Sebenarnya sudah cukup lama topik ini seliweran di kepala saya. Tapi, dari dulu topik ini cuman berupa cerita atau guyonan dari teman-teman sesama orangtua yang punya tato. Jadi saya nggak kepikiran pengen nulis ini di blog. Sampai akhirnya saya dan Adit mengalaminya sendiri.
Jadi ceritanya dulu, duluuuu banget, ada tweets seorang teman seliweran di timeline saya. She's a mom of two. She's a tattoo artist. And she has tattoos.
Kurang lebih tweetsnya menceritakan celotehan anaknya yang request supaya suaminya pakai baju lengan panjang saat menjemput anaknya ke sekolah supaya teman-temannya nggak takut. Supaya si anak nggak disangka punya papa preman.
I was like, err....
Tapi, ya sudah sih, it was funny and then I forgot about it. Sampai saya dan Adit pun mengalami sendiri. Berkali-kali.
Maret 2013, Adit harus menjalani operasi hemoroid. Bahasa gaulnya, ambeyen. Sebelum operasi biasa ada prosedur tetek bengek yang mengharuskan Adit melepas kaosnya. Dan, yang ia dapati setelah petugas melihat tato-tato nya adalah celetukan "Wah, ati-ati ada preman!" dan pertanyaan "Mas biasanya malak di terminal mana?" Prejudis sekali yah. Kalau mereka lihat saya juga punya tato, mungkin saya juga bakal ditanya, "Mbak biasanya ikut nemenin Mas nya malak ya?" atau "Wah bisa malak berdua dong!" Bahahaha.
Ada yang pernah operasi ambeyen? Itu kan sakit banget. Saat Adit mengaduh-aduh karena efek biusnya habis sehingga nyerinya kerasa banget, suster nyeletuk, "Masa tatoan nggak tahan sakit, nggak malu sama tato?" Jadi, dengan bertato, dia harus kebal dengan segala rasa sakit gitu? Superheroes di Marvell aja bisa kesakitan kok!
Dari rangkaian pengalaman Adit di rumah sakit, hanya dua itu sih yang saya ingat. Kalau mau tau detilnya lagi, mampir aja ke blog Adit yah.
Baca: Tato Itu Nggak Sangar, Tato Itu Sentimentil
Ada yang pernah operasi ambeyen? Itu kan sakit banget. Saat Adit mengaduh-aduh karena efek biusnya habis sehingga nyerinya kerasa banget, suster nyeletuk, "Masa tatoan nggak tahan sakit, nggak malu sama tato?" Jadi, dengan bertato, dia harus kebal dengan segala rasa sakit gitu? Superheroes di Marvell aja bisa kesakitan kok!
Dari rangkaian pengalaman Adit di rumah sakit, hanya dua itu sih yang saya ingat. Kalau mau tau detilnya lagi, mampir aja ke blog Adit yah.
Baca: Tato Itu Nggak Sangar, Tato Itu Sentimentil
Terus pernah ya Adit sedang mengantre di kasir supermarket abis beli popok dan susu Kakak Ubii. Ada bocah lelaki menghampirinya, memperhatikan lengannya yang penuh tato, lalu nyeletuk dengan pedenya, "Pak, ini om nya tatoan, berarti dia preman ya?" dengan tatapan minta persetujuan Bapak nya. ERR. Harusnya saat itu Adit ngeluarin pisau dari saku aja ya sambil bilang, "Jangan bergerak, pilih harta atau nyawa?" biar heboh sekalian. Sayangnya Adit nggak bawa-bawa pisau di sakunya, jadi itu cuma ada di angan-angan saya aja. Adit itu salah satu manusia dengan toleransi yang paling besar yang pernah saya kenal. Dia punya seribu kemakluman sama tingkah laku atau hal-hal yang menyebalkan di sekitarnya. Tapi, kejadian disangka preman sama anak kecil begitu, bikin dia gemes juga. Akhirnya, sepanjang perjalanan pulang kami membahas kejadian itu di mobil.
Kalau ditilik lagi kata-kata si anak "Pak, ini om nya tatoan, berarti dia preman ya?" - berarti bisa disimpulkan kalau anak tersebut diajari atau mendengar stereotype yang salah. Stereotype orang bertato pasti nggak baik, atau malah preman. Dari mana anak tersebut mendapat pemahaman itu, saya nggak pernah tau. Tapi, saya rasa keluarga pasti punya andil dalam pembentukan stereotype apa pun pada anak. Oke, mungkin dia mendengar pemahaman itu dari luar, dari film misalnya. Tapi, apakah keluarganya memberi pemahaman untuk mengkoreksi? Kayaknya kok enggak. Dilihat dari respons si Bapak saat kejadian itu.
Saat saya dan Adit sudah menjadi orangtua, kami jadi sering mengobrol tentang nilai-nilai apa yang akan kami ajarkan pada anak-anak kami kelak. Dengan usia kami yang tergolong belum makan banyak asam-garam kehidupan (kalau kata orang tua), mungkin kami masih perlu banyak belajar untuk menentukan nilai-nilai itu tadi. But, one thing for sure. One thing that we have agreed together. Bahwa kami ingin bilang ke anak-anak untuk TIDAK menilai baik atau enggaknya seseorang hanya dari apa yang ia pakai. Bahwa kalau ada orang bertato berarti nggak baik. Kalau ada orang yang berdasi dan rapi jali pasti baik dan sopan.
Kalau saya sih jarang dapat tatapan "wah tatoan, preman nih" karena tato saya ketutupan baju. Adit yang sering banget karena tatonya di tangan. Meskipun tatoan kayak begitu, saya yakin anak-anak saya akan bersyukur punya Papi seperti Adit. Seperti saya pun bersyukur bersuamikan dia.
As other human beings, he has made mistakes and has flaws as well. Tapi bagaimana dia selalu berusaha ada untuk kami, itu yang bikin saya meleleh. Dengan penampilannya yang kaosan pamer tato, mungkin orang nggak menyangka bahwa dia ayah dan suami siaga. I mean, really really SIAGA.
Saat jahitan saya masih amat sangat nyeri belum bebas bergerak untuk mengurus Baby Aiden, siapa yang memandikan Aiden? Adit. Siapa yang menggantikan popoknya setiap kali dia pup? Adit. Siapa yang bertugas menyendawakan Aiden tiap usai menyusu? Adit. Saya tinggal bablas tidur tiap habis menyusui kalau memang ngantuk berat. Siapa yang pergi membeli obat Kakak Ubii, mengantarnya terapi ke rumah sakit, dan membeli makanan di luar kalau saya lagi malas atau capek sehingga nggak sempat bikin makanan untuk Kakak Ubii? Adit. Siapa yang bertugas mengganti sprei berikut sarung bantal guling di rumah? Adit.
Pasca ART saya resign, Adit kerja dari rumah. Saat ini memang kantor pusat tempat ia bekerja ada di Jakarta. Orang dengan banyak tato bisa toh nyatanya dapat pekerjaan yang HALAL, karena banyak yang ngira Adit itu pengangguran karena tatonya. Dia cuma butuh koneksi internet. Di Jogja ada satu tempat kerja gratis khusus untuk orang-orang yang bekerja di bidang IT. Koneksi internetnya cepet banget. Jelas beda sama koneksi internet rumahan. Adit suka banget kerja di situ. Demi nggak tega lihat saya sendiri mengasuh dua bocah tanpa ART, dia kerja dari rumah. Sering banget sesi Skype atau conference call nya dengan atasan atau timnya yang lain diselingi suara kerewelan bocah. Sering banget dia ngetik dengan satu tangan sementara tangan lain menggendong Aiden karena saya sedang pegang Kakak Ubii. Sering banget dia menyelesaikan kerjanya dengan ngos-ngosan karena disambi ini itu. Sering banget dia harus kerja over time karena kerjaannya belum selesai. Belum selesai bukan karena dia lelet, tapi karena dia sambil bantuin saya mawangin bocah-bocah. Dan, malamnya saat kerjaannya sudah selesai dan dia sudah mandi, dia masih bisa tanya "Kamu lagi pengen makan apa, Mi? Kubeliin" padahal sebenernya di rumah ada mie instan, telur, dan nugget. Dia masih bisa nanya, "Tadi Ubii overwhelming ya kayaknya? Mukamu cemberut banget soalnya hari ini. Mau kupijit bentar?" Ditanya begitu kan bikin saya nggak tega untuk mengiyakan yah. Walau juga sering tega juga sih akhirnya tetep dipijitin. Hahaha.
Kadang kita terlalu menilai orang lain hanya dari tampilan luarnya. Ya, saya tau sih bahwa kesan pertama itu mungkin berpengaruh besar membentuk persepsi orang. Itu wajar. Awalnya dikira preman itu sesuatu yang kocak. Kami akan ketawa-ketiwi saja mendengarnya. Tapi, mendapat pandangan sinis dan meremehkan karena tato, dan itu terjadi berulang-ulang, itu lama-lama jadi nggak lucu lagi. Padahal tingkah laku kami jauh dari kesan preman. Muka saya kan unyu banget gini. Mana ada preman bermuka unyu? Bahaha. Bercanda. But, seriously, attitude kami (dan mungkin banyak orang bertato lainnya) nggak mengarah ke premanisme kok karena kami selalu berusaha untuk berbuat baik dengan cara sederhana seperti misalnya dengan menunaikan praktik berkata 'maaf' dan 'terima kasih' di mana saja.
Bahkan yah, Adit itu selalu akan menegur saya kalau saya lupa mengucapkan terima kasih pada waiter/waitress di tempat makan. Kalau misalnya saya bermuka masam pada waiter/waitress karena mereka salah memberikan orderan atau menyajikan pesanan kami kelamaan pun Adit akan selalu mengingatkan supaya saya nggak kayak gitu. "Mereka kerja meladeni pesanan banyak orang itu capek. Wajar kalau salah atau lupa. Wis toh nggak usah dibuat perkara!" katanya tegas. Itu salah satu contoh kecil saja sih.
Stereotype orang bertato pasti attitude nya minus, nggak punya kerjaan, kebal rasa sakit, dan preman itu gengges. Banyak saya kenal orangtua yang tatonya seluruh tubuh tapi caring dan loving banget sama keluarganya. Sebaliknya, banyak juga orangtua yang nggak bertato dan berpenampilan rapi jali tapi nggak perhatian sama keluarganya. See? Don't do stereotyping.
Kalau kita semua termakan oleh stereotipe, apa yang akan kita pikirkan ketika mendengar berita terjadinya pengeboman? Sudah pasti rasa sebal kita akan mengarah pada satu agama. Apa mau kayak gitu? Kan enggak. Saya sendiri pun, ketika mendengar peristiwa pengeboman atau pembakaran tempat ibadah oleh suatu oknum, saya tetap nggak menganggap semua orang dengan agama tersebut itu jahat. Yang saya anggap jahat ya orang-orang yang melakukan kejahatan itu, BUKAN agama yang mereka anut. Karena apa? Karena pada kenyataannya, saya punya banyaaakk sekali teman-teman yang beragama mayoritas yang sangat baik. Bahkan, kalau mau saya hitung-hitung, sahabat terdekat saya malah kebanyakan berbeda agama dengan saya. Mereka yang saya anggap sahabat, bahkan kakak sendiri, yang suka menasihati saya, menerima saya apa adanya, mendukung setiap keputusan saya, dan berani mengkritik saya - kebanyakan malah punya keyakinan berbeda dengan saya. Apa ketika mendengar peristiwa bom saya juga harus prejudis ke mereka? No way.
Bagaimana kita bisa menghargai dan menjalin hubungan baik dengan orang lain kalau kita menelan mentah stereotypes yang ada? Orangtua bertato pasti preman, itu hanya salah satunya. Nyatanya, banyak banget stereotypes yang perlu kita buang jauh-jauh.
Ketika suatu saat kamu punya teman yang banyak tato, jangan terburu-buru menganggap mereka jahat, preman, atau pengangguran. Bisa jadi, mereka punya titel pendidikan dan pekerjaan yang mumpuni. Bisa jadi, mereka punya hati yang baik dan kelak menjadi teman dekatmu. Bisa jadi, mereka sama seperti kamu. Sama-sama orangtua yang berusaha menjadi lebih baik tiap hari untuk sang buah hati.
Because, parents with tattoos can be great parents, too!
Love
Candid. Beginilah Adit kerja kalau Aiden lagi kepengin ditemani sementara saya masih mengurus Kakak Ubii |
Kadang kita terlalu menilai orang lain hanya dari tampilan luarnya. Ya, saya tau sih bahwa kesan pertama itu mungkin berpengaruh besar membentuk persepsi orang. Itu wajar. Awalnya dikira preman itu sesuatu yang kocak. Kami akan ketawa-ketiwi saja mendengarnya. Tapi, mendapat pandangan sinis dan meremehkan karena tato, dan itu terjadi berulang-ulang, itu lama-lama jadi nggak lucu lagi. Padahal tingkah laku kami jauh dari kesan preman. Muka saya kan unyu banget gini. Mana ada preman bermuka unyu? Bahaha. Bercanda. But, seriously, attitude kami (dan mungkin banyak orang bertato lainnya) nggak mengarah ke premanisme kok karena kami selalu berusaha untuk berbuat baik dengan cara sederhana seperti misalnya dengan menunaikan praktik berkata 'maaf' dan 'terima kasih' di mana saja.
Bahkan yah, Adit itu selalu akan menegur saya kalau saya lupa mengucapkan terima kasih pada waiter/waitress di tempat makan. Kalau misalnya saya bermuka masam pada waiter/waitress karena mereka salah memberikan orderan atau menyajikan pesanan kami kelamaan pun Adit akan selalu mengingatkan supaya saya nggak kayak gitu. "Mereka kerja meladeni pesanan banyak orang itu capek. Wajar kalau salah atau lupa. Wis toh nggak usah dibuat perkara!" katanya tegas. Itu salah satu contoh kecil saja sih.
Stereotype orang bertato pasti attitude nya minus, nggak punya kerjaan, kebal rasa sakit, dan preman itu gengges. Banyak saya kenal orangtua yang tatonya seluruh tubuh tapi caring dan loving banget sama keluarganya. Sebaliknya, banyak juga orangtua yang nggak bertato dan berpenampilan rapi jali tapi nggak perhatian sama keluarganya. See? Don't do stereotyping.
Kalau kita semua termakan oleh stereotipe, apa yang akan kita pikirkan ketika mendengar berita terjadinya pengeboman? Sudah pasti rasa sebal kita akan mengarah pada satu agama. Apa mau kayak gitu? Kan enggak. Saya sendiri pun, ketika mendengar peristiwa pengeboman atau pembakaran tempat ibadah oleh suatu oknum, saya tetap nggak menganggap semua orang dengan agama tersebut itu jahat. Yang saya anggap jahat ya orang-orang yang melakukan kejahatan itu, BUKAN agama yang mereka anut. Karena apa? Karena pada kenyataannya, saya punya banyaaakk sekali teman-teman yang beragama mayoritas yang sangat baik. Bahkan, kalau mau saya hitung-hitung, sahabat terdekat saya malah kebanyakan berbeda agama dengan saya. Mereka yang saya anggap sahabat, bahkan kakak sendiri, yang suka menasihati saya, menerima saya apa adanya, mendukung setiap keputusan saya, dan berani mengkritik saya - kebanyakan malah punya keyakinan berbeda dengan saya. Apa ketika mendengar peristiwa bom saya juga harus prejudis ke mereka? No way.
Bagaimana kita bisa menghargai dan menjalin hubungan baik dengan orang lain kalau kita menelan mentah stereotypes yang ada? Orangtua bertato pasti preman, itu hanya salah satunya. Nyatanya, banyak banget stereotypes yang perlu kita buang jauh-jauh.
Credit |
Ketika suatu saat kamu punya teman yang banyak tato, jangan terburu-buru menganggap mereka jahat, preman, atau pengangguran. Bisa jadi, mereka punya titel pendidikan dan pekerjaan yang mumpuni. Bisa jadi, mereka punya hati yang baik dan kelak menjadi teman dekatmu. Bisa jadi, mereka sama seperti kamu. Sama-sama orangtua yang berusaha menjadi lebih baik tiap hari untuk sang buah hati.
Because, parents with tattoos can be great parents, too!
Love
Mbak Gess, jadi mellowww baca ini.... hiksss. Semoga mbak Gess dan keluarga selalu dlm berkah-Nya. Btw, serius operasi ambeien itu sakit? Oh noooo
ReplyDeleteSakit bangeeettt! (Kata Adit) huahahahahaha. Tapi aku dengar dia mengaduh-ngaduh juga kayaknya sakit banget deh mbaaaa >.<
Deletesemoga org2 yg suka menjudge org lain itu bisa sadar ya mba... aku sndiri ga prnh mau ngelabelin org2 dgn sebutan ini itu... buatku sih tato itu hak masing2 orglah.. apalagi di jaman skr ini, tato itu udh seperti seni.. temen2ku, cewe atopun cowo bnyk yg tatoan, tp mereka justru lbh baik dan pengertian drpd temen2 yg ga tatoan. ga ngerti sih knp msh aja ada org yg suka berpikiran picik gitu :)
ReplyDeleteMungkin terbentuk dari pemahaman film/sinetron juga mba. Lihat deh sinetron model FTV picisan gitu. Kalo ada preman, pemerannya suka dikasih tato bohongan kan. Wakwaw banget! Hahaha.
Deleteseniorku (laki-laki) ada yang kerjanya jg di rumah Mak. pas aku mampir ke rumahnya, keliatannya asik. Dua balitanya bs melukin dia kapan aja. aku jd pengen suamiku jg kerja di rumah jugaa. hahaha
ReplyDeleteAwalnya emang menyenangkan. Kita juga bisa liat suami kapan aja, kan. But trust me, lama-lama gak semenyenangkan itu. Banyak kali, kerjaan Adit telat kelar karena 'keganggu' anak-anak. Aku juga jadi gak punya rasa kangen lagi sama dia karena ketemu terus 24 jam sehari. Bahahaha.
DeleteSuami sampe skrg dicap anak nakal ama nyokap gara2 punya 3 tato gede2 dipunggung dan pinggangnya. Padahal biasa2 aja.
ReplyDeleteWuih pinggang? Serius? That must have been painful. Aku gak ada nyali di pinggang deh. Selain emang gak mau juga sih wong pinggangku gembrot. Ketutup lemak perut. Bahahaha.
DeleteSemoga kita semua bisa menjadi orang tua yang bisa menjadi contoh baik bagi anak2 kita ya mbak gess.
ReplyDeleteAminn. Itu harapan abadi buat kita semua para ortu yah <3
Deletewahahah. Jangankan preman mbak. Guru agamaku pas SD dulu juga tatoan. Jaman sekarang emang gak bisa jugde orang cuma penampilannya ajah sih ya! XDD
ReplyDeleteWah cool kalo itu, kayaknya gak banyak guru agama yg punya tato. Or maybe dia sudah duluan punya tato sebelum jadi guru agama kali ya. Yes dont judge a book by its cover only ;))
Deletewaaah ayah siaga banget ya papi adit....semoga mami dan papi ubi selalu dalam lindungan Tuhan..Amiinn...cium buat kakak ubi dan baby aiden muuach
ReplyDeleteAmiinn, makasih Mama Umar. Semoga Umar sehat selalu yah :*
DeleteMama ubi,,
ReplyDeleteSuka banget sama postingannya
Setuju bahwa kt ga bisa mengeneralisasi orang dari apa yg terlihat,,,
Aku malah suka ngeliat orang dengan tato
Unik,,dn berani buat beda
Iyaaa, Mba. Ga bisa generalizing orang just from the outer look. Setuju banget deh!
DeleteHuwaahhh... dari yg saya nonton LA INK dan sejenisnya...memang tatoo banyak sisi sentimentil untuk pemiliknya...
ReplyDeleteDan stereotype yg melekat itu, memang hasil bawaan dari rumah...
Seperti dulu Abby bertanya, kenapa kok tante anu merokok padahal dia perempuan?
Saya bilang, merokok bukan karena dia laki2 atau perempuan, tapi karena memang itu yang dipilihnya.
Semoga mamah2 keceh kayak kita geneh bisa memutus rantai stereotiping yakkk.. *wink*
Oh iya, itu satu lagi stereotype yg sering. Kalo perempuan merokok berarti perempuan gak baik-baik. WHich I disagree because smoking is our own choice and doesn't define how good or bad we are. Ya dong, mama kece harus rawking! *wink wink*
DeleteHm, betul. Kita memang harus belajar banyak untuk ngga gampang stereotipe sama orang. Karena apa? Kita pun belum tentu benar 100%. Manusia tempatnya salah. Dan jangan ditambah salahnya dgn mudah stereotipe ke org lain
ReplyDeleteWOrds of the day: manusia tempatnya salah. Agree 100%!
DeleteSepakat Makk.. Buat aku, justru cowok bertato, bertampang sangar, berjambang lebat, akan tampak sexy dan keren, ketika dia mau nyangklong tas hello kitty atau frozen di pundaknya, anterin anaknya sekolah. :D
ReplyDeleteSekarang era tas Hello Pony kayaknya. Hahaha. OOT. Jambang lebat tuh emang sexy abis yakk kya kya kya >.<
DeleteOrang yg ditato itu berani sakit :D
ReplyDeleteaku sih udah nangis deh baru lihat jarumnya
Hebat mbak . Bener2 SIAGA. Jadi tertarik....itu dulu asal muasalnya dr mn ya, klo tatoan identik serem....gondrong identik brutal... Soalnya ditempat kerjaku dulu, mmng syarat pas seleksi masuk salah satunya tidak bertato....
ReplyDeleteMellow pagi2 baca ginian. Terharu banget ama papi ubiii.. And yes, don't judge a book by it's cover ya Gees. Akupun beberapa kali ketemu orang bertato sikapnya baiik deh. :D
ReplyDeleteSuami siaga ya, mak. Kalo kerja IT emang seringnya dikira lagi nganggur, padahal ngerjainnya di rumah, bisa disambi apa aja yang penting kerjaan kelar :D
ReplyDeleteNyess banget bacanya mbak :'(
ReplyDeleteSemoga sekeluarga selalu diberikan kesehatan ya :))
Speechless baca ini.Mau ngomong apa ya...ehm..don't jugde a book by it's cover..kali pas buat kasus di atas.
ReplyDeletePeluuk Mama Ubii
Manis banget mba suaminya ^^
ReplyDeletehmm maksudnya manis banget perlakuannya ke keluarga dan ke anak tentunya :P
Deletehmm.. mungkin karena selama ini orang-orang bertato yang mereka temui ya orang-orang yang sangar dan suka malak, jadinya ya digeneralisir deh..
ReplyDeletesaya juga pernah ketemu beberapa perempuan yang nyebelin banget, dan kebetulan aja sih bertato... yang nyebelin dan gak bertato... lebih banyak lagi hihihihihhi...
tapi dari blog ini bisa tau kok, walau kalian bertato, tapi kalian orang tua yang sangat sangat hebat untuk aiden dan kakak ubii :) with or without those tattoos..
Aku juga jadi pengen suamiku kerja dari rumah. Jakarta bikin dia jarang bisa ngobrol sama anak2 nya -_-
ReplyDeletecan't agree more...so what if you have tattoo? he's an awesome dad indeed and you, too, are a great mom :)
ReplyDeleteEnaknya punya suami kerja dari rumah, pasti sedikit ngilangin stres karena kerjaan rumah & anak-anak ya. Kayaknya sekarang cowok bertatto justru jadi idola cewek2, contohnya Chef Juna. Tapi kalau di Islam memang gak boleh ditatto, khususnya bagian yg terkena wudhu, karena tatto menghalangi air wudhu. Sedangkan stereotipenya sepertinya terbentuk karena banyak preman yg bertato, pdhl yg gak preman kayak Chef Juna jg bertato. Susah memang menghilangkan stereotipe itu, sepeeti yg sekarang terbentuk bahwa muslim itu teroris. Saya sendiri jg pernah diteriaki teroris waktu ngekos di semarang, pdhl itu masih di Indonesia. Apalagi di luar negeri hiks... Yg penting tetap sabar dan baik ya mak..
ReplyDeleteAku terharu baca tulisan ini. Tapi kok ya aku selalu ingat foto Adit yang menang waktu lomba mirip aqnes monika itu...xixixix... tapi ada 1 status adit yg selalu terlintas di kepalaku yaitu ketika dia terharu karena ubii bisa duduk pertama kali setelah terapi..yang dia mau beliin ubii ice cream jika pada akhirnya ubii bisa dia gandeng jalan2 ke taman...ahh..itu so sweet banget. Mengharukan. Jadi.. tatto menurutku sih nggak berpengaruh pada sifat sweet n care seseorang.
ReplyDeleteAku terharu baca tulisan ini. Tapi kok ya aku selalu ingat foto Adit yang menang waktu lomba mirip aqnes monika itu...xixixix... tapi ada 1 status adit yg selalu terlintas di kepalaku yaitu ketika dia terharu karena ubii bisa duduk pertama kali setelah terapi..yang dia mau beliin ubii ice cream jika pada akhirnya ubii bisa dia gandeng jalan2 ke taman...ahh..itu so sweet banget. Mengharukan. Jadi.. tatto menurutku sih nggak berpengaruh pada sifat sweet n care seseorang.
ReplyDeleteAku pengen bikin tattoo belom kesampaian Makk soale kulitku sensitip 😂 Tapi aku suka sm cowo2 bertattoo gondrong kekar brewok hahahaha .. Macem Dave Grohl gt 😘
ReplyDeleteAh iya, bener juga kamu Ges. Bahkan aku pun seringkali cepat menancapkan stereotype di kepala tanpa memikirkan lebih lanjut. Kudu segera diperbaiki ini yaaa...
ReplyDeleteAdit luar biasa banget nih, care sekali pada keluarga. You are the lucky one to have him, Ges :)
Haru bacanya Mak, huhuhu...ikutan sedih. Itu sweet banget fotonya di kasur. Aiih asyik ya suaminya mau nanya gitu. Nitip makanan kesukaan pasti asyik hahahaha.... semoga lekas sembuh ya buat suaminya, Mak.
ReplyDeleteNice.. suamiku dulu pengen banget punya tato. Tapi bersyukur ga jadi. Karena kalau iya, masuk daftar blacklist sebagai calon suami :D
ReplyDeleteSekarang sih tatoo merupakan bentuk seni ya. Aku Alhamdulillah berusaha ga menjudge orang dari penampilan. Tapi seringnya aku yg di judge soal penampilan :'( *seka airmata
Mama dan papa ku perokok, mayorutas tanteku perokok. Tapi mereka bukan ibu ibu ga becus. Mereka Hajjah kok :D itu pilihan sentimentil mereka. Pilihan berdasarkan latar belakang kehidupan. Whi cares, selama ga ngerokok didekat aku :)
Anyway... suami nya penyayang sekali. Whatta lovely dad. His children ahould be proud of him. Semoga keluarga mami Ubi diberkahi ya :)
Nice.. suamiku dulu pengen banget punya tato. Tapi bersyukur ga jadi. Karena kalau iya, masuk daftar blacklist sebagai calon suami :D
ReplyDeleteSekarang sih tatoo merupakan bentuk seni ya. Aku Alhamdulillah berusaha ga menjudge orang dari penampilan. Tapi seringnya aku yg di judge soal penampilan :'( *seka airmata
Mama dan papa ku perokok, mayorutas tanteku perokok. Tapi mereka bukan ibu ibu ga becus. Mereka Hajjah kok :D itu pilihan sentimentil mereka. Pilihan berdasarkan latar belakang kehidupan. Whi cares, selama ga ngerokok didekat aku :)
Anyway... suami nya penyayang sekali. Whatta lovely dad. His children ahould be proud of him. Semoga keluarga mami Ubi diberkahi ya :)
Jujur aja mak ubi aku dulu takut kalo ketemu org tatoan mungkin krn dr kecil taunya di film2 yg tatoan itu preman. Tp stlh hidup lama di dunia dan ketemu macam2 org jd sadar salah bgt nilai org dr penampilannya. Eh sy kaget mommy ubi punya tattoo? WOOOOW
ReplyDeleteTerima kasih udah ngingetin tentang banyak hal dari tulisan ini, Mbak. Walau tulisannya hanya tentang tato. Banyak belajar darimu :)
ReplyDeleteGresssss may i know, adit kerja dimana ya? Bojoku yo IT banget. And i think di kantor skrg kok gitu2 aja. Sp tau klo ikut adit jd better. Apalg bisa kerja dirumah ya. Eh yang dlu km bahas ttg benjolan di payudara blm ada lanjutane yah?
ReplyDeleteDi kosanku juga ada mbak-mbak yang bertato, dan orangnya sangat good personality, dan saat kutanya alasan beratato, dia bilang sambil menunjukkan tato di lengannya, "beause my mom, sil". Dan menurutku itu, sweet.
ReplyDeleteIhhhh aku malah menganggap orang bertato sexy :p sayang aja aku takut jarum .-. kalo tidak pasti udah bertato ^^
ReplyDeleteHelo moms ubii. Aku seorang ibu dr satu anak laki2 yg lagi aktif bgt dan sedikit bandel. Anakku suka bgt jambak2 atau cubit2 anak orang. And you know i has tattoo �� xoxoxo.. Apa penilaian mereka. Ortu mereka nyeletuk "pantes anaknya galak liat tuh tangan mamanya. Ih udah jangan deket2 nanti kamu dipukul sama mama nya."
ReplyDeletePengen rasanya aku teriak "helloooowww maksud lo kalo gw tatoan bakalan gamparin anak lo kalo ngelawan anak gw?!"
Actually aku suka dan sering bgt menegur anakku kok kalau dia galak dan aku ga bakalan ikut marahin anak orang kalo toh anakku yg salah. Sbenernya kadang aku pengen nanya ada yg salah dgn dunia ini kayanya. So far selama ini lingkungan memperlakukan kami yg bertato ini layaknya alien. Hoho.. Tp gapapa, aku bangga kok sm diriku sendiri. Aku masi mama muda, jaman lajang dulu akrab sama kelayapan tp alhamdulillah bgt aku lulus kasih Billy asi sampai genap 2 tahun �� dan aku masak sendiri cemilan dan makanan buat dia without baby sitter. Xoxoxo dan skrg Billy baru usia 2 tahun uda bisa adzan, berhitung dan hafal anggota tubuh, uda lancar komunikasi merangkai kalimat. Nah kadang pengen bertanya jg "kalian yg ga bertato kasih asi ga? Urus anak sendiri ga? Dan apa kalian udah mendidik anak akhlak dan pelajaran agama sedini mungkin?"
Yah tapi itulah stereotype selalu ga adil kan. Positif nya anak2 yg terlahir dr ortu spesial dan berbeda akan lbh luas dan terbuka pemikirannya. Mereka akan fleksibel bergaul dgn beragam kalangan masyarakan.
�� bahkan yg paling asem itu pas aku merit sis.. Suamiku kan kalem anak pesantrenan gt, boro2 tato atau tindik penampilan aja ajegile rapii nya. Sering bgt aku denger org yg nyeletuk "pasti kamu nikahin dia kasian ya?" Ada jg yg bilang "kamu tanggung jawab anak dia ya?!"
�� pengen rasanya nabokin satu2 tuh. Actually aku pacaran normal biasa, kita jg nikah baik2 bukan married by accident kok. Dan Billy tercipta setelah kami menikah 1 bulan. Kebangetan deh kata2 orang2 kadang kadang. Tp gapapa deh sist. Dgn action kdg sy bungkam mulut mereka perlahan lahan.
Banyak kok penculik, perampok atau pemerkosa yg tampilannya rapi. Dan ga semua org bertato itu penjahat atau org kere. Tato itu mahal loh �� dan kita bekerja normal kok bukan pengangguran yg suka malak. Wkwkwk.. Ya gitu lah namanya manusia.
Oya semangat ya moms Ubii. Spesial bgt loh bisa dikasih anugrah anak yg istimewa. ����
Semangat moms ubi :) ...
ReplyDeleteSeseorang itu tidak bisa dilihat dari tampilannya ternyata memang bener dan nyata moms :) ...
Kadang saya sendiri menyadari hal itu walau mungkin dalam bentuk yang lain :) ...
1. I LOVE tattoo (even ngga akan bisa punya krn satu dan lain hal)
ReplyDelete2. Papaku tatoan hahhahahaha dan itu KEREN hahahhahahah
3. They just jealous
Salam kenal mba Grace
roosvansia(dot)com
Semoga saya gak terjebak stereotyping orang, gampang banget memang jatuh ke jebakan stereotyping. Gak cuman buat tato tapi buat semuanya. Duluuuu waktu kecil memang sering denger tato=preman. Tapi semakin gede semakin kagum sama tato dan rasanya kok pengen juga. Tapi gak berani sakitnya juga. But I do admire people with tattoo.
ReplyDeleteBoth of you are definitely great parents!