Hola! Kali ini saya kepengin cerita tentang merayakan tahun baru Imlek 2016 kemarin. Ini cerita ringan juga, jadi label nya masih sama kayak postingan kemarin: curhat. Hehehe.
Baca: Ketika Ibu Butuh Me Time
Banyak teman saya yang heran mengapa saya masih merayakan Imlek padahal saya nggak beragama Budha atau Konghucu. Dan, beberapa bertanya, emang biasanya kalau merayakan Imlek itu ngapain aja sih? Mau tau nggak? ^___^
Pertama, mengapa saya masih merayakan Tahun Baru Cina padahal saya memeluk agama Kristen? Well, sebenarnya, Tahun Baru Cina itu adalah sebuah perayaan yang hubungannya dengan tradisi. Nggak ada kaitannya dengan agama atau kepercayaan tertentu. Zaman dulu, tradisi ini ditandai dengan usainya musim dingin dan diawalinya musim semi untuk bertani dan bercocok tanam. Hitungan itu dibuat berdasarkan kalender Cina. Jadi siapa pun, yang masih memiliki keturunan Tionghoa, bisa merayakan tradisi ini.
Keluarga saya punya berbagai macam latar kepercayaan. Saya dan orangtua yang Kristen, lalu ada om tante yang memeluk agama Budha, nenek Katholik, dan Adit sendiri adalah seorang Muslim. Jadi, saat perayaan Imlek ini, betul-betul nggak ada ritual keagamaan tertentu apa pun.
Momen perayaan Imlek ini lebih bersifat kumpul-kumpul keluarga saja, di mana om tante yang berdomisili di luar kota akan datang semua dan kami berkumpul di rumah Nenek saya (Nenek Buyut Ubii dan Aiden) di Salatiga. Agenda saat berkumpul kami pun hanya agenda santai yaitu makan bersama dan ngobrol-ngobrol ringan. Obrolannya bisa macam-macam. Bisa tentang sepupu A sekarang sudah lulus kuliah, sepupu B sekarang sudah bekerja di perusahaan X, dan bisa juga tentang hal yang sekarang sedang marak diberitakan di media. Kemarin para om saya pada bahas Jessica yang diduga menyajikan kopi berisi sianida pada alm. Mirna. LOL.
Makan-makan ini juga santai banget. Masing-masing keluarga 'menyumbangkan' makanan untuk disantap bersama. Bahasa keren nya, potluck party gitu kali yah. Kebetulan Nenek saya punya 5 orang anak, jadi ada 5 orang keluarga kan. Nah, 5 keluarga itu masing-masing bawa lauk. Ada om dan tante yang tinggal di Klaten bawa ayam goreng Klaten (karena di Klaten ada ayam goreng yang enak), Mama saya sendiri menyumbang sate ayam, dan seterusnya. Tapi, semua makanan yang disajikan tentu saja adalah makanan yang HALAL (baca: nggak mengandung babi) untuk menghargai Adit yang Muslim.
Makanan-makanan tersebut nggak mewah, suasana rumah juga biasa saja, tapi inti nya adalah kebersamaan dan kumpul-kumpul.
Tahun Baru Cina jatuh pada 8 Februari di tahun ini. Biasanya keluarga saya merayakan nya pada malam sebelumnya, jadi kemarin kami berkumpul pada 7 Februari malam. Selain makan-makan, tentu saja ada tradisi membagikan angpao.
Saya ingat banget, saat saya kecil, saya paling semangat di sesi mengumpulkan angpao dari para om dan tante. Well, sebenernya sekarang juga masih semangat sih! Hahahaha. Karena Kakak Ubii dan Adik Aiden kan masih kecil-kecil semua dan belum tau uang, jadi angpao nya menjadi hak milik saya. LOL. Eh, nggak denk. Biasanya angpao Kakak Ubii saya gunakan untuk biaya terapi-terapi nya. Nah, berhubung sekarang sudah ada Aiden dan dia juga dapat, jadi angpao Aiden ini belum tau mau saya apakan, mungkin saya tabungkan saja.
Yang punya kewajiban memberi angpao ini adalah sanak saudara yang sudah menikah. Dan yang masih menerima angpao adalah mereka-mereka yang belum menikah. Jadi, misalnya saya punya sepupu nih. Dan sepupu saya itu belum married, saya tetap harus memberikan angpao untuknya, walaupun ia lebih tua daripada saya. Jadi, patokannya bukan usia, tapi sudah nikah/berkeluarga atau belum.
Amplop angpao saat saya masih kecil dulu monoton-monoton banget. Paling hanya amplop merah yang ada gambar tulisan Cina nya. Atau opsi lain yang sama monoton nya, gambar anak berkostum pakaian Cina. Atau lagi, gambar binatang yang jadi tahun nya. Kayak misal nya sekarang adalah Tahun Monyet kan, jadi ada gambar monyet di amplop angpao nya. Biasanya yang ngasih kayak gini adalah Nenek atau om tante yang sudah agak tua-tua.
Tapi, sekarang mah udah beda bangeeeetttttt. Sekarang amplop angpao bisa semarak dan lucu-lucu. Ada gambar kartun yang sedang booming, ada gambar macam-macam deh pokoknya. Kayak tahun ini, saya dapat amplop angpao yang ada Baymax, Disney princesses, Rilakkuma, dan Stitch. Sebenernya agak heran sih, kenapa nggak ada yang pakai amplop angpao Frozen karena kan Frozen heboh di mana-mana sampai overrated gitu. LOL.
Selain suka mengumpulkan isi angpao, saya juga suka mengumpulkan amplop nya. Buat lucu-lucuan aja. Biasanya saya suka memilih "Angpao of The Year", maksudnya amplop yang paling lucu menurut saya. Bahahaha. Nggak penting banget yak! Dan, yang jadi Angpao of The Year versi saya tahun ini adalah: Disnes Princesses! Selamat yah Cinderella dan kawan-kawan!
Sebetulnya ada satu lagi kebiasaan yang kami lakukan saat berkumpul, yaitu memakai baju berwarna merah. Bukan apa-apa sih, soalnya untuk orang Cina, merah diidentikkan dengan keberuntungan/kebahagiaan. Tapi, ini pun bukan aturan baku di keluarga saya. Nyatanya para om pakai kaos berkerah coklat semua tuh kebanyakan. Hahaha. Walau kami berkostum bebas (nggak harus merah) saat Imlek, tapi nggak ada yang pakai warna hijau. Karena kebalikan dengan warna merah, warna hijau dipercaya sebagai bad luck. Nggak tau deh kenapa. Hehehe.
Tradisi berkumpul saat Tahun Baru Cina ini biasanya masih dilanjutkan dengan satu agenda lagi, yaitu di pagi hari nya. Agenda tersebut adalah sowan alias nyekar alias mengunjungi makam para leluhur yang sudah meninggal. Mengunjungi ya mengunjungi saja, nggak ada ritual harus bawa apa-apa kecuali bunga.
***
Tradisi Imlek di keluarga saya bisa dibilang standard banget, yah. Mungkin karena sudah banyak agama dan kepercayaan di tengah-tengah keluarga kami. Kalau teman-teman saya yang ada keturunan Tionghoa dan beragama Budha atau Konghucu, biasanya tradisi merayakan Imlek nya akan lebih semarak. Seperti misalnya harus ada makanan berupa mie yang nggak dipotong karena itu melambangkan umur panjang, dan lain-lain.
Terakhir, tentang ucapan Gong Xi Fa Chai. Ucapan itu pasti banyak gaung nya dalam perayaan Imlek, kan? Arti dari ucapan itu adalah Semoga berkah/kemakmuran/kesuksesan menyertai kamu. Jadi ini semacam ucapan yang mengandung doa untuk kita bersama.
So, Gong Xi Fa Chai, everyone!
Ada yang punya cerita saat Imlek atau punya teman/saudara yang merayakan Imlek? Biasanya ngapain saja sih?
Love,
Terakhir, tentang ucapan Gong Xi Fa Chai. Ucapan itu pasti banyak gaung nya dalam perayaan Imlek, kan? Arti dari ucapan itu adalah Semoga berkah/kemakmuran/kesuksesan menyertai kamu. Jadi ini semacam ucapan yang mengandung doa untuk kita bersama.
So, Gong Xi Fa Chai, everyone!
Ada yang punya cerita saat Imlek atau punya teman/saudara yang merayakan Imlek? Biasanya ngapain saja sih?
Love,
Ahh.. Lucu amplopnya, wah aku jadi tau tentang imlek, keberagaman dalam keluarga Mama ubii sangat indah..
ReplyDeleteDulu waktu jadi TKW HK, saya ikutan sibuk memyambut imlek. Yang paling heboh kalau ke makam, bawaannya segambreng. Habis buat sembahyang terus dimakan bareng2 mak :)
ReplyDeleteSeru ya kumpul2 kekuarga besar. Kalo yg paling aku tunggu2 pas imlek itu kue keranjang hehehe....
ReplyDeleteGong Xi Fat Chai..mak
ReplyDeleteselalu senang kalau kumpul keluarga besar ya mak..
jadi sedikit mengerti tentang imlek.
ReplyDeletekebersamaan dalam perbedaan memang terasa indah ya mbak jika saling menghormati satu lain. saya sendiri kadang-kadang juga dapat angpao dari temen yang merayakannya.
Mirip2 lebaran ya.. Ada tradisi bagi2 uang juga.. Tapi dari yang sudah bekerja ke yang belum bekerja biasanya..
ReplyDeleteImlek di pontianak rame bener mbaaakkk semingguan penuh sama kembang api deh pontianak. Apalagi ntar klo cap go meh. Uuhhh ada pawai kelikingnya sekota. Seru deh.
ReplyDeleteGong Xi Fat Cai Gesi. Iya nih sekarang angpao lucu-lucu gambarnya, yg gbr hello kitty juga banyak dijual lho. Anakku suka juga ngumpulin amplopnya :)
ReplyDeleteAmplop uang lebaran jg sekarang lucu2 mak. Btw saya sering heran lho kenapa kami yg muslim kalau bilang uang lebaran angpau juga hihi.. padahal itu kan bahasa cina ya? Oh ya kalo menurut saya amplopnya yg paling unyu sih yg teddy bear sama big hero itu mak....
ReplyDeleteGong xo fa cai gessie.... setiap imlek..tetangga dikompleks yg mayoritas memang chinese dan non muslim jd semarak. Mrk jg memngirim kue keranjang dan saya mengembalikan dgn mengirim kue2 juga.
ReplyDeletetradisi yang membaur dengan buaday setempat bisa memperkaya budaya sendiri. kebersamaan keluarga selalu ada dalam perayaan ya
ReplyDeleteBelum pernah ngerayain Imlek seperti ini, Biasanya sih kalau saya nonton barongsai aja :)
ReplyDeletewaaaa.... ngeliat makanan terhampar dimeja itu...merupakan godaan terberat.... hahaahha
ReplyDeleteGong xi fat chai. Aku suka baca cerita2 di sini mami ubi.
ReplyDeleteMet Imlek Gesi
ReplyDeleteSo, Gong Xi Fa Chai, mbak Gesi ^^
ReplyDeleteaku paling sukaaa ama perayaan imlek... dulu pas kuliah di penang, aku tinggal ama keluarga chinese mba... jd udh pastilah ikutan perayaan ini.. yg paling berkesan pas pulang kuliah dan di meja tamu terhampar dengan lucunya babi utuh yg gede bgt, udh mati sih, utk nanti bakal dipotong2 :D... pas makan2nya sih aku memang ga bs ikutan krn makanannya mengandung babi..tp ibu kos ngasih aku bnyk bgt kue2 dan buah ^o^.. seru bgt lah... jd kangen pengen ngerayain ama mereka lagi
ReplyDeleteaku kebagian kue keranjang. enakk
ReplyDeleteAku mikirnya Tahun Baru Cina juga buat warga Tionghoa, nggak ada hubungannya dengan keagamaan. Jadi tambah jelas sekarang. Di Batam rame banget, kayak Lebaran. Aku dapat angpao dari kepala2 bagian, 25rb aja sih tapi aku suka aja sama amplopnya. Trus aku juga keliling ke rumah2 teman2 yg merayakan buat makan2, kayak Lebaran gitu deh.
ReplyDeleteBeberapa temen saya yang memiliki keturunan Chinese juga merayakan Imlek dan dimaknai sebagai acara untuk berkumpul bersama keluarga besar,terlepas apapun keyakinan yang mereka anut. Baca juga banyak artikel terkait Tahun Baru Imlek dan topik lainnya tahun ini, terima kasih :D
ReplyDeleteIndah nya toleransi diindonesia
ReplyDelete