Judul There's Always A Price to Pay kayaknya cocok banget dengan apa yang saya dan Adit rasakan tentang Kakak Ubii belakangan ini. Dulu kami selalu berharap dan berandai-andai kapan yah Kakak Ubii bisa mengacak-acak rumah. Kapan yah Kakak Ubii bisa semakin menyadari apa yang ada di sekitar nya. Kapan yah Kakak Ubii bisa semakin berkembang kemampuan kognisi nya. Kapan yah Kakak Ubii bisa semakin baik kemampuan oromotor (oral motorik) nya. Dan berbagai harapan lain.
Saat itu saya dan Adit belum menyadari bahwa ketika Kakak Ubii mencapai masa itu kelak, kami juga sudah pasti akan menghadapi tantangan-tantangan baru yang menyertai progress nya. And, now, it is happening...
Sekarang Kakak Ubii sudah lihai merangkak ke mana-mana. Kemampuan nya untuk menyadari lingkungan sekitar nya juga bertambah. Keingintahuan nya pun meningkat. Alhasil, Kakak Ubii jadi sering melanglang buana ke seisi rumah. Ia menjelajah dapur, taman, kamar mandi, kamar tamu, kamar setrika, dan berbagai tempat lain.
Nggak cuma itu. Kakak Ubii juga bikin semua tempat berantakan. Kalau untuk berantakan nya sih, saya dan Adit sama sekali nggak masalah. Sungguh. Karena, deep down inside, ada perasaan berbunga-bunga yang kami rasakan. Akhirnya... Akhirnya, kami punya rumah berantakan karena ulah anak-anak.
Menjelajah area meja makan, terus terpukau sendiri. This was her first time being there |
Menjelajah kamar mandi dan kecolongan sampai 'ngepel' di dalam *__* |
Wajah girang nya saat menjelajah area jemuran |
Menjelajah ke gang masukkin motor |
Menjelajah dapur dan bablas ke kamar mandi belakang |
Nggak cuma itu. Kakak Ubii juga bikin semua tempat berantakan. Kalau untuk berantakan nya sih, saya dan Adit sama sekali nggak masalah. Sungguh. Karena, deep down inside, ada perasaan berbunga-bunga yang kami rasakan. Akhirnya... Akhirnya, kami punya rumah berantakan karena ulah anak-anak.
Yang bikin agak masalah adalah.. kami sama sekali belum mempersiapkan rumah kami supaya aman saat dijelajah Kakak Ubii. Kabel-kabel masih berserakan di mana-mana. Colokan listrik masih dengan gampang nya dijangkau oleh Kakak Ubii. Saya sama sekali belum siap dengan amunisi mengamankan rumah seperti penahan pintu, pelindung colokan listrik, dan lain-lain. Sudut-sudut tajam pun masih banyak. Saya dan Adit juga masih agak ceroboh. Pernah suatu saat ada tamu berkunjung ke rumah kami dan kami menyuguhkannya teh. Pakai gelas beling. Setelah tamu pulang, kami nggak langsung menyingkirkan gelas-gelas bekas teh itu. Kami kan malas banget. Hahaha. Ternyata, Kakak Ubii menjelajah sampai ke meja tamu. Ia menggapai meja tamu kami yang memang pendek itu dan menyenggol gelas sampai jatuh. Pranggg. Pecah. Kami kaget bangeeet. Untungnya, Kakak Ubii nggak luka, nggak berdarah sama sekali karena terkena pecahan beling. Pelajaran berharga banget untuk kami.
Kemampuan lain yang meningkat dan sebetulnya patut kami syukuri adalah kemampuan oromotor nya. Oh ya, FYI, anak dengan cerebral palsy itu memang rata-rata punya masalah oromotor juga. Kasus yang paling kerap saya temui adalah kesulitan mengunyah, karena lidah nya kaku. Jadi, anak dengan cerebral palsy itu mengunyah nya masih ke arah depan belakang. Belum lihai ke depan, belakang, kanan, kiri. Jadi, makanan pun menjadi sering menempel/menyangkut di langit-langit mulut dalam. Nah, kemampuan oromotor Kakak Ubii belakangan ini membaik. Mengunyah nya semakin lancar. Puji syukur.
Tapi oh tapi, ternyata itu juga menghadirkan tantangan baru buat saya dan Adit, yaitu dalam hal meminumkan obat. Dulunya, rasanya gampang 'memaksakan' agar obat bisa masuk. Sekarang, Kakak Ubii sudah bisa melepeh. Obat Kakak Ubii rasanya nggak manis, jadi pasti nggak enak di lidah. Kakak Ubii jadi cukup sering melepehkan obatnya. Sesi rutin minum obat jadi ekstra lebih rempong. Kalau dilepeh membasahi area mulut dan leher, kan lengket tuh. Otomatis jadi harus lap-lap wajah dan leher nya. Apalagi kalau lepehan obat nya mengotori dan membasahi baju juga. Jadi perlu ganti baju deh. Jadi satu obat bisa diminumkan beberapa kali baru berhasil. Fiuh.
Kemampuan kognisi yang berkembang juga membuat Kakak Ubii menjadi mulai punya keinginan sendiri. Sementara nggak semua keinginan bisa saya kabulkan. Nah, kalau pas nggak dikabulkan, Kakak Ubii sudah mulai bisa marah, dengan cara nya sendiri. Ia akan nangis atau menjerit-jerit sambil menggelengkan kepala nya atau mengkakukan badannya. Contoh keinginannya yang kadang nggak saya penuhi ialah kalau ia kepengin main di taman padahal sudah maghrib dan gelap. Atau, kalau ia ingin meraih barang yang ringkih dari atas rak televisi. Intinya, yang biasanya nggak saya kabulkan adalah hal-hal yang (menurut saya) berbahaya atau bisa bikin ia kesakitan. Menghadapi kerewelan dan kemarahannya saat keinginannya nggak dipenuhi itu lumayan menguras emosi juga sih.. Ihiks.
Sejauh ini sih baru itu tantangan-tantangan baru yang saya dan Adit hadapi seiring perkembangan motorik dan kognisi Kakak Ubii. Nanti kalau ada progress lain, pasti akan ada tantangan baru yah. Semoga saya dan Adit bisa menghadapinya dengan kepala dingin.
So, I guess, there's always a price to pay. New progress will bring new challenge. Semangat!
Kalau kalian, gimana? Tantangan baru apa yang kalian rasakan seiring perkembangan anak-anak tercinta? Yuk share ^__^
Love,
Kemampuan kognisi yang berkembang juga membuat Kakak Ubii menjadi mulai punya keinginan sendiri. Sementara nggak semua keinginan bisa saya kabulkan. Nah, kalau pas nggak dikabulkan, Kakak Ubii sudah mulai bisa marah, dengan cara nya sendiri. Ia akan nangis atau menjerit-jerit sambil menggelengkan kepala nya atau mengkakukan badannya. Contoh keinginannya yang kadang nggak saya penuhi ialah kalau ia kepengin main di taman padahal sudah maghrib dan gelap. Atau, kalau ia ingin meraih barang yang ringkih dari atas rak televisi. Intinya, yang biasanya nggak saya kabulkan adalah hal-hal yang (menurut saya) berbahaya atau bisa bikin ia kesakitan. Menghadapi kerewelan dan kemarahannya saat keinginannya nggak dipenuhi itu lumayan menguras emosi juga sih.. Ihiks.
Ini saat Kakak Ubii rewel karena saya menghalanginya dengan travel bag supaya ia nggak merusuhi saya yang sedang memandikan Adik Aiden |
Sejauh ini sih baru itu tantangan-tantangan baru yang saya dan Adit hadapi seiring perkembangan motorik dan kognisi Kakak Ubii. Nanti kalau ada progress lain, pasti akan ada tantangan baru yah. Semoga saya dan Adit bisa menghadapinya dengan kepala dingin.
So, I guess, there's always a price to pay. New progress will bring new challenge. Semangat!
Kalau kalian, gimana? Tantangan baru apa yang kalian rasakan seiring perkembangan anak-anak tercinta? Yuk share ^__^
Love,
ubiiii yang rajin ngacak-ngacaknyaaa yaaaa
ReplyDeleteWaaaah kaka Ubii hebaaaaat! Semangat terus ya kaka Ubii
ReplyDeletekaka Ubii makin hebbbat! kalo saya tantangannya karena ga ada TV anak2 loncat sana kemari dan teriak2 ky di hutan. kalo ayahnya udah mau istirahat dan ga tahan, bisa jd perang dunia hehe
ReplyDeleteidih pake travel bag! sama kayak saya dulu. tinggal di rumah petak, pintu depan diganjeli koper. eh bisa dipeneki si damar. tau2 udah mbrangkang di luar.
ReplyDeletepas udah rambatan pintu dipasangi galon2 air mineral. jadilah dia cuma bisa teriak2 mamggil temannya dari dalam.
Yeiy! Kakak Ubii hebat. Setelah adik Aiden lahir, seperti enggak mau disalip, kemajuannya jadi pesat banget ya... Ikut seneng banget lihatnya. :)
ReplyDeleteSetipa hr adalah hari baru dan pelajaran baru menjadi orang ua ya mbak.
ReplyDeletekakak ubi jd seneng ngacak2.. mwaaa.. seru ya bi..
ReplyDeleteKalo saya sekarang kerasanya Nabil mulai butuh permainan tambahan euy. Makin harus ditambah kuota mainnya, makin minta perhatian karena saya sering tinggal kerja sih heuheuheu. Saya ngalami juga persis sama kayak Ubi sekarang Nabil waktu bisa ngerangkak, isi rumah diacak-acak. Emang bener yah, punya anak sama kayak sekolah yg gak selesai-selesai. Ada aja tantangannya :D
ReplyDeletesemangat kakak ubi,,,,,
ReplyDeletesemangat mami,,,,
menanti cerita berikutnya,,
yang paling terharu yang cerita ubi ketiduran sendiri,, sambil ngacak2 baju,,,
uwaaa, ubii mulai jalan-jalan kemana-mana ya, mak. ngacak-ngacak baju juga hehe. semangat kak ubii <3
ReplyDeleteDi saat ada ibu yang selalu kesel dengan rumahnya yang acak-acakan, justru rumah acak-acakan jadi pertanda keluarga lebih bahagia ya, bahwa ada anak lincah di dalamnya..
ReplyDeleteSelamat ya Ubii. Semoga tetap semangat!!!
ReplyDeleteRumah berantakan akibat ulah anak-anak memang pemandangan yang mengharukan hihihii. Anakku baru bisa jalan, rutin tiap hari pasti ngacak-acak rak dvd. Mainan berserakan dari teras sampai pintu belakang. Tapi lucu sekali melihatnya.
alhamdulillah mama ubii... saya begitu terkesan dengan mama ubii dan ayahnya, benar-benar ladang pahala buat kalian, kalau saya belum tentu bisa sehebat kalian.
ReplyDeleteWahh kaka ubi udah gedee, udah bisa acak2 rumah :D Beberapa kali baca postingan mbak grace tentang ubi. Salut buat ubi,mami dan papinya.Gbu.
ReplyDeletePuji Tuhan ya Mak Ges, semoga kemampuan Ubi slalu meningkat terus. Dinikmati aja itu rumah berantakan, walau kadang sok anyel,hehehe.
ReplyDeleteaku seneng baca progress kaka ubii di blog mu ini mba... rasanya jd ikut happy ubii udh bnyk kemajuan :). Terharu juga iya, itu liat dia nangis di atas koper, ya ampuunnn, ikutan sedih :) Sehat trus ya ubii ^o^
ReplyDelete