Sebetulnya sudah cukup lama ingin menulis ini, tapi saya takut kalau menimbulkan yang nggak enak-nggak enak, karena kadang-kadang perbincangan tentang keyakinan bisa menjadi sesuatu yang sensitif. Semoga saja enggak ya.
Cerita ini hanya isi hati saya semata. Sama sekali bukan untuk membenarkan atau apa pun, karena yang menentukan benar atau nggak, hanyalah hak prerogatif Tuhan semata.
Ini cerita tentang Natal saya tahun 2015 ini ditemani oleh Adit yang nggak merayakan Natal.
Teman-teman dekat saya biasanya sudah tau kalau saya dan Adit memanggil Yang Maha Kuasa dengan sebutan yang berbeda. Saya memanggil-Nya dengan Tuhan Yesus dan Adit memanggilnya dengan Allah. Saya merayakan Hari Natal, sedangkan Adit merayakan Idul Fitri.
Beberapa teman yang belum tau, kadang heran melihat postingan saya. Karena saat bulan puasa saya bercerita kalau saya menemani Adit berbuka, tapi kok hari Natal saya ke gereja. Apalagi kalau saya upload foto dengan keluarga Adit yang mengenakan jilbab, biasanya akan ada yang bertanya pada saya lewat message, sebenarnya saya tuh merayakan apa sih.
Saya nggak pernah menutupi hal ini. Kalau ada yang bertanya, ya saya jawab apa adanya saja. Kalau kemudian mereka menjadi menjauhi saya, ya itu hak mereka. I can never please everyone.
Sebetulnya, buat saya, melihat pasangan berbeda agama itu bukan hal yang baru karena beberapa teman saya dan orangtua teman-teman saya ada yang seperti itu. Tapi, memang, ternyata berbeda rasanya ketika saya mengalami sendiri.
Puji syukur, sampai saat ini saya dan Adit masih baik-baik saja. Kami tetap solid. Saya ikut menemaninya berbuka puasa dan kumpul keluarga tiap Idul Fitri. Adit pun gantian ikut menemani saya mudik ke kampung halaman ketika saya merayakan Natal. Kadang-kadang, Adit ikut menemani saya beribadah untuk menjaga anak-anak sehingga saya bisa beribadah dengan tenang. Seperti yang ia lakukan tahun ini. Karena Adit ikut, ia bisa menjaga Baby Aiden yang cranky sehingga saya nggak melewatkan sesi firman dan pujian. Adit juga yang menawarkan untuk berfoto bersama pohon Natal. Everything is good. Postingan ini juga atas persetujuan Adit sebelum saya publish.
Idul Fitri 2014 |
Kalau ditanya suka dan duka nya, tentu lah pasti ada. Kadang saya membayangkan bagaimana rasanya bisa bergereja bersama. Adit pun pastinya kadang-kadang juga membayangkan bagaimana rasanya jika ia shalat dengan mengimami istrinya. Tapi, kami sepakat untuk mencari yang indah-indah saja dan nggak terlalu mempermasalahkan hal itu. Jalan tengah nya, kadang-kadang kami berdoa bersama-sama. Doa yang netral dengan sebutan Yang Maha Kuasa yang netral, mendoakan anak-anak dan keluarga kami. Rasanya itu sudah cukup kok untuk kami.. :)
Suka nya, pasti ada juga, karena kami berusaha mencari sisi suka tersebut. Misalnya, kami jadi merayakan beberapa hari raya. Idul Fitri, Natal, dan Imlek juga karena saya masih ada keturunan Tionghoa. Kami jadi lebih menghargai adat dan kepercayaan satu sama lain, juga pada orang lain. Kami jadi lebih bisa bertoleransi terhadap perbedaan. Jadi, sampai saat ini, nggak pernah sekali pun hubungan kami dengan para sahabat menjadi renggang hanya karena perbedaan keyakinan. Saya juga jadi lebih tau tentang cerita-cerita Nabi yang ada di Alquran karena Adit menceritakan. Sebaliknya, kadang saya juga bercerita tentang apa yang ada di Alkitab, kalau Adit bertanya. Sejak menikah dengan Adit, saya jadi makin tau tentang hal-hal itu.
Kalau ditanya tentang anak-anak, sejujurnya saya belum terlalu memikirkan karena mereka masih kecil-kecil. Mungkin kelak hal itu harus kami pikirkan juga, tapi nggak sekarang-sekarang. Satu-satu saja dulu deh. Kami masih fokus sekali dengan agenda perbaikan kesehatan Kakak Ubii sekarang. Sejujurnya, buat saya dan Adit, semua agama itu baik. Semua nya pasti mengajarkan hal kebaikan. Yang lebih penting buat kami adalah bagaimana kami mengamalkan kebaikan itu, bagaimana kami bertingkah laku yang baik dan nggak melanggar norma dalam masyarakat. Itu yang penting buat kami.
Tapi, sekali lagi, apa yang percayai dan lakukan ini, pasti nggak sejalan dengan pemahaman beberapa orang. Semoga perbedaan ini tetap membuat kita bisa bersahabat dan menjalin silaturahmi ya, teman-teman..
^___^
Kita tidak memanggil Yang Maha Kuasa dengan sebutan yang sama. Kita tidak beribadah dengan ritual yang serupa. Aku merayakan Natal, sesuatu yang tidak kamu rayakan. Tapi, terima kasih untuk mau mengantarkanku ke gereja. Terima kasih, untuk mau menjagai anak kita sehingga aku bisa beribadah dan bernyanyi lagu Natal dengan tenang. Bahkan ketika akhirnya anak kita rewel, kamu tidak keberatan menenangkannya ke luar sehingga aku tidak melewatkan sedikit pun sesi firman dan pujian. Natal ku bisa tetap kuimani dengan suka cita, adalah karena keikhlasanmu juga. So, thanks to you, my suffering companion.. :'))
Love,
Suka nya, pasti ada juga, karena kami berusaha mencari sisi suka tersebut. Misalnya, kami jadi merayakan beberapa hari raya. Idul Fitri, Natal, dan Imlek juga karena saya masih ada keturunan Tionghoa. Kami jadi lebih menghargai adat dan kepercayaan satu sama lain, juga pada orang lain. Kami jadi lebih bisa bertoleransi terhadap perbedaan. Jadi, sampai saat ini, nggak pernah sekali pun hubungan kami dengan para sahabat menjadi renggang hanya karena perbedaan keyakinan. Saya juga jadi lebih tau tentang cerita-cerita Nabi yang ada di Alquran karena Adit menceritakan. Sebaliknya, kadang saya juga bercerita tentang apa yang ada di Alkitab, kalau Adit bertanya. Sejak menikah dengan Adit, saya jadi makin tau tentang hal-hal itu.
Natal 2015 |
Kalau ditanya tentang anak-anak, sejujurnya saya belum terlalu memikirkan karena mereka masih kecil-kecil. Mungkin kelak hal itu harus kami pikirkan juga, tapi nggak sekarang-sekarang. Satu-satu saja dulu deh. Kami masih fokus sekali dengan agenda perbaikan kesehatan Kakak Ubii sekarang. Sejujurnya, buat saya dan Adit, semua agama itu baik. Semua nya pasti mengajarkan hal kebaikan. Yang lebih penting buat kami adalah bagaimana kami mengamalkan kebaikan itu, bagaimana kami bertingkah laku yang baik dan nggak melanggar norma dalam masyarakat. Itu yang penting buat kami.
Tapi, sekali lagi, apa yang percayai dan lakukan ini, pasti nggak sejalan dengan pemahaman beberapa orang. Semoga perbedaan ini tetap membuat kita bisa bersahabat dan menjalin silaturahmi ya, teman-teman..
^___^
***
Love,
Yang seimanpun banyak hal yang harus dikompromikan dan ditolerasikan... jadi memang bagaimana kita menyikapinya...
ReplyDeleteKarena setiap pilihan (apapun) hakikatnya ada konsekuensinya masing...
berdamai dalam perbedaan itu indah
selamat natal ya mami ubii...
ReplyDeleteselamat natal a mami ubii dan aiden...:*
ReplyDeleteAku baru tau lho mami ubii. Salut sama kalian tetap solid dan toleransi. Baik2 terus yaaa... Love love love :)
ReplyDeleteAwet2 yah, Ges. :)))
ReplyDeleteAkuu *nunjukJari yg dah lama mau tanya tp bukan krn yg dsebut di atas melainkan dr tulisan mami ubii (n baby aiden) di bbrp posting yg bnuansa agama ttentu pdhal saya pikir agamanya yg lain. Anyway, selamat beribadah dalam perbedaan ya ... ^.^
ReplyDeleteBaca postingan ini syahdu banget, rasanya memang damai banget kalo kita saling bertoleransi.
ReplyDeleteSalut buat mbak Gesi dan suami, bisa selalu sehati dalam perbedaan :)
ReplyDeletewah telat nih ngucapinnya.. gpp yaaaa... Selamat merayakan Natal 2015 dan Tahun Baru 2016 mommy ubii :) selamat libur panjang yaaaaa
ReplyDeleteAwesome couple, you two!!!
ReplyDelete4 thumbs up...
Salutttttt. Langgeng selalu ya, Mbak :*
ReplyDeletesemoga kalian berdua terus rukun dan mesra dalam perbedaan ya
ReplyDeleteAku taunya pas baca naskah mentah buku Letter to Aubrey deh kayaknya. Keren ya Mbak, toleransi kalian.
ReplyDeleteaku juga terlahir dari ortu yg beda agama dan kami dibebaskan memilih keyakinan kami sendiri. Jadi keluargaku tuh beda iman, tp selalu rukun dalam perbedaan. Makanya suka aneh dg orang2 di luar yang selalu mempermasalahkan.
ReplyDeleteSalute mami Ubii
ReplyDeleteSelamat menikmati kebersamaan meski dlm perbedaan... selama itu cinta akan selalu ada kompromi :)
ReplyDeleteBahagia, ya. Saling memahami dan menghargai. :)
ReplyDeleteMbak, selamat ulang tahun, ya. :D #telat ngucapin
saling menghargai ya mbak semoga bahagia selalu dalam perbedaan :)
ReplyDeleteselamat natalan mbak
ReplyDeleteseneng lihat mami ubii dan pasangannya kompak dalam saling menghargai dan awet. langgeng terus ya...
ReplyDeletePembelajaran yang mungkin nggak ada di bangku sekolah ya mak Ges, selalu rukun dan semoga selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa.
ReplyDeletepengalaman jaman kuliah dulu ges..ah jadi inget masa lalu.wkwkwkwk...dulu dia nemenin aku buka puasa bahkan dengerin aku ngaji. sementaa kalau jjadwal dia ke gereja aku harus rela nunggu buat telat 1 jam dari jadwal apel.hahahaha....disitulah perbedaan dimana harus saling menghargai :D
ReplyDeleteWahhh, benar benar harus kuat menjalani perbedaan seperti ini, apaagi kalau masalah anak.
ReplyDeleteHarus pelan pelan di beri pengertian nanti nya.
Semoga langgeng mba dan Kuat dalam Iman :)
Oia, selamat Hari Natal juga mba.
Salam kenal yahhh.
Buleipotan.com
saluutt makk, udah beda etnis, beda keyakinan, ujian kakak ubii,dan masih bertahann...two thumbs up dehh, :)
ReplyDeletekeluarga kalian sungguh luar biasa, bener2 keluarga yg sangat menghargai perbedaan...
ReplyDeletesalut..salut..salut..iya saya juga bertanya2 waktu itu, kok mami ubi nemenin papi adit buka puasa, kok mami ubi foto ama mertua yang berhijab?
ReplyDeleteyaya,, dan saya sudah menemukan jawaban yang pasti dari mami ubi. Semoga TUHAN selalu memberikan kedamaian :)
terus aku mbrebes mili baca postingan ini :')
ReplyDeleteSaya baru tau hal ini, makasih sudah sharing Mbak. Semoga rumah tangga kalian selalu diberikan keberkahan, aamiin.
ReplyDelete