Namanya emak-emak, biasanya hobinya shopping (atau cuman liat-liat aja), masak, ngerawat tanaman, atau rumpi sama sesama emak lain. Kalau saya sih hobinya ngeblog dan mantengin akun-akun hosip di Instagram. Hahaha. Mantengin akun instanyinyir atau lambeturah gitu, cukup ampuh jadi hiburan malam-malam sambil nemenin Kakak Ubii yang susah bobok. Hayo ngaku, siapa aja yang juga demen mantengin akun hosip seseartis? Wekekek. Di Instagram, kadang saya juga ngepoin akun butik-butik demi liat-liat outfit apa yang lagi in (walau hanya berakhir liat-liat doank, nggak beli sama sekali!). Kira-kira hobi emak-emak tuh apa lagi ya?
What about bapak-bapak? Biasanya hobi bapak-bapak tuh apa aja sih kira-kira? Tidur? Nonton? Utek-utek mesin? Badminton? Masak? Atau ngapain? Suami kalian, hobinya apaan, moms? Kalau si Adit, hobinya ngerakit gundam.
Awalnya saya nggak suka sama hobinya itu, soalnya boros sih. Kayaknya kok sayang aja keluar uang ratusan ribu untuk beli gundam yang nggak bisa dimakan atau dipakai.
Disclaimer: Postingan ini bakalan panjang. Isinya curhatan. Kalau kamu nggak suka baca curhatan dan pengen cari sesuatu yang bermanfaat dari tulisan ini, mungkin kamu nggak akan suka. Ini nggak ada manfaatnya sama sekali.
Tapi, lama-lama saya malah mendukung hobi Adit bergundam ria itu.
Sebenarnya, hobi Adit dari zaman dahulu kala itu fotografi. Passion Adit boleh dibilang di fotografi banget nget nget nget. Dan fotografi, untuk Adit, bukan sekedar passion, tapi dia jadikan profesi juga. Dulu.
Pertama kali saya ketemu Adit, for the very very first time, itu juga saat dia jadi fotografer kampus di acara penerimaan mahasiswa baru. Saya yang saat itu mahasiswi baru, langsung ngerasa ih itu kakak angkatan keren amaaatttttt tenteng-tenteng kamera dengan rambut gondrongnya.
Kya kya kya~
Yes, indeed, saya emang remeh banget ya. Hahaha.
Kya kya kya~
Yes, indeed, saya emang remeh banget ya. Hahaha.
Adit juga pernah sampai bikin pameran foto karyanya beberapa kali.
Pernah juga sampai ditugaskan ke Filipina untuk mendokumentasikan Minggu Suci Paskah oleh sebuah agen berita London.
Setelah lulus S1, alih-alih mencari kerjaan, Adit malah melanjutkan kuliah untuk mengambil magister di jurusan Media Rekam ISI.
Demi passion dan profesinya saat itu, peralatan kamera Adit bisa dibilang lumayan komplit. Saya nggak mudeng itu namanya apa aja. Yang jelas ada lensa. Yang lainnya, saya nggak tau namanya. Hahaha.
Kami menikah di saat Adit belum menyelesaikan S2 nya. Saat itu Adit hanya kuliah saja tanpa punya pekerjaan. Padahal yang namanya orang berkeluarga, pasti sudah mulai butuh pemasukan dan ada pengeluaran ya. Setelah kami diskusi panjang berdua, akhirnya Adit memutuskan untuk cabut dari kampusnya. Saya tau, dia patah hati. Sangat patah hati.
Setelah Adit cabut kuliah, dia bekerja. Pekerjaan pertamanya adalah sebagai seorang marcomm di sebuah taman kanak-kanak di Jogja. Adit yang biasanya tampil bluwek blekuthuk dengan rambut gondrong dan kaos pendek sehingga tato keliatan ke mana-mana, jelas butuh menyesuaikan diri.
Rambutnya jadi pendek. Dia jadi beli beberapa kemeja lengan panjang demi menutupi tato. And, dia jadi harus menyesuaikan ritme kerja di belakang meja dengan jam kerja pagi-sore. It was not easy for him, but I can tell that he was trying not to complain..
Saat itu kamera-kamera kesayangannya sudah cuman dianggurin aja di dry box di rumah. Nggak pernah dipakai lagi. Kadang-kadang, saya nge-gap Adit sedang duduk bersila di depan dry box nya sambil memperhatikan kamera-kameranya. Dipegangin satu-satu, lalu dimasukkan lagi. Sedih sih saya jadinya, tapi mau gimana lagi.
Akhirnya Kakak Ubii lahir dengan segala komplikasi kesehatannya, yang mana biaya untuk merawat Kakak Ubii tuh sama sekali nggak murah meriah. Nggak ada pahe (paket hemat) nya pula. Saat itu belum ada program BPJS. Asuransi yang kami ajukan untuk Kakak Ubii juga ditolak karena apa yang dialami Kakak Ubii bersifat kongenital (bawaan lahir). UMR Jogja, berapa sih. Bukan saya bermaksud merendahkan ya. Enggak sama sekali! Tapi, kalau hanya mengandalkan gaji UMR (kan jabatan Adit juga masih pegawai biasa), jelas nggak cukup untuk ikhtiar kesehatan Kakak Ubii. Plus, kami berdua juga nggak punya tabungan.
Baca: Tentang Anakku, Ubii
Baca: Tentang Anakku, Ubii
Keluarga besar sih sangat suportif ya, baik secara materi dan non-materi. Tapi, ada kalanya kami malu harus menadahkan tangan untuk meminta. Ada kalanya kami rikuh karena minggu lalu abis minta, masak kok minggu ini mau minta lagi. Saat-saat itu adalah di mana Kakak Ubii harus menjalani berbagai tes kesehatan yang dibutuhkan dokter untuk menegakkan diagnosa. Minggu ini USG jantung, minggu depannya tes pendengaran, dan lain-lain. Sehingga kami makin kepayahan saat itu.
Tentang biaya yang harus dikeluarkan untuk cek kesehatan ini itu, alat kesehatan, dan biaya rehabilitasi (terapi) Kakak Ubii per bulan, pernah saya ceritakan juga untuk memberi gambaran riil bahwa sejatinya pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Baca: Belajar Tentang Arti Pencegahan
Saat kebutuhan dan pengeluaran makin membengkak, tapi kami rikuh banget mau minta bantuan, kami mulai jual apa yang bisa kami jual. Saya juga sempat berjualan headband (bandana bayi) untuk tambah-tambah pemasukan. But, still, nggak cukup. Program BPJS baru muncul tahun 2014, kan? Selama 2 tahun kami gali lubang tutup lubang sana-sini (Kakak Ubii lahir tahun 2012).
Kenang-kenangan, headband hasil kreasi saya dulu.
Kenang-kenangan, headband hasil kreasi saya dulu.
Akhirnya, kami nggak punya apa-apa lagi untuk ditukar rupiah kecuali kamera-kamera Adit. Sebenarnya, deep down inside, saya nggak sampai hati kalau Adit harus ngejual itu. Tapi, kami harus realistis juga. Dijual deh akhirnya kamera dan lensa Adit satu-per-satu sampai kini nggak bersisa sama sekali.
Saya yakin, Adit patah hati. And what saddened me even more was that there was nothing I could do about it.
Setelah itu, Adit jadi kayak linglung. Saya nggak bisa menjelaskan dengan kata-kata. Tapi, saya ngerasa dia kehilangan sesuatu yang besar buat dia. Pernah sih saya encouraged dia untuk foto-foto lagi pakai kamera handphone aja. Itung-itung buat ngobatin kangen. Tapi Adit ogah. Mungkin ada alasan sentimentil yang saya nggak akan bisa merasakan.
Yang tersisa tentang fotografi untuk Adit saat itu hanyalah sebuah hard disk eksternal di mana Adit menyimpan SEMUA karya-karya fotonya. SEMUA. Kalau Adit kangen fotografi, dia suka buka-buka files foto nya di hard disk itu. But it was just a memory now..
Suatu malam kami pernah bertengkar sangat hebat dan saya membanting hard disk eksternal itu ke lantai dengan sangat keras. Saya injak-injak juga.. Sedih banget saya kalau inget chapter hubungan kami yang itu. Sedih bukan main. Saya nggak nyangka ternyata hard disk yang berisi seluruh karya Adit jadi nggak bisa diselamatkan lagi. Hancur se-hancur-hancur nya. Dibawa ke tempat servisan juga hasilnya nihil. Intinya, good bye forever.
Kali ini, nggak hanya Adit yang patah hati. Saya pun patah hati. Lebih tepatnya, saya patah hati karena rasa bersalah yang saya tau nggak bakal pernah bisa saya tebus sampai kapan pun. Adit jadi gloomy berhari-hari. Hubungan kami jadi memburuk berbulan-bulan. And, believe me, we had our worst situation in our marriage.
Baca: Ketika Aku Jadi Ibu Pengeluh
Baca: Ketika Aku Jadi Ibu Pengeluh
Orang-orang yang baru berteman dengan saya setelah saya membuat Rumah Ramah Rubella biasanya menilai saya sebagai ibu yang kuat, tegar, optimis, dan hebat. Saya banyak menerima pujian dari mereka. Mereka nggak pernah tahu bahwa saya dan Adit jatuh bangun dan tersungkur melewati banyak momen kelam.
Memiliki Kakak Ubii yang hadir ke dunia sepaket dengan kebutuhan khusus dan penyakitnya, bukan pilihan dan mau kami. Membesarkan Kakak Ubii dengan kondisi yang disebut 'cacat' oleh masyarakat umum sama sekali nggak mudah.
Saya dan Adit benar-benar melewati banyak pertengkaran. Saat kondisi Kakak Ubii bikin kami frustrasi atau saat Kakak Ubii mendapat diagnosa baru yang bikin kami sedih, kami menangis dan saling memeluk untuk menghibur satu sama lain. Tapi, besok-besoknya, bisa jadi kami nggak tahu harus gimana dan kami cuman bisa saling menyakiti untuk mengungkapkan rasa frustrasi kami. Kami saling memaki. Kami saling menampar. Dan masih ada banyak hal yang nggak bisa saya ceritakan di sini. Puncaknya, saya pulang ke rumah orangtua saya dengan membawa Kakak Ubii. Kata-kata "Mendingan kita cerai aja!" nggak terhitung sudah berapa kali pernah terlontar. We had those in our lives.
Tentang hampir berpisah itu, saya ceritakan juga di buku Letters to Aubrey yang saya tulis di tahun 2014 lalu.
Saya dan Adit benar-benar melewati banyak pertengkaran. Saat kondisi Kakak Ubii bikin kami frustrasi atau saat Kakak Ubii mendapat diagnosa baru yang bikin kami sedih, kami menangis dan saling memeluk untuk menghibur satu sama lain. Tapi, besok-besoknya, bisa jadi kami nggak tahu harus gimana dan kami cuman bisa saling menyakiti untuk mengungkapkan rasa frustrasi kami. Kami saling memaki. Kami saling menampar. Dan masih ada banyak hal yang nggak bisa saya ceritakan di sini. Puncaknya, saya pulang ke rumah orangtua saya dengan membawa Kakak Ubii. Kata-kata "Mendingan kita cerai aja!" nggak terhitung sudah berapa kali pernah terlontar. We had those in our lives.
Tentang hampir berpisah itu, saya ceritakan juga di buku Letters to Aubrey yang saya tulis di tahun 2014 lalu.
Jadi, kalau saya dianggap sebagai ibu yang kuat blablablabla karena saya bisa sepositif ini dalam membesarkan Kakak Ubii, percayalah, itu sudah melewati proses panjang yang nggak instan. It took years to put both of us in this situation.
Baca: Berdamai Dengan Peran Ibu
Baca: Berdamai Dengan Peran Ibu
BOHONG, kalau saya bilang saya dan Adit langsung bisa menerima. BOHONG, kalau saya bilang saya langsung ikhlas. Nggak kayak gitu.
Tapi, memang, selama ini saya jarang ceritain ini. Bukan karena saya mau nutupin, tapi karena panjang bok. Bayangin deh, misal saya diundang ke sebuah talkshow kesehatan untuk berbagi tentang apa yang dialami Kakak Ubii nih. Biasanya tuh selalu ada pertanyaan, "Bagaimana penerimaan Mbak Grace dan suami terhadap kondisi Ubii dulu?" Ya, saya jawab aja awalnya susah tapi lama-lama bisa. Bener, kan yah? Lhah kalau saya cerita detil, itu nggak bakal jadi talkshow kesehatan lagi namanya. Bakal berubah jadi ajang curhat emak galau. Bahahaha.
Back to hobi baru Adit yah.
Saya lupa tepatnya mulai kapan Adit tertarik dengan gundam. Kalau nggak salah ingat yah, kayaknya saat itu kami sedang jalan-jalan di Centro bagian baju dan mainan anak. Nah, di bagian mainan anak itu ada gundamnya. Adit mematung di situ, ngeliatin lamaaaaa banget. Terusnya gimana, saya lupa. Tapi yang jelas, dia mulai coba beli sebiji.
Awalnya jelas saya nggak setuju. Harga gundam itu (buat saya) nggak murah. Satu kotak minimal 200 ribu untuk tipe HG (yang paling gampil dengan ukuran biasa). Makin complicated ngerakitnya dan makin besar ukurannya, lanjut jadi 300 ribuan, 500 ribuan, bahkan ada yang 2 jutaan. Bah! Gile lu, Ndro!
Tapi ternyata diam-diam Adit mulai menabung untuk beli gundam. Dari sebiji, nambah lah koleksinya jadi dua biji. Dia juga mulai menabung untuk beli peralatan merakitnya. Ada tang kecil, gunting kecil, japitan kecil, dan printilan lain yang, again, saya nggak paham namanya apa.
Kami sempat berantem lagi karena gundam ini karena saya pikir Adit cuma buang-buang uang aja dan itu nggak wise. Tapi ada satu hal yang dibilang Adit yang langsung meluluhkan hati saya *tsailah yuck!*
Lupa kata-kata tepatnya gimana ya, tapi intinya Adit bilang:
Mi, setelah kamera-kameraku kita jual dan kamu rusak hard disk karyaku, aku udah nggak tau lagi mau apa. Aku udah gak ngerasa hidup lagi. Aku ngerasa cuma kayak robot yang bangun tiap pagi buat kerja cari duit untuk ngobatin Ubii. Aku gak tau gimana caranya bahagia lagi. Udah gak punya passsion apa-apa lagi. Sekarang dengan ngerakit gundam, aku mulai bisa semangat lagi. Aku mulai bisa ngerasa hidup untuk diriku sendiri lagi. Apa kamu tega ngelarang passionku ini?
Speechless deh saya...
Selain argumen Adit yang, menurut saya, cukup masuk akal, saya juga merefer ke nasihat hipnoterapis pernikahan yang pernah kami temui saat hubungan kami sedang di lowest point.
Ya, jadi dulu saat kami sering berantem itu, di suatu titik kami menyadari that we needed help. Jadilah kami mencari hipnoterapis pasutri. Ada 8 pertemuan. Banyak hal yang kami pelajari dan banyak nasihat yang kami dapat. Salah satu nasihat yang kami rasa paling klik adalah:
Setiap pasangan, atau setiap orang, itu perlu stress management yang baik supaya bisa tetap waras. Stress management itu salah satunya bisa dengan melakukan apa yang disuka atau hobi masing-masing sebagai terapi penghilang kejenuhan. Mas Adit dan Mbak Grace sebagai pasangan dan orangtua punya tantangan yang cukup berat, yaitu punya anak berkebutuhan khusus, kan? Jadi, stress management kalian otomatis harus lebih mumpuni lagi. Kalau dirasa kalian sudah hampir di titik butek/jenuh/gak waras, usahakan punya time out dari rutinitas masing-masing. Punya me-time. Atau kalian jalan berdua pacaran. Makanya penting untuk punya hobi. Bagus Mbak Grace sudah punya blog untuk sarana pelepas stres. Nah, Mas Adit, apa? Mas Adit harus cari hobi selain fotografi kalau begitu, supaya ada stress release nya.
Kurang lebih kayak gitu deh ya. Kata-kata tepatnya sudah lupa. But, that's pretty much the point.
So, now here I am, fully supporting Adit's passion on building gundams. Hahaha. Dan Adit bahagia karenanya.
Saya ambil cuplikan postingan Adit tentang gundam yah.
Harga gundam memang menurut saya nggak murah. Jadi cara menyiasatinya adalah, kami suka hunting gundam saat sedang ada sale. Toko mainan seperti Kidz Station itu kan juga jualan gundam. Nah, kadang ada sale up to 50%. Atau, beberapa kali di Jogja ada toys fair yang juga banyak lapak gundamnya, yang tentunya harganya lebih miring juga. Jadi kami manfaatkan sale-sale begitu untuk beli 2 atau 3 sekalian. Buat tabungan. Tabungan gundam :')))
Kalau saya sudah gajian atau dapat honor dari blog partnership, kadang saya juga suka sisihkan untuk beliin Adit gundam. Dia jadi makin manja gitu deh kalau abis saya beliin gundam *__*
*brb pasang KB*
HAHAHA!
Setiap kali saya beliin gundam diem-diem as a surprise, wajahnya tuh jadi kayak anak kecil yang abis dijajanin orangtuanya. Seneng banget. Dan, SELALU, dia pun jadi alay. Langsung minta difotoin, berpose sambil pegang gundam barunya. I guess, boys will be boys tuh bener yah.
*____*
Orangtua dan mertua saya juga ternyata mendukung banget hobi Adit bergundam ria ini. Bahkan, ART saya pun. ART saya malah yang encouraged supaya Adit memboyong koleksi gundamnya ke Jakarta.
*____*
Kata orangtua dan kata ART saya:
Nggak papa Adit suka main robot (mereka menyebut gundam itu robot). Daripada di Jakarta sendirian stress dan kesepian malah jadi aneh-aneh. Mendingan main robot. Pulang kantor, bikin robot di rumah. Kamu nya kan juga jadi ayem di Jogja. Tapi ya, jangan beli terus.
-______-
Karena merasa didukung, dia jadi suka ngode-ngode biar dibeliin tapinya. ZZZ.
-______-
Tapi emang sih, merakit gundam ini bener-bener jadi pelampiasan Adit saat dia kangen rumah dan kangen anak-anak. Saya sih jarang dikangenin. Hufft. Maghrib-maghrib, setelah dia sampai di apartemen dan sudah ngaso-ngaso sebentar, kadang dia suka merakit gundamnya itu. Divideoin sendiri pula sangking dia semangat dan kepengin pamer ke saya.
*____*
Kalau sudah jadi, diboyonglah itu gundam hasil rakitannya ke kantor. Dipajang berderet-deret di meja kerjanya. Kesannya itu kayak achievement. Kayak orang yang mamerin piala gitu mungkin.
*____*
Inti dari cerita ngalor ngidul saya ini apa yah berarti? Hmmm...
Maybe, intinya adalah penting untuk kita punya stress release dan stress management yang oke. Karena hidup itu up and down. Nggak mungkin kita bisa selalu waras 24/7 every single day for the rest of our lives.
And, maybe, salah satu stress release itu adalah dengan melakukan hobi atau hal yang disuka. Jadi, kalau suami-suami kita punya hobi, mungkin ada baiknya kita bersikap suportif. Mungkin ada baiknya kita nggak cerewetin dan mengecilkan hobinya. Kalau suami waras dan bahagia, otomatis mereka juga akan lebih sayang sama keluarganya, kan? Dampaknya akan meluas. Nggak cuman membahagiakan suami doank, tapi juga akhirnya membahagiakan istri dan anak-anak.
Itu menurut saya yah.
Nah, jadi, suami-suami kalian punya hobi apa nih, moms?
Cerita dong. Seru pasti ^___^
Love,
Bhuahahaa... hobby koleksi gundam atau robot2an gitu sbnrnya suamiku jugaa. Cuma karena aku gak suka, and no budgeting,alhasil hobby itu tdk dilanjutkan :))
ReplyDeleteWuaaa... panjang kali curhatanya
ReplyDeleteUntung hobi suami cuma futsal dan main musik
Dan ternyata, mami juga pernah berantem hebat sama papi Adit... aku juga pernh dan mikir cerai ajah... hiks..
Entah kenapa suka banget baca postingan tsurhatnya mamiubi. Akupun begitu sih, nikahmuda itu susah syekali. Banyak juga kata-kata "kita cerai aja" yang terlontar. Tapi aku nggak sampe pulang ke rumah mama bawa anak-anak sih, wong aku aja tinggalnya di rumah mama. Paling suami yang balik ke mamanya sampe seminggu baru nengokin aku dan anak-anak lagi :') itu dulu banget tapiii, makin kesini makin berasa dewasa makin mateng ngadepin masalah. Hihihihii *loh kenapa gue jadi curhat disiniiii, maap ya mami Ubiii*
ReplyDeleteSuami aku hobinyaaaaaaaaa VESPA! Boooook diem2 dia suka beli sparepart dan aksesoris gitu yang seharga satu gundam kali. Belom proses ngecet lagi nyaaaa. Aku mah dukung aja, paling merengut dikit, disogok novel baru juga langsung luluh akunya :') tapi sekarang dia lagi rehat dari hobinya niiihh, vespanya dianggurin gt ajaaa, aku jadi sedih liat vespanya diangguriinn. Uhuhuhuhuuu. Lagi bosen kali yaaa. Biasanya sabtu minggu dia sibuk ngumpul sama temen2 vespanya, sekarang malah sibuk nemenin aku ke event. :') Eh bulan depan mau naik gunung sih tapi dia. Walaupun sebel tapi aku tetep dukung juga. Biarin lah, dia bahagia akupun bahagia. Nah kan kenapa aku jadi curhat disini lagiiiiiii. Maap ya mami Ubiiiiii. x)
Semangat terus ya mami Ubi dan papiUbii. Emang baiknya gundamnya taro di jakarta aja sih. Soalnya kalo di taro di jogja dan dideketin Aiden, duuuhhhhh kaya apa ya jadinyaaaaaa. Wueheheheheheee :'D
Aku mbayangin mas Adit kesenengan beli gundam dan wajahmu Mamii :)) Aku smp speechless baca yg atas2, lha kok ke bawah2 aku kudu ngguyu see .. Heartwarming ya cerita ini. Aku membayangkan nanti suamiku opo yo gini ya, rela hati istrinya borong CD dan nonton gigs mulu :')))
ReplyDeleteKemarin punya pacar hobinya ngerakit gunda..
ReplyDeleteDlu klo ada sale2,suka minta temenin..
Ntar belilah setelah itu...
Bahagia banget liat dia seneng ngerakit.
Kadang bawel juga "ini mana partnya?" "yang ini stikernya malah robek"😂
ga punya ges. udah titik xicixi. btw terharu baca kisah kalian
ReplyDeleteAaahhh....seneng baca curhatan mami Ubii
ReplyDeleteSelalu nemu pencerahan baru, pun untukku yang baru juga nikah seumur jagung.
Suami hobbynya olahraga hohoho. Joging pagi atau main bola di lapangan udah cukup bikin dia fresh. Kadang ajak anak anak piknik liat alam juga sama hiking :D
I am not expecting a 'melow' story in the beginning and i wish you can share more about your amazing relationshippp sihhhh hahahaha.. buy anyway..
ReplyDeletesuamiku ndak punya hobi koleksi apa-apa, cuma kaleng koka kola, ah murah lah..
btw, you both is amazing, FAVORIT COUPLE!!! semoga tuhan memberikan kalian berdua rejeki dan sehat yak. supaya anak-anak bisa dapat hak nya, bapak dan ibu nya jugaaa.. hahahah lop lop lopppp!!
untungnya hobi suamiku leyeh2 sambil dengerin musik, paling dia download lagu2 baru dari internet
ReplyDeleteSaya suka postingannya mbak. Dan benar, hendaknya kita bersikap supportif ke hobi suami selama positif. :) Kalau suami saya sih, sukanya nonton tv seri/film yang genrenya mostly beda sama saya..haha jadi terjadi juga dia /saya nonton film sendirian, atau baca2 berita IT gak habis habis dan kadang maen computer game. Saya gak melarang asal dia sendiri tahu waktu dan gak lupa pekerjaannya. Salam kenal :)
ReplyDeleteWahh keren2 ya gundamnya papa ubi. Suamiku hobi nonton mbak, dan untungnya hobinya nonton film di rmh, atau kalo ke bioskop pasti sekeluarga. Hobi otomotif jg sih dulu, skg smkn bertambah usia utak-atiknya berdasarkan kebutuhan aja ��
ReplyDeletesaya jd bayangin adegan telenovela pas kejadian bantingnya hehehe.. bahagia yah bisa bebas jalani hobinya... suami paling main game online, sy juga membiarkn aja..
ReplyDeletesuami saya juga cinta banget sampe fotografi. sampe saya disebut istri kedua, istri pertama kamera2nya. hahaha gak masalah sih karena saya punya hobi sendiri dan gak mau dia larang2 saya maka saya juga sebaliknya, membiarkan dia dengan hobinya. tapi kamera dia udah dijual juga, mba grace. sya & suami kan merintis usaha di bidang perikanan. 2 body kamera, 3 lensa, 1 mobil, cincin nikah, ludes dijual :D sekarang nyisa kamera 1 buat ngerjain blog bandungdiary.
ReplyDeleteSuami saya juga menjadikan fotografi sebagai passion dan profesi nya dlu mbak, sampai akhirnya ketika passion jadi profesi utama, passion nya ini yang hilang.
ReplyDeleteSaya sih support aja hobi suami, kebetulan hobi Nya merakit sesuatu , otak atik, benerin barang ( ini paling menyenangkan haha )
Bahagia selalu yaa until Mba Grace dan Mas Adit Nya ..
Di Jogja biasanya kamu cari dimana, Ges? Gawat ini, suamiku jadi pengin pas liat aku baca postinganmu ini. Hahaha...
ReplyDeleteTerharu sekali baca kisah Mami Ubi.Ternyata untuh sampai ke tahap ini sudah melewati berbagai macam ujian.Saluut buat kalian berdua.Great parents.Beneraan.Two thumb up...
ReplyDeleteBtw tentang hobi ini aku sering nggak habis pikir dengan adik ipar.Suami adiku hobi ngrakit gundam sejak kukiah.Biar murah seringnya beli langsung ke Jepang lewat online.Setelah kerja dan dapat posisi bagus hobinya tambah menjadi-jadi. Selain gundam dia juga koleksi lego.Aduuh pusing saya lihatnya.Herannya adikku yang jadi istrinya diam diam saja dan mendukung suaminya.Padahal sebulan buat beli gundam dan lego diatas dua juta.Bisa buat bayar SPP anak anak kalau aku mikirnya.Rumahnya penuuh mainan.Beberapa mainan di pajang di beberapa lemari kaca yang dibikin khusu s buat mainan.Lainnya masih dikardus.Katanya bisa dijual lagi.Jadi belum dirakit.Padahal daripada buat beli mainan itu sudah bisa buat beli mobil.Semua mainannya.Tapi namanya hobi ya susah.Untung punya istri kayak adiku dan mami Ubi yang lihat suami buang buang buat mainan masih anteng.Kalau aku?perang dunia kaleee...Hihi
mantap kalo punya istri pengertian pasti sangat tenang ya hidupnya
ReplyDeleteGundam lover juga Papi Adit yaa, dulu agak gimanaa gitu liat suami ngutrek depan Gundam, berjam-jam nonstop. Apapun dicuekin, jadi baper-baperan lah. Apalagi kalau duit ngepas2an. Tapi trus kalau dipikir lagi, stress reliever nya itu ya lewat sana. Disamping itu biasanya seperti ada semangat baru untuk hadapi hidup & lebih produktif.
ReplyDeleteMami Gesi yg semangat cari uangnya yaaa, biar Papi Adit mesra2an terus :D
Suka deh sama tulisannya, selalu jujur. My boyfriend yg mungkin akan jd husband suka dgn action figure bahkan buat sendiri jg utk dijual. Utk koleksi pribadi pasti diam2 beli krn takut aku mengomel.hihihi. Tapi skr ya bodo amatlah, duit2 dia juga. Hahaha. Nggak tau ntar kalo udh rumah tangga 😄
ReplyDeletesuami saya...apa ya??? *lho?!*
ReplyDeleteWaaaa hobinya papi ubi dan aiden keren yaaaa... Bakalan nerima lungsuran ni aiden, hehehehe.. Seneng kalau hobi suami kita juga bisa menikmati..
ReplyDeletethanks for sharing ya mami Ubii..huhu, jadi wajar ya kalo suami2 punya kebiasaan yg menurut istri aneh. mgk itu bentuk pelampiasan dia agar kembali ke keluarga dg happy-_-
ReplyDeleteSungguh luar biasa kalian
ReplyDeleteOh iya mw infoin aj soal beli gunpla dan semacamnya
ReplyDeleteCba kl cari jgn d toko2 macam mall2 gt. Karena biasa kliatan dah diskon, tp sebenernya dah d mark up sblm diskon
Kl d jkt bisa cari yg jualan d FB (saya saranin Gundam Terminal) ato community gt. Di Jogja ad yg murah cmn lpa nama toko onlinenya. Harganya bsa beda 50k(HG)-1jt(PG)
Dan untuk barang baru biasain PO. Info release bsa dicek d gundamguy.blogspot.com
Salam dri Builder yg lg pindah haluan ke TCG. Haha
Huwwaaa..ini ceritanya nano-nano, ada lucunya tapi juga mengharu biru..Swear mak Ges..aku mbrebes mili..Thank you, I learn.. :)
ReplyDeleteSalah satu hobi suami saya nonton. Genre favorit dia bukan genre favorit saya. Jadilah saya suka tidur di bioskop kalau nemenin dia nonton. Hihihi.... Abisnya waktu saya nawar saya nunggu di cafe atau ngider di mall aja seeaktu dia nonton, dia ga mau. Maunya ditemenin :D
ReplyDeleteKalau gundam ini sebenarnya suami juga suka lihat2nya... Tapi belum sampai beli sih :D
aah..terharu..
ReplyDeleteiya sempat bertanya2 finansial buat terapi kakak Ubii tiap hari itu..
syukurlah ya sekarang sudah sama2 saling kenal pasangan
kukira pada awalnya semua pasangan muda pasti mengalami jatuh bangun sampai akhirnya bisa adem ayem..
btw, suamiku hobinya ternak ayam wk..wk.., piara di garasi ya biarin ajalah..dia sendiri yg bersihin,
Suamiku passion sekaligus profesinya di bidang IT, kalo hobinya nonton bola, bela2in begadang buat nonton bola. Tapi suka diem2 jg beli aksesoris utk laptop, hp hehehe....
ReplyDeleteWah Mba ... hobby suami Mba sama banget sama partner aku. Hihihi ... hmm ini memang salah satu alasan aku bahagia menemukan dia yang punya hobby dan bisa seseruan sendiri. Karena memang saya paham bahwa dalam satu komitmen, kita nggak bisa selalu ceria dan punya hari hari yang menyenangkan, maka agar dia dan saya bisa tetap berpikir waras nantinya, saya bahagia kalau dia menikmati hobby-nya. Bukankah saya dan dia tetap dua orang berbeda yang memperjuangkan sebuah komitmen bersama-sama?
ReplyDeleteagak speechless bacanya mbak.. aku ga tau kalo sampe di titik segitunya mba dan suami pernah rasain.. makin salut ama kalian :).. aku ama suami juga sering ribut, sering ga cocok, tp paling mentok kita palingan cuma diem2an bbrp hari doang..
ReplyDeletehobiku, yg juga me time ku itu traveling. dari sebelum nikah, aku ama suami memang udh srg traveling bareng.. tp stlh nikah dia lbh mikirin ke anak.. bukannya aku ga ya, tp akukan ttp kepengin ada 1 wkt kita msh jalan berduaan.. dan buat suami, kalo udh punya anak, ya ank hrs ikut.. itu yg srg bikin kita ribut.. ujung2nya, aku minta izin ttp pergi, tp dgn temen.. krn ada saatnya aku benr2 ga mau pergi dgn anak. kita toh ada babysitter yg udh kita percaya bgt, mama mertua juga tinggal dkt ama rumah kita, jd ga ada alasan ga bisa traveling tanpa anak. untungnya suami ngizinin aku ttp traveling, asal dgn teman.
hobi suami sendiri sih koleksi mobil2an.. itu mah udh dr dia kecil.. bagus2 sih, detil bgt , berat, tp harganya juga cakep bgt di kantong :D .. cm kdg aku coba ngerti sih mbak, dan biarin dia nerusin koleksinya.. krn aku sadar, hobiku jauh lbh mahal ;p.. jd drpd ntr dia juga ngelarang aku traveling, mndingan dia bisa ttp koleksi mobil2an ;p
Hobi banget sama bulutangkis, semua hal tentang bulutangkis dia koleksi. Dulu sering tengkar gara-gara hobinya ini, tapi lama kelamaan terbiasa juga. Daripada dia aneh-aneh mending cari hiburan dengan hobinya mbak :D
ReplyDeletewah gambar gundam yg terakhir itw persis kayak punya misuaq, dulu pernah g sengaja kesenggol aq n jatuh, beberapa partnya copot, karena g d lem.. dy emang g pernah marah dan bilang g apa2, tapi mukanya kelihatan sedih.. aq malah yang jadi g enak.. hehehe..
ReplyDeleteoh ya, salam kenal ya mbak gesi, sy selama nie cuma jd silent reader alias tukang kepo istiqomah blog mba aja.. hehe
Iya memang gak jarang hobi suami gak sejalan dengan hobi istri, ya mau bagaimana lagi
ReplyDeleteWah saya juga hobi memfoto mainan replika, selama istri tidak keberatan dan hobinya tidak bermasalah saya rasa sebaiknya hobi suami bisa didukung :D akan lebih menyenangkan bila hobinya sama
ReplyDeletewahh kereen yaa
ReplyDeleteSaya juga sering berantem sama istri masalah gundam.... ðŸ˜ðŸ˜
ReplyDeleteKadang pengen di jual,,tapi bingung mau cari hiburan apa lagi klo di rumah...