dan memasak, serta bekerja mencari nafkah utk rumah tangga/keluarga trcinta. Blm lg bawaan hamil kedua sy cukup kolokan & complicated shg membuat sy sdkt2 jatuh sakit. Selama 7bln stengah sy hamil, sdh 2x sy dirawat di RS..mulai dr dehidrasi yg diakibatkan hyper emesis yg sy alami di trimester I,, smpai DBD..hehee
Suami sy hmpir sm skali tdk bisa merawat anak pertama kami..krn cenderung krg sabar. Smntara anak pertama kami cukup sangat aktif. Jd anak hampir slalu mau apa2,,yaa cm maminya yg slalu dicari😊. Akhirnya smua hal itu menyebabkan dtgnya masalah silih berganti dlm rumah tangga kami. Mulai dr mslh ekonomi, mslh anak pertama, mslh PRT, sampai mslh dg kerjaan sy dikantor. So mulailah sy spt mami ubii.. mengeluh, capek, lelah, kesal, bosan sampai putus asa. Tp lantas hati kecil sy masih terus percaya bahwa suatu hari nnti pasti smua akan membaik.
Dan krn keyakinan itu, alhamdulillah kini suami sy sudah bekerja (sejak 2minggu yg lalu). Dan sekitar seminggu yg lalu sy sdh memiliki PRT yg baru,,alhamdulillah😊
Allah SWT perlahan lahan memberikan jln utk setiap mslh hidup sy. Jdi tetap semangat dan jgn pernah lelah utk terus mensuggest hal2 positif dlm pikiran kita yaa moms..😙
Yaa Allah,,baca cerita ini lgs jd bengong dan berkaca sm diri sendiri...😔
ReplyDeleteTernyata diluar sana banyak yg mengalami mslh yg lebih pelik dr yg aku rasakan saat ini.. Subhanallah.. so inspiratif mami gesi dan ubii..😙😘
Sbnarnya tanpa mami ubii sadari, mami ubii sudah sangat mnjdi ibu yg sangat amat tegar dan kuat utk ubii lhoo..dan hal itu sdh cukup jarang dimiliki oleh modern moms dijaman skr ini. Modern moms saat ini banyakk yg justru menelantarkan, menyiksa bahkan membuang anaknya sendiri,,hanya krn merasakan himpitan dlm hidupnya baik secara pribadi maupun hal yg ditimbulkan oleh krn kehadiran sang anak. So, berbanggalah dan tersenyumlah sejenak, bahwa mami ubii sesungguhnya sdh mnjdi supermoms utk Ubii😊 buktinya, dr cerita mami ubii aja sdh banyak komen2 dmna telah menginspirasi org lain trmasuk sy pribadi.. mengeluh, merasa lelah, capek, bosan, bahkan sdkt berputus asa,,itu smua hal yg manusiawi yg akan dirasakan smua ibu didunia ini. Sy pun pernah dan sdkt2 masih merasakan hal spt itu ko..hehee.. tp yg terpenting adlh kita bisa berdamai dg diri kita sendiri dan cepat berbalik dg segera menyadari kesalahan kita lalu memperbaikinya dan terus berusaha memberikan yg terbaik utk anak2 kita dan keluarga..thats the point😊.
So never give up and always try to be the best mother for our baby yaa😘😊
Sdkt biografi sy..
Sy seorg ibu yg memiliki 1 anak usia 4thn & insyaAllah akan memiliki anak kedua yg saat ini berada dlm kandungan sy yg berusia hampir 30 minggu atau tepatnya 7bln stengah.
Sy sudah bekerja sejak sblm menikah. Diawal usia kehamilan, suami sy berhenti bekerja. Dan bru mulai bulan ini suami sy sdh bekerja lg. Shg selama 7 bln kmrn, sy yg menafkahi tunggal smua kebutuhan anak dan rumah tangga kami, dan itu kurang cukup utk menutupi kebutuhan kami perbulan *pdhl kami sdh benar2 menurunkan tingkat konsumtif kami dan hidup sehemat mgkn*,, akhirnya kamipun memiliki cukup banyak hutang diluar. Anak pertama kami cukup aktif. Dan PRT sudah mudik sejak sblm lebaran dan tdk kembali lg smpai skr. Jd kini sy merangkap sbg yg mangasuh sendiri anak pertama *dg kondisi yg sdh hamil tua*, yg membersihkan seluruh rumah dan memasak, serta bekerja mencari nafkah utk rumah tangga/keluarga trcinta. Blm lg bawaan hamil kedua sy cukup kolokan & complicated shg membuat sy sdkt2 jatuh sakit. Selama 7bln stengah sy hamil, sdh 2x sy dirawat di RS..mulai dr dehidrasi yg diakibatkan hyper emesis yg sy alami di trimester I,, smpai DBD..hehee
Suami sy hmpir sm skali tdk bisa merawat anak pertama kami..krn cenderung krg sabar. Smntara anak pertama kami cukup sangat aktif. Jd anak hampir slalu mau apa2,,yaa cm maminya yg slalu dicari😊. Akhirnya smua hal itu menyebabkan dtgnya masalah silih berganti dlm rumah tangga kami. Mulai dr mslh ekonomi, mslh anak pertama, mslh PRT, sampai mslh dg kerjaan sy dikantor. So mulailah sy spt mami ubii.. mengeluh, capek, lelah, kesal, bosan sampai putus asa. Tp lantas hati kecil sy masih terus percaya bahwa suatu hari nnti pasti smua akan membaik.
Dan krn keyakinan itu, alhamdulillah kini suami sy sudah bekerja (sejak 2minggu yg lalu). Dan sekitar seminggu yg lalu sy sdh memiliki PRT yg baru,,alhamdulillah😊
Allah SWT perlahan lahan memberikan jln utk setiap mslh hidup sy. Jdi tetap semangat dan jgn pernah lelah utk terus mensuggest hal2 positif dlm pikiran kita yaa moms..😙
Terus semangat ya mami Ubii. Sehat2 terus dengan kandungannya. Iya, emang banget, jadi ibu itu emang capek. Tapi kalau lihat ada progress abak kita jd bikin kita tambah semangat ya.
ReplyDeleteSehat2 selalu untuk Ubii ya..
Saya sukses nangisss..
ReplyDelete*Peluk Mami Ubii*
Mami Ubii hebat banget..Ubii juga hebat banget.. Sehat-sehat nak.. Mami udah nunggu Ubii bilang "Ubii sayang Mami", bayar tunai nak... Mami ubii juga semoga selalu sehat menjadi super Mom..Aamiin
Cry dah ....
ReplyDeleteU super mom...
Jadi buanyaaak belajar..jadi lebih bersyukur...
Sehat ya ubiiiiii....
mba, salam kenal. tulisanmu bagus sekali. aku sampe berlinang-linang air mata membacanya. salam sayang buat Ubii :*
ReplyDeleteaamiiin, hiks...pengen memelukmu mami Ubii..
ReplyDeleteTerima kasih banyak mba, karena sudah menjadi pengingat bagi saya, dan ibu-ibu yang lain. Tetap semangat yah mba grace dan mas Adit :)
ReplyDeleteMbak.. saya ga sengaja nyasar di blog ini karena search belanja perlengkapan bayi, dan saya menemukan cerita lain di blog ini.. kami pembaca blog mbak pasti membantu mendoakan Mbak Grace, Mas Adit, Ubii dan calon baby.. semua ada masanya mba, dan tidak ada yang mustahil bagi Dia pemilik alam semesta. Tetap semangat dan terus menginspirasi.. Doaku untuk kalian dan kemajuan signifikan untuk Ubii.. Berkah Dalem..
ReplyDeleteLam kenal y mb, makasih bgt krn dah mnginspirasi aq n tmn2 lwt pngalaman yg mb Grace alami bsama Ubii, suami, n calon babyny..
ReplyDeleteSatu hal yg aq tangkap, situasi kita berdua saat ni adl SAMA PERSIS.. skrg aq mngandung anakku ktiga, lbh parah kondisiny dr khamilan ptama n kdua walopun anak sulungku Ardi berkondisi SAMA PERSIS dg Ubii, pendengaran n wicarany kurang sekali. Perkembangan ny pun lambat dtmbh BBLR yg cm 2,3 kg pas dia lahir n kmampuan bjalanny bru bs d usia 2 thn.. berat, krn awalny aq cm single parent. Ayahny ninggalin kmi saat dia msh dperut n jujur aq alami kondisi mental terburuk saat itu, plus kena Rubella d awal khamilan..
Skrg d usia ny 5 thn dg adik ny Alif 21 bln, aq alami lg khamilan ktiga yg beda krn mski Ardi ga rewel tp skrg ganti Alif. Dia jauh lbh normal n cerewet dbanding kk ny. Mrk brdua dah mulai mandiri tp kdg Alif rewelny mlebihi usiany, tantrum tiba2, mbingungkan, tp syukurny antisipasi yg aq buat bikin aq terbiasa dg rewelny. Mgkn aneh, tp ni berhasil. Yg aq lakuin cm nyuekin dia ktk dia mulai rewel n nangis keras tanpa sebab n saat tu aq lbh perhatiin kk ny lbh spy dia tau bhw dcuekin tu ga enak. Mang awalny nangis mkn keras, tp lm2 dia lelah n akhirny dekatin kt krn yg dia minta sbnrny cm perhatian kt. Saat tu mang saat spt dia terpancing n bikin aq jd pngen ktawa.. jd lupa ma kjengkelan n putus asa yg mnghadangku sblmny.. hahaha.. br ga ktauan dia dtertawakn, aq peluk n gendong dia smbl bicara dg nada lucu, ksh tau klo tindakan td bikin mamany sedih n ga suka.. sbnrny buat nenangin dia jg.. upps maaf y Mi, jd kyk novel..
Intiny, DONT GIVE UP ya Mi.. God knows U CAN DO IT.. aq dah alami 5 thn bsama Ardi plus 20 bln bsama Alif n those years are FANTASTIC.. gada yg salah utk hidup n mbesarkn anak yg difabel or yg normal krn TIAP HARINY adl MIRACLES.. setuju, kan??
tetap SEMANGAT, SENYUM, n BE HAPPY.. blm tentu semua tu akan berputar kembali, coz one day maybe we're gonna miss it.. (utk itulah blog ni dbuat y Mi? Hehehe)
Jujur aq pngen bs kenal Mami lbh jauh lg trutama ttg penanganan Mami thd pkembangan ny Ubii, bgmn prosesny, hasilny, krn aq dah mlewati 5 thn tanpa hasil utk Ardi mski motorik tangan n pnglihatanny bjalan sempurna.. pls add my fb, Koboy Ikhlas, n kontak aq d 087779913226.. aq bkl sgt mnghargainy, jk Mami bkenan.. salam hangat, Atika..
peluk sini mak peluk (meskipun ini sudah telat pake banget komentarnya) heheh.. manusiawi mak jika itu terjadi pada kita.Termasuk saya mak,,, saya yg dianugerahi anak yang normal dan kemarin mengandung, ketika anak nggak mau makan padahal udah dimasakin emangg ya ampunn (mungkin malah saya yg tantrum T_T, saya suap paksa tapi cuma dg gemessss dan saya istighfar,,apa ini yg terjadi T_T sedih nggak keutulungan ketika kita kok malah tega sama anak)
ReplyDeletetapi semua akan indah pada waktunya ya mak gesi ,, semangat... dalam tulisanmu banyak inspirasi buat saya,,untuk leeeebih sabar dari yg sebelumnya... ^_^
Inspiring banget....dan aku sudah mengeluh ajah dengan keadaanku yang jauh lebih baik dari bundanya ubii....oh noo!!!!
ReplyDeleteMakasi bunda atas sharingnya😘😘😘😘😘
mak, saya ga bisa nulis apa-apa.. baca postingannya aja udah berkaca-kaca.. gak apa-apa sesekali down dan ngeluh.. untuk kemudian kembali lagi stronger than ever ya mak :) *peluk dari jauh*
ReplyDeletembak saya ikut mengAMINi smga diberi umur panjang,,,, untuk menjaga UBI.... Salam kenal dan salam sayang untuk UBI....
ReplyDeletemeskipun udh telat komen bngt ya, tp xie xie ci gesi.ak beruntung dan bersyukur bs baca blog ini (meskipun baru ngikutin bngt).Semoga ci gesi sehat dan keluarga sehat terus, Ubii jg tmbh pinter, dan terus tumbuh dlm tangan Tuhan.
ReplyDeleteDulu udah pernah baca ini & kepingin baca lagi, soalnya baru2 ini di fb ada tulisan dgn judul yg sama dan isi nya juga hampir sama..
ReplyDeleteKayaknya aku tahu yang dimaksud, hehehe. Sama nggak ya. Hehehe.
DeleteNangisssss......luar biasa dirimu....
ReplyDelete