Hola! Belakangan ini saya sedang semangat-semangat nya menulis tentang parenting, parenting special needs, dan review buku anak. Tentang curhat remeh juga deng kadang-kadang. Hehehe. Udah lama nggak share tulisan yang berhubungan dengan kegiatan blogging. And, now, it is time!
Saya nggak bakal berbagi tutorial blogging yang sophisticated karena saya pun masih kismin ilmu. LOL. Saya mau share aja tentang tips mereview produk ala Mami Ubii. Nggak menggurui atau gimana, please feel free kalau mau kasih saran, kritik, atau masukan juga yah.
So, review produk...
Siapa sih yang nggak bahagia kalau dapet berkah ngeblog berupa produk gratis untuk direview? Saya sih bahagia buanget. Sangking bahagia nya sampai kadang norak sendiri. Yup, that's just me being me. Norak. LOL.
Puji syukur, beberapa kali blog Diari Mami Ubii ini dapat kesempatan mereview produk yang memang saya butuhkan atau memang saya tau bakal terpakai, seperti fashion items Mothercare dan perlengkapan ASI Avent.
Baca: Review Produk Mothercare dan Review Produk Avent
Kadang saya suka ditanya, gimana saya dapat kesempatan itu? Daftar kah atau ujug-ujug ditawarin atau gimana sih? Jawabannya, ada yang memang daftar dan ada yang beneran suer ujug-ujug ditawarin. Dan, alhamdulillah, ada saja kesempatan mereview produk dari sebuah brand yang kemudian jadi berlanjut atau diperpanjang.
Nah, terus saya mau berbagi tips ala saya. I mean, yang biasa saya lakukan tentang review produk yah.
Nah, terus saya mau berbagi tips ala saya. I mean, yang biasa saya lakukan tentang review produk yah.
Tulis Opini dengan Jujur
Walau saya mata duitan gratisan, tapi bukan berarti opini saya bisa dibeli dengan paksa. Kalau memang ada minus dari produk tersebut, ya saya tulis apa adanya. Misalnya saat saya mereview diaper bag Lassig, di bagian minus, saya tulis itu pricy karena memang keadaannya begitu untuk kantong saya.
Baca: [REVIEW] Tas Bayi Lassig
Kalau ada review produk yang saya nggak tuliskan minus nya, berarti simple, saya memang nggak merasa ada minus di produk yang saya review.
Dare to Say, "Thanks But, No Thanks"
Masih related sama poin sebelumnya, menulis lah dengan jujur. Jadi, kalau memang ditawari produk untuk direview tapi kita kurang cocok, ya berani lah menolak. Menolak di sini bukan bermaksud gaya atau arogan yah, tapi lebih ke supaya agency atau brand yang menawari juga nggak merasa kecewa dengan review kita kelak.
Alasan kurang cocok itu kan macam-macam. Kalau pengalaman saya, kadang nggak cocok nya karena masalah tenggat waktu, jenis produk, dan usage nya untuk saya atau anak-anak.
Tenggat waktu. Ada nih pernah saya ditawarin produk untuk direview. Personally, saya suka produknya dan saya kepengin banget bisa mereview produk itu. Tapi, ada deadline cukup mepet yang diberikan ke saya padahal saat itu saya sedang riweuh dengan persiapan operasi implan koklea Kakak Ubii. Ya, I had to dare to say NO. Karena saya sadar kalau saya nggak akan bisa fokus mengerjakan review plus nggak yakin apa bisa on time. Daripada mengecewakan agency/brand?
Jenis produk. Dulu saya pernah ditawari produk clodi untuk direview pas zaman nya Kakak Ubii. Personally, saya mikir clodi itu kece-kece. Gratis, pula kan. Tapi, saat itu, Kakak Ubii sedang terkena ISK (Infeksi Saluran Kencing) sehingga dokter melarang penggunaan popok sekali pakai atau popok model clodi. Kakak Ubii benar-benar harus pakai celana pop biasa supaya bisa segera diganti kalau sudah diompolin. So, I dared to say NO again.
Usage. Nah kalau ini baru-baru aja. Dapat tawaran untuk mereview botol dot untuk Baby Aiden. Meanwhile, entah kenapa, belakangan ini Baby Aiden syusyah banget nget nget pakai dot saat minum ASIP. Ia malah lebih mau disendokin. Jadi, ya, I dared to say NO lagi. Karena saya pikir gimana nanti ambil foto nya? Soalnya saya tipe yang kepengin memfoto produk saat dipakai supaya benar-benar terlihat penggunaan nya gimana. Review produk saya pasti experience-based. And I want to keep it that way.
Foto-Foto
Karena saya kepengin review produk saya experience-based, jadi pasti semua saya cobain baru foto-foto. Mungkin menurut teman-teman, ini nggak penting. Tapi, buat saya, ya inilah cara saya menulis review. Seperti saat mereview fashion items atau perlengkapan ASI, itu saya cobain semua dulu.
Untuk produk yang banyak printilan nya, saya suka menjembrengkan semua printilan itu kemudian saya beri keterangan printilan itu apa aja sih. Ya, supaya pembaca ngerti aja penampakan asli nya seperti apa. Tapi, ya, kalau ini kembali lagi ke masing-masing aja. Doable atau nggak.
Untuk kualitas dan gaya foto (atau apa ya istilahnya hehehe), saya merasa foto-foto yang saya ambil itu biasa banget. Nothing special about them. Di sini saya merasa kalau saya memang masih butuh banyak belajar supaya bisa ambil foto yang bagus. Entah dari background, angle, editing, dan lain-lain. Ada yang mau ngajarin? :)
Harga Produk
Biasanya kalau yang saya review hanya satu item dalam satu post, saya selalu cantumkan harga nya. Dulu sih enggak, hehehe. Tapi, ternyata cukup banyak komentar nanyain harga. Jadi, ya akhirnya saya tulis di review-review produk selanjutnya.
Tapi, kalau items yang saya review ada beberapa dalam satu post, biasanya nggak saya cantumkan.
Share Post
Sebenarnya, walau blogpost saya isinya bukan review berbayar pun, saya pasti share tulisan saya di media sosial. Tapi, kalau blogpost berisi review berbayar ya saya makin getol share nya, walau kadang agency/brand nggak mengharuskan itu secara spesifik. Alasannya, ya supaya makin banyak yang membaca dan ngeh ada loh produk yang saya ulas di pasaran. Kalau dengan makin banyak yang ngeh, lalu produk itu makin laris, alhamdulillah banget. Saya malah ikut senang.
Beri Laporan
Saya selalu memberi laporan pada agency/brand yang mempercayakan produknya untuk saya review. Walau sebetulnya mereka nggak minta, saya tetap mengirim. Masalah nanti laporan nya benar-benar dibaca atau nggak, that doesn't bother me. Pokoknya saya kirim aja, istilahnya sebagai bentuk pertanggungjawaban saya yang terakhir untuk produk tersebut.
Yang biasanya saya cantumkan dalam laporan adalah:
Untuk isi laporan ini, saya bikin-bikin sendiri. Mungkin masih ada kekurangan yah? Ada yang mau menambahkan tentang hal lain yang sebaiknya saya cantumkan dalam laporan? :)
Kayaknya itu dulu yang bisa saya share. Ada yang punya tips atau masukan lain? Yuk belajar bareng yuuuukkk. Sharing is caring ^___^
Love,
Jenis produk. Dulu saya pernah ditawari produk clodi untuk direview pas zaman nya Kakak Ubii. Personally, saya mikir clodi itu kece-kece. Gratis, pula kan. Tapi, saat itu, Kakak Ubii sedang terkena ISK (Infeksi Saluran Kencing) sehingga dokter melarang penggunaan popok sekali pakai atau popok model clodi. Kakak Ubii benar-benar harus pakai celana pop biasa supaya bisa segera diganti kalau sudah diompolin. So, I dared to say NO again.
Usage. Nah kalau ini baru-baru aja. Dapat tawaran untuk mereview botol dot untuk Baby Aiden. Meanwhile, entah kenapa, belakangan ini Baby Aiden syusyah banget nget nget pakai dot saat minum ASIP. Ia malah lebih mau disendokin. Jadi, ya, I dared to say NO lagi. Karena saya pikir gimana nanti ambil foto nya? Soalnya saya tipe yang kepengin memfoto produk saat dipakai supaya benar-benar terlihat penggunaan nya gimana. Review produk saya pasti experience-based. And I want to keep it that way.
Foto-Foto
Karena saya kepengin review produk saya experience-based, jadi pasti semua saya cobain baru foto-foto. Mungkin menurut teman-teman, ini nggak penting. Tapi, buat saya, ya inilah cara saya menulis review. Seperti saat mereview fashion items atau perlengkapan ASI, itu saya cobain semua dulu.
Untuk produk yang banyak printilan nya, saya suka menjembrengkan semua printilan itu kemudian saya beri keterangan printilan itu apa aja sih. Ya, supaya pembaca ngerti aja penampakan asli nya seperti apa. Tapi, ya, kalau ini kembali lagi ke masing-masing aja. Doable atau nggak.
Untuk kualitas dan gaya foto (atau apa ya istilahnya hehehe), saya merasa foto-foto yang saya ambil itu biasa banget. Nothing special about them. Di sini saya merasa kalau saya memang masih butuh banyak belajar supaya bisa ambil foto yang bagus. Entah dari background, angle, editing, dan lain-lain. Ada yang mau ngajarin? :)
Harga Produk
Biasanya kalau yang saya review hanya satu item dalam satu post, saya selalu cantumkan harga nya. Dulu sih enggak, hehehe. Tapi, ternyata cukup banyak komentar nanyain harga. Jadi, ya akhirnya saya tulis di review-review produk selanjutnya.
Tapi, kalau items yang saya review ada beberapa dalam satu post, biasanya nggak saya cantumkan.
Share Post
Sebenarnya, walau blogpost saya isinya bukan review berbayar pun, saya pasti share tulisan saya di media sosial. Tapi, kalau blogpost berisi review berbayar ya saya makin getol share nya, walau kadang agency/brand nggak mengharuskan itu secara spesifik. Alasannya, ya supaya makin banyak yang membaca dan ngeh ada loh produk yang saya ulas di pasaran. Kalau dengan makin banyak yang ngeh, lalu produk itu makin laris, alhamdulillah banget. Saya malah ikut senang.
Beri Laporan
Saya selalu memberi laporan pada agency/brand yang mempercayakan produknya untuk saya review. Walau sebetulnya mereka nggak minta, saya tetap mengirim. Masalah nanti laporan nya benar-benar dibaca atau nggak, that doesn't bother me. Pokoknya saya kirim aja, istilahnya sebagai bentuk pertanggungjawaban saya yang terakhir untuk produk tersebut.
Yang biasanya saya cantumkan dalam laporan adalah:
- (Halaman 1) - Judul. Misalnya: Report Blogger Grace Melia for Mothercare.
- (Halaman 1) - Header (atau logo) blog.
- (Halaman 2) - Nama produk.
- (Halaman 2) - Judul blogpost dan URL.
- (Halaman 2) - Screenshot blogpost atau foto pembuka blogpost (kalau ada). Misalnya kayak gini.
- (Halaman 3) - Pageviews dan comments disertai dengan screenshot.
- (Halaman 4) - Screenshot share di media sosial.
- (Halaman 5) - Ucapan THANK YOU :) dan alamat media sosial saya.
Untuk isi laporan ini, saya bikin-bikin sendiri. Mungkin masih ada kekurangan yah? Ada yang mau menambahkan tentang hal lain yang sebaiknya saya cantumkan dalam laporan? :)
***
Kayaknya itu dulu yang bisa saya share. Ada yang punya tips atau masukan lain? Yuk belajar bareng yuuuukkk. Sharing is caring ^___^
Love,
waahh membantu skaliiii makaaaasih mama ubiii ^_^
ReplyDeleteMakasih mbak ges, bermanfaat sekali sharenya...
ReplyDeletesipp bgt makasih mami ubi tipsnya jd kangen dikasih produk grentongan lagi hehehe
ReplyDeleteMakasih loh. Saya nggak pernah kepikiran buat bikin laporan, kalau nggak diminta ^^ Insya Allah, setelah ini bakalan bikin juga deh.
ReplyDeleteNoted mbak, makasi banyak banyak ya mbak sudah share soal tips menulis review. Setuju sama poin kedua, kalau kita nggak cocok sama barang yang ditawarkan untuk deriview yang sebaiknya ditolak saja. :)
ReplyDeleteNoted semua ilmunya mba grace... Terutama yg bagian laporan hehe... Tfs ya :)
ReplyDeleteKeren, Mbak. Makasih sudah berbagi ilmu. Belum pernah review produk nih...hehehe. Review buku doang :)
ReplyDeleteterimakasih Mami Ubii, infonya sangat bermanfaat :)
ReplyDeleteMakasiih mami ubi, dapat tambahan ilmu nih :)
ReplyDeletetenggat waktu....., itu yg benar-benar harus saya perhatikan, terimakasih sudah berbagi ilmu,
ReplyDeletemaaf baru sempat mampir ke blog super keren ini, keep happy blogging always..salam dari makassar - banjarbaru :-)
Yeay! Makasih Gesii... Oya, ngasih report Google Analytics juga nggak? Masih belajar nih gimana cara2nya.
ReplyDeleteterimakasih sharingnya mbak
ReplyDeleteMbak Grace.. Kalau kita dapat review produknya gratis darimana kita tahu harga jualnya Mbak? Apa harus browsing juga mengenai harga-harganya?
ReplyDeleteSaya juga barusan menolak test dan review produk botol susu. Bukannya apa-apa, Fattah sudah gak ngedot lagi. Lah terus gimana reviewnya? Masak anak saudara tau tetangga yang direview..
ReplyDeletewah makasih tipsnya mambi Ubii, ijin ya mau nyuri ilmua ini...kadang sy juga review baik diminta atau ngga :)
ReplyDeletemakasih ya sharingnya mama Ubii, sangat membantu. saya masih belum bisa mereview produk. pernah ada beberapa menawari, namu saya merasa kurang maksimal. jadi ggak enak ati. :)
ReplyDeleteMakasih sharenya mba say :)
ReplyDeletebaru mau rencana review produc yang kebetulan saya pakai niy :)
Waaahh berguna banget inii... Thank you mbak say ;)
ReplyDeleteAku lagi belajar juga nulis review dan baru ngeh kalau harus buat laporan segala. Hahaha. Makasih tipnya.
ReplyDeleteWahhhh membantu sekali. Makasih banyak infonya ya Mba. Mudah mudahan akan 'datang' brand yang mau aku review juga ya.
ReplyDeleteKeren mami ubii. Besok coba akh
ReplyDeleteBuat laporan ini nih yg belun aku lakukan serinci punyamu, mami Ubii. Sepertinya perlu ini ditiru. Makasih sharenya ya..
ReplyDeleteAku pun pernah beberapa kali menolak waktu ditawari produk susu cair, karena Alfath saat itu masih "lampu merah" untuk produk dairy berhubung alerginya. Gak lupa ngucapin "makasih" atas tawarannya, dan baru2 kemarin setelah Alfath di bolehkan "menjajal" produk yang mengandung susu sapi dan turunannya, aku contact lagi agency nya menyatakan bahwa "kalau2" ada tawaran lagi, dengan senang hati kami bersedia, haha. Jemput bola banget ya.
ReplyDeleteSo far, kemampuan review ku masih minim dan perlu banyak belajar dari teman2 yg lebih berpengalaman, termasuk dari mami Gesi. So, thank you dear untuk sharingnya ini. Peluk cium untuk Kakak Ubii dan Baby Aiden :*
Thanks for sharing ya mba, aku jadi belajar buat laporan juga :)
ReplyDeleteBermanfaat sekali infonya, belajar review ah, kalk aja mothercare mau ngajak saya, hihi
ReplyDeletenoted. thankyou so much buat ilmunya mamii ubii
ReplyDeleteWah bermanfaat bgt mami ubi..terutama bagian laporan:)
ReplyDeleteLaporannya kurleb sama. Screnshoot gtu aja jg sih klo aku. Hihi.. iya bner bgt, klo produknga laris ya makin seneng jg qtanya ya mami Ubi..
ReplyDeleteMakasi sharingnya mami ubi. Bermanfaat sekali
ReplyDeleteYang kadang suka lupa, laporannya hehe
ReplyDeleteMakasih mak grace. Meski blm ngerasain job review ini tips layak kekep banget
ReplyDeleteAku suka foto2nya Mak, selalu cerah dan bikin mata melek, suka dengan reviewnya.
ReplyDeleteBagus tipsnya... makasih udh mau sharing.. :)
ReplyDeletemantap tipsnya, makasih mak
ReplyDeletelaporannya lengkap banget mami ubii.. :)
ReplyDeleteBelom pernah review produk mbak, tapi ini bisa jadi panduan kalau suatu saat dapat kesempatan :)
ReplyDeleteYang penting harus jujur ya mbak ^^
Wihh~ makasih mami ubi...
ReplyDeleteBlog sya sih isinya mayoritas review produk, *tapi produk yang saya beli sendiri... Kalau ditawarin untuk review sih kayaknya belum pernah...
Trims mami ubiii, tambah seneng yaa klo laris manis.. Hehe. Tipsnya cakep mom ^^
ReplyDeletetrimakasih mami ubiii untk infonyaaa. sangat bermanfaat!! :) sukses slalu y mbk.
ReplyDeleteKeren tipsnya, makasih Grace
ReplyDeletemakasih yaa mama ubiii atas sharing ilmunya
ReplyDeleteuntuk soal foto,coba dikasih alas photo mb .....atau meja background putih, kasih property macam bunga juga bolehh
Nah ini dia yang saya cari...apa-apa aja yang dibutuhin untuk review produk.
ReplyDeleteEnaknya dibikin pdf gitu ya mba?
ReplyDeleteWah.. Bermanfaat banget buat saya yg baru belajar mereview produk. Saya malah super norak, dong. Girang banget pertama kali dapet job review :D
ReplyDeleteBtw makasih yaa Mami Ubii :)
top mbak, niru format laporannya ya?
ReplyDeleteBisa jadi acuan jika nanti dpt tawaran untuk review produk.
terusssss, kalau nanya rate review produk, gimana? *kabuur sebelum di keplak botol *
Saya setuju banget loh mengenai experience based, karena kalo nggak dicoba sendiri dulu, nanti apa yang mau ditulis di blog?
ReplyDeleteDan setuju lagi soal nulis dengan jujur, karna imo masih banyak blogger yang dapet barang utk direview tp mereka hanya bagiin poin2 positifnya aja padahal ada minusnya. Menurut saya sbg blogger penting utk kasih info yang sejelas2nya dong supaya calon buyer pun gak merasa nyesel setelah beli apalagi belinya itu karna baca review yang bagus2nya doang.
https://elisamonic.wordpress.com/
Bagian bikin laporan ini yg kadang males bgt. *selftoyor
ReplyDeleteTFS Mami Ubii
bgs nih bisa ditiru
ReplyDeleteWah, makasih banget tipsnya, Mbak Gesi :*
ReplyDeleteBagian laporan nih. Saya belum pernah bikin kalo ga diminta x_x
Mau ikut tipsnya mbak Gesi nih, biar belajar propesyenel ^^
Keren tipsnya dulu kalau nulis review cuma asal"an tapi 50% real hehehe
ReplyDelete