"Papi, sampo abis. Tolong beliin, ya. Sama sekalian deterjen dong."
"Oke, kunci motor mana ya, Mi?"
"Lho, emang mau beli di mana? Itu di warung deket rumah kan ada, tinggal jalan kaki toh."
"Aku beli di minimarket aja, yang baru buka di ujung jalan itu lho. Naik motor 5 menit doank kok. Emang kamu butuh cepet sampo ama deterjen nya?"
"Ya bukan gitu. Tapi kalo emang deket rumah ada warung yang jual, ngapain harus motoran ke minimarket?"
Pembicaraan itu sering banget terjadi di rumah kami. Suami keukeuh beli barang kebutuhan sehari-hari, sementara saya ngotot lebih baik beli di warung dekat rumah saja.
Mass Market di Kehidupan Mami Ubii
Warung kebutuhan atau toko kelontong memang ada di dekat rumah saya. Jalan kaki paling nggak sampai 5 menit, wong deket banget. Cuman di luar komplek perumahan saja. Walau hanya toko kelontong kecil, sebetulnya jualannya lumayan lengkap, lho. Es krim saja ada. Tapi, memang sih tempatnya kecil banget, plus toko kelontong ini merangkap punya jasa laundry juga. Sehingga kalau diliat sekilas dari luar, kayaknya orang nggak bakal menyangka kalau toko kelontong tersebut cukup lengkap.
Warung kebutuhan atau toko kelontong memang ada di dekat rumah saya. Jalan kaki paling nggak sampai 5 menit, wong deket banget. Cuman di luar komplek perumahan saja. Walau hanya toko kelontong kecil, sebetulnya jualannya lumayan lengkap, lho. Es krim saja ada. Tapi, memang sih tempatnya kecil banget, plus toko kelontong ini merangkap punya jasa laundry juga. Sehingga kalau diliat sekilas dari luar, kayaknya orang nggak bakal menyangka kalau toko kelontong tersebut cukup lengkap.
Saya ngotot supaya suami melarisi toko kelontong tersebut tentu ada alasannya. Pertama, dekat bisa jalan kaki, hitung-hitung olahraga dikit lah. Kedua, lha wong apa yang kami cari ada di sana kok. Ketiga, kalau beli sesuatu di minimarket, suami saya pasti jadi boros. Boros dalam arti pasti dia tergiur beli hal lain sekalian yang padahal kami nggak butuh-butuh amat. Menurut saya, itu lumrah sih. Karena barang-barang yang ada di minimarket di display sedemikian rupa, ditata seapik mungkin, dan diterangi lampu terang sehingga tampak menggoda. Saat mencari barang kebutuhan kami, kami pasti kan melewati rak-rak barang-barang yang lain, sehingga sering kali tanpa sadar tangan kami mencomot barang lain itu. Mencomot maksudnya beli lho, bukan mengutil. Hahaha.
Ketika saya tanya alasan suami mengapa dia malah membeli yang lain, misalnya snack gitu yah, jawabannya, "Abis kemarin liat iklan snack nya di TV, kayaknya enak, jadi pengen cobain." Coba kalau dia belanja nya di toko kelontong, mungkin dia akan tetap stick to the plan, cuman beli sampo dan deterjen saja tanpa tergoda beli yang lainnya.
Oh ya, ada lagi alasan mengapa saya keukeuh beli barang di warung. Karena, jelas lebih murah. Misalnya sampo. Beli di toko kelontong lebih murah lho daripada beli di minimarket, apalagi supermarket. Beda nya mungkin nggak jauh-jauh amat ya. Tapi, namanya ibu-ibu, ada beda harga sesedikit apa pun, kan pasti milih yang lebih murah, toh?
Contoh lain di mana saya lebih memilih membeli sesuatu dari sebuah usaha mikro adalah dalam hal membeli bahan makanan seperti sayur, bumbu dapur, bawang putih, bawang merah, dan sebagainya. Kebetulan di komplek perumahan saya ada seorang tukang sayur yang tiap hari rutin mengitari komplek dengan mengendarai motor. Namanya Mbak Ini (lengkapnya sih Martini). Dagangan Mbak Ini ini lengkap banget lho. Sampai kadang saya mikir kok bisa ya keranjang nya yang tampak kecil itu muat diisi banyak bahan makanan. Mau sayur segala macam, udang, ikan ini itu, ayam, daging sapi, segala bumbu, dia punya. Selain itu, Mbak Ini juga menjual buah dan jajanan pasar dalam keranjang yang tergantung di motornya itu. Kalau misalkan apa yang saya butuhkan nggak tersedia, saya bisa tuh menitip pada Mbak Ini supaya dibelikan di pasar dan dibawakan ke saya keesokan hari nya.
Membeli bahan makanan dari Mbak Ini jelas jauh lebih praktis dan hemat waktu daripada beli ke supermarket. Saya cuman tinggal keluar rumah. Nggak perlu dandan, nggak perlu ganti baju, cukup pakai baju rumah seadanya. Coba bandingkan kalau harus beli sayur di supermarket. Berapa lama waktu yang terbuang untuk ganti baju yang nggak kumal dulu, pakai bedak dan lipgloss, menuju supermarket, cari parkiran, belanja, bayar belanjaan di kasir, sampai akhirnya saya sampai ke rumah lagi.
Iseng, saya wawancara Mbak Ini sekilas untuk lebih tau tentang seluk-beluk pekerjaan dan dagangan nya. Selamat datang di sesi: MAMI UBII BERTANYA, MBAK INI MENJAWAB
Tantangan Mbak Ini untuk membuktikan sendiri bahwa belanja padanya lebih murah daripada di supermarket pun saya lakukan. Saya beli beberapa barang yang sama di Mbak Ini dan supermarket untuk saya bandingkan harga nya. Yang saya beli adalah pepaya, apokat, dan brokoli. Jreng jreng, terbukti memang belanja di Mbak Ini lebih MURAH.
Selain toko kelontong dan tukang sayur, ada lagi usaha mikro yang membuat saya terbantu, yaitu jasa reparasi tas, koper, travel bag, dan sebangsanya. Mau beli tas sebagus, semahal, dan seawet apa pun, tentu saja tas ada masa sekarat nya masing-masing. Entah resleting dol (copot), kulit ngelopek-ngelopek, atau ada jahitan yang sobek. Masa iya tiap tas ada kerusakan harus beli yang baru? Satu, boros. Dua, kadang tas itu mungkin adalah tas yang saya sayang dan punya nilai sentimentil sehingga saya kepengin pakai tas itu terus-menerus. Jasa service tas adalah solusi saya. Tukang benerin tas ini cukup jauh sih dari rumah saya. Tapi, nggak masalah lah, ongkos bensin untuk bermotor ke sana dan ongkos benerin tas yang rusak jelas jauh lebih kecil daripada kalau harus membeli tas yang baru.
Jasa serupa yang kadang saya gunakan adalah jasa permak jeans. Jeans kan hal yang sering saya pakai, which means I need them. Kalau untuk celana jeans sih... alasannya menyedihkan. Soalnya saya belum kembali ke wujud semula pasca melahirkan 5 bulan lalu, jadi celana jeans saya digedeinbanyak dikit di pinggang. *tutup muka*
Satu lagi usaha kecil yang berjasa bagi saya, yaitu jasa fotocopy-an. Siapa sih yang nggak butuh jasa semacam ini? Pasti butuh lah, entah untuk copy dokumen, jilid skripsi, scan tanda kependudukan, dan lain-lain.
Jasa fotocopy-an yang selalu kunjungi berada di dekat rumah juga. Letaknya persis bersebelahan dengan toko kelontong merangkap laundry yang saya ceritakan di atas.
Fotocopy-an ini kecil saja. Yang jaga juga anggota keluarga pemilik sendiri, nggak hire pegawai atau apa. Tapi, biar pun sederhana, pengalaman saya di sana memuaskan lho. Penjaga jasa fotocopy nya ramah. Komputer nya juga nggak pernah error atau nge-hank. Kualitas tinta printer nya juga bagus dan jelas. Two thumbs up deh pokoknya.
Yah jadi gitu deh, ternyata kalau saya menelaah *cie bahasanye!* kehidupan saya sehari-hari, ada banyak hal dalam kehidupan saya yang terbantu dengan adanya pengusaha mikro dan kecil. Saya juga baru nyadar saat menuliskan cerita ini. Hehehe. Untuk saya dan keluarga, yang paling membantu ya itu tadi: toko kelontong, tukang sayur, jasa reparasi tas, jasa permak jeans dan jasa fotocopy.
Tentang Usaha Mikro dan Kecil
Ngomong-ngomong soal UMK (Usaha Mikro dan Kecil), sudah tau belum sih apa beda nya? Awalnya, saya nggak tau pasti apa perbedaan nya. Soalnya kayaknya sama aja. Eits, ternyata ada beberapa hal yang membedakan, loh. Berikut perbedaan antara usaha mikro dan usaha kecil, supaya kita sama-sama lebih paham. Klik gambar untuk memperbesar ya. :)
Kayaknya sekarang adalah masa yang cukup lesu untuk perekonomian Indonesia. Zaman makin susah. Ada cukup banyak teman saya dan/atau anggota keluarga nya yang mengalami PHK. Hal ini tentu bukanlah hal yang mudah. Kebutuhan semakin banyak, apalagi kalau sudah punya anak. Apalagi kalau pemutusan hubungan kerja nggak disertai dengan pemberian pesangon yang layak. Ini bukan hal main-main, lho. Maka dari itu, saya nggak heran melihat beberapa teman saya banting setir membuka usaha sendiri. Mayoritas usaha mikro yang dilakukan oleh teman-teman saya sih di bidang kuliner/makanan. Jadi, ada beberapa dari mereka yang kemudian membuka warung atau resto sederhana di depan rumah mereka. Saya rasa sih hal itu oke banget karena bisnis makanan biasanya selalu ada keuntungan.
Tertarik Menjadi Pelaku Usaha Mikro atau Kecil?
Apakah teman-teman juga ada yang punya keinginan menjadi Pelaku UMK (PUMK)? Kalau iya, good news then! Menurut PAMA (Institute for Society Studies and Empowerment), kini sudah ada surat edaran No 15/M.KUKM/I/2015 yang diedarkan oleh Kementrian Koperasi dan UKM ke seluruh gubernur, bupati, dan wali kota di Indonesia. Isi nya adalah himbauan supaya mereka membantu para pendamping UMK dalam melakukan pendampingan pada para calon pelaku UMK. Ada pun tugas PUMK itu sendiri mencakup mendamping UMK dalam melengkapi berkas pendaftaran ke Kecamatan atau Kelurahan, melakukan verifikasi berkas dokumen, dan memberi guidance pasca perolehan Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK). Guidance itu terkait akses pembiayaan, pengelolaan keuangan, dan bimbingan bisnis yang diperlukan.
Kalau teman-teman memang tertarik mengajukan IUMK, silakan lengkapi berkas yang dibutuhkan sebagai berikut yah:
Sumber:
Nggak masalah belanja masih pakai handuk begini deh |
Iseng, saya wawancara Mbak Ini sekilas untuk lebih tau tentang seluk-beluk pekerjaan dan dagangan nya. Selamat datang di sesi: MAMI UBII BERTANYA, MBAK INI MENJAWAB
Part 1 |
Part 2 |
Part 3 |
Hasil Pembuktian. Nama supermarket saya tutup ya. |
Selain toko kelontong dan tukang sayur, ada lagi usaha mikro yang membuat saya terbantu, yaitu jasa reparasi tas, koper, travel bag, dan sebangsanya. Mau beli tas sebagus, semahal, dan seawet apa pun, tentu saja tas ada masa sekarat nya masing-masing. Entah resleting dol (copot), kulit ngelopek-ngelopek, atau ada jahitan yang sobek. Masa iya tiap tas ada kerusakan harus beli yang baru? Satu, boros. Dua, kadang tas itu mungkin adalah tas yang saya sayang dan punya nilai sentimentil sehingga saya kepengin pakai tas itu terus-menerus. Jasa service tas adalah solusi saya. Tukang benerin tas ini cukup jauh sih dari rumah saya. Tapi, nggak masalah lah, ongkos bensin untuk bermotor ke sana dan ongkos benerin tas yang rusak jelas jauh lebih kecil daripada kalau harus membeli tas yang baru.
Jasa serupa yang kadang saya gunakan adalah jasa permak jeans. Jeans kan hal yang sering saya pakai, which means I need them. Kalau untuk celana jeans sih... alasannya menyedihkan. Soalnya saya belum kembali ke wujud semula pasca melahirkan 5 bulan lalu, jadi celana jeans saya digedein
Satu lagi usaha kecil yang berjasa bagi saya, yaitu jasa fotocopy-an. Siapa sih yang nggak butuh jasa semacam ini? Pasti butuh lah, entah untuk copy dokumen, jilid skripsi, scan tanda kependudukan, dan lain-lain.
Jasa fotocopy-an yang selalu kunjungi berada di dekat rumah juga. Letaknya persis bersebelahan dengan toko kelontong merangkap laundry yang saya ceritakan di atas.
Fotocopy-an ini kecil saja. Yang jaga juga anggota keluarga pemilik sendiri, nggak hire pegawai atau apa. Tapi, biar pun sederhana, pengalaman saya di sana memuaskan lho. Penjaga jasa fotocopy nya ramah. Komputer nya juga nggak pernah error atau nge-hank. Kualitas tinta printer nya juga bagus dan jelas. Two thumbs up deh pokoknya.
Yah jadi gitu deh, ternyata kalau saya menelaah *cie bahasanye!* kehidupan saya sehari-hari, ada banyak hal dalam kehidupan saya yang terbantu dengan adanya pengusaha mikro dan kecil. Saya juga baru nyadar saat menuliskan cerita ini. Hehehe. Untuk saya dan keluarga, yang paling membantu ya itu tadi: toko kelontong, tukang sayur, jasa reparasi tas, jasa permak jeans dan jasa fotocopy.
Tentang Usaha Mikro dan Kecil
Ngomong-ngomong soal UMK (Usaha Mikro dan Kecil), sudah tau belum sih apa beda nya? Awalnya, saya nggak tau pasti apa perbedaan nya. Soalnya kayaknya sama aja. Eits, ternyata ada beberapa hal yang membedakan, loh. Berikut perbedaan antara usaha mikro dan usaha kecil, supaya kita sama-sama lebih paham. Klik gambar untuk memperbesar ya. :)
(*) |
Kayaknya sekarang adalah masa yang cukup lesu untuk perekonomian Indonesia. Zaman makin susah. Ada cukup banyak teman saya dan/atau anggota keluarga nya yang mengalami PHK. Hal ini tentu bukanlah hal yang mudah. Kebutuhan semakin banyak, apalagi kalau sudah punya anak. Apalagi kalau pemutusan hubungan kerja nggak disertai dengan pemberian pesangon yang layak. Ini bukan hal main-main, lho. Maka dari itu, saya nggak heran melihat beberapa teman saya banting setir membuka usaha sendiri. Mayoritas usaha mikro yang dilakukan oleh teman-teman saya sih di bidang kuliner/makanan. Jadi, ada beberapa dari mereka yang kemudian membuka warung atau resto sederhana di depan rumah mereka. Saya rasa sih hal itu oke banget karena bisnis makanan biasanya selalu ada keuntungan.
Tertarik Menjadi Pelaku Usaha Mikro atau Kecil?
Apakah teman-teman juga ada yang punya keinginan menjadi Pelaku UMK (PUMK)? Kalau iya, good news then! Menurut PAMA (Institute for Society Studies and Empowerment), kini sudah ada surat edaran No 15/M.KUKM/I/2015 yang diedarkan oleh Kementrian Koperasi dan UKM ke seluruh gubernur, bupati, dan wali kota di Indonesia. Isi nya adalah himbauan supaya mereka membantu para pendamping UMK dalam melakukan pendampingan pada para calon pelaku UMK. Ada pun tugas PUMK itu sendiri mencakup mendamping UMK dalam melengkapi berkas pendaftaran ke Kecamatan atau Kelurahan, melakukan verifikasi berkas dokumen, dan memberi guidance pasca perolehan Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK). Guidance itu terkait akses pembiayaan, pengelolaan keuangan, dan bimbingan bisnis yang diperlukan.
Kalau teman-teman memang tertarik mengajukan IUMK, silakan lengkapi berkas yang dibutuhkan sebagai berikut yah:
- Surat pengantar dari RT atau RW.
- KTP dan KK.
- Pas foto terbaru ukuran 4x6 sebanyak 2 lembar.
- Dan isi formulir yang berisi: a) Nama, b) No KTP, c) No telepon, d) Alamat, e) Kegiatan Usaha, f) Sarana usaha yang digunakan, dan g) Jumlah modal usaha.
Untuk regulasi yang lebih lengkap, silakan menuju www.pama.or.id yah. Di sana sudah disertai link download lengkap mengenai: UU No. 20/2008 tentang UMKM, Peraturan Presiden No. 98/2014 tentang Perizinan untuk Usaha Mikro dan Kecil, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 83/2014 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil. Find what you need there! (**)
Mari Dukung Mass Market Indonesia!
Wah, nggak terasa yah, saya sudah cerita panjang kali lebar tentang mass market ini. Mulai dari mass market di sekitar saya yang sudah berjasa untuk kehidupan keluarga saya, pengertian usaha mikro & kecil, tips kalau teman-teman ingin menjadi PUMK, dan program Daya dari BTPN yang ditujukan untuk memberdayakan para pelaku mass market di Indonesia.
Kalau teman-teman mau menilik, saya yakin ada banyak ragam usaha mikro dan kecil yang juga telah berjasa dalam hidup teman-teman sekalian. Mereka-meraka ini mungkin nggak terlalu kentara di masyarakat, tapi jasa nya ternyata mempermudah kehidupan kita, ya. Jadi, yuk dukung mass market di Indonesia.
Ragam UMK yang seperti apa yang paling berjasa bagi teman-teman? Yuk, share bersama.
^____^
Love,
Sumber:
(*) http://hendrausahakecil.blogspot.co.id/ dan http://www.kajianpustaka.com/2013/01/usaha-mikro-kecil-dan-menengah.html
(**) http://www.pama.or.id/2015/02/inilah-pedoman-pemberian-izin-usaha.html
Iya juga ya... kita kudu concern dgn para pedagang UMKM ituuu :)
ReplyDeleteSemoga JUARA yaaaa :)
Wah ini lengkap..mass market memang kita butuhkan ya
ReplyDeleteAaakkk aku kalo ikut lomba trus baca postingan yang lain..langsung minder Grace..
ReplyDeleteIni tulisanmu kereeennnn...
Dan style handukan rambut itu ya...mana tahaann.. ������
waaahhh lengkap bangeett mami ubiii.. keren keren .. goodluck yaaa..
ReplyDeletelebih murah belanja sama tukang sayur keliling ya mbak, lebih mudah juga
ReplyDeletemba Gracee, ini tulisannya detil banget, keren :D
ReplyDeletegood luck ya!
Gesss salam buat mba ini dong ������
ReplyDeletekalau saya ada tambahan satu lagi Mami Ubii yaitu tukang jahit sandal/sepatu :)
ReplyDeleteArtikelnya lengkap bangeet maaak.. kereeen!
ReplyDeleteEnaknya beli di warung tuh kadang kalau pesen gas atau galon bisa langsung sekalian antar ya maak
Wah ini lengkap..mass market memang kita butuhkan ya
ReplyDeleteKeren mba grace... semoga menang.. 😍😍😍
ReplyDeleteaku terharu yang warung itu, karena mamaku punya warung *Tissue mana tissue*
ReplyDeletelengkaap banget mami gesi :*
semoga menaaang yaa..
kalo aku sih, semua berarti banget yaaa.. huhuhu gak bisa bayangin ya mak kalau mereka nggak ada...
Mami ubiii, belanja bawa handuk aja masih aja seksi :D
ReplyDeleteAku juga suka beli di tukang sayur
Betul banget kita memang dibantu dengan pedagang kecil ya, sangat terbantu.
ReplyDeleteItu yang kepalanya pake handuk lebih dramatis pake dress code daster hehehe
ReplyDeleteKeren nih mami grace postingannya lengkap banget
Semoga jadi rezekinya kakak ubi dan dedek aiden yaaaaaa
ReplyDeleteGood Luck Mak...Mass Market emang sangat membantu kita...
ReplyDeleteHarganya lumayan ya selisihnya?
ReplyDeleteKalau di tukang sayur biasanya sih msh bnyk yg seger, ini ibu sayur deket rmh pinter milih dagangannya hehe
Ahaha, aku yang suka mainan flanel, gunting dan jarum. Jadilah busybook. Emang lagi booming, heheh
ReplyDeleteIIh Mami Ubii ini emang JUARAAAA ! Btw aku ke Yogya Maret yaa, nanti whatsapp ajah
ReplyDeleteLengkap banget,,, gambarnya wuih banget.. JUARA ini, Mami,., :)
ReplyDeletesecanggih dan semodern apapun hypermarket langganan kita, ttp sih keberadaan usaha2 kecil ini sangat membantu... trutama ibu2 yg ga bisa bawa mobil sndiri, dan rumahnya jauh dr tempat blnja ;p
ReplyDeleteAku juga lebih suka belanja di pasar tradisional, warung atau tukang sayur mandiri, lebih asyik dan bisa tawar menawar :D
ReplyDeleteTapi nawarnya juga nggak kebangetan karena tahu usaha tersebut penting banget buat kehidupan mereka.
Good luck buat lombanya ya mommy Ubii :)
Bener banget Ges, klo belanja di minimarket (atau bahkan supermarket) belanjaannya malah jadi membengkak. Kadang di toko kelontong bisa lebih mahal dikit juga sih, tapi ga pa2, mendingan nglarisin dagangan mereka yg ga kuat bayar franchise kan? ;)
ReplyDeleteSaya punya Toko kecil2an. dan sekarang saingannya banyak, ada mini market pula.Tapi yakin aja rejeki udah ada yang ngatur :)
ReplyDeleteSemoga menang mami ubii :)
pedagang2 keliling spt foto di atas menjadi andalan dan sahabat ibu saya, meraka dalah bagian
ReplyDeletegood luck
ReplyDeleteBelanja di pedagang sayur keliling memang lebih murah bila dibandingkan dgn supermarket ya Mami Gies......sukses dgn lombanya ya
ReplyDeleteahhh si mamihhhh jiperrr abis deh baca postingan ini, lucu deh itu bagian tanya jawab hehe, saya juga lebih senang beli di mamang sayur soalny bisa tawar menawar *teteup, baru klo pas belanja bulanan yg banyak deh ke minimarket atau emol
ReplyDeletekalau aku yang terbantu banget kalau lagi di Indonesia adalah tukang sayur keliling dan tukang jahit Gesi..hehehe
ReplyDeleteApakah omset toko kelontong anda semakin hari semakin menurun? atau omset anda cuma gitu-gitu aja tanpa peningkatan? Selamat!! karena Anda sudah menemukan tips dan strategi terbaik untuk memecahkan problem Anda. Bersama findira, kita akan banyak mendapatkan strategi, info bisnis dan peluang bisnis tanpa modal yang menarik, dan temukan juga cara terampuh meningkatkan laba penjualan warung kelontong dengan cepat disini. Cara Meningkatkan Omset Toko Kelontong. Baca juga tips bisnis lainnya tentang rincian modal dan cara memulai usaha toko kelontong.
ReplyDelete