Wednesday, August 10, 2016

#GesiWindiTalk: Pernikahan Remaja: Yay Or Nay?


Yak! Setelah jagad dunia maya diramaikan dengan Awkarin, sekarang kita ganti topik. Karena Awkarin is so yesterday. Sekarang jagad medsos dan infotainment punya lakon baru. Alvin dan Larissa. Mereka sama-sama booming, pasti setuju yah. Tapi, keboomingan Awkarin dinilai lebih ke arah negatif, sementara Alvin dan Larissa sebaliknya. Yang ini pasti setuju juga.


Tumben saya nggak kudet-kudet amat jadi nggak ketinggalan berita ini. Ya gimana mau ketinggalan wong jagad perfesbukan saya pada ngomongin ini. Jadi pengen juga lah mengeluarkan opini saya lewat blog Diari Mami Ubii ini.

Boleh yah.

Anyway, ini Rabu kan. Jadi postingan ini untuk tema #GesiWindiTalk, duet blog saya bareng Windi Teguh yah. Kami berdua bakal bahas ini dari kacamata masing-masing, yang saya nggak tau kami sepikiran nggak. LOL.


So, jangan ketinggalan baca juga dari kacamata Windi:


Sekalian baca juga dari dua teman saya Nahla (nikah usia 17) dan Icha (nikah usia 25)

Nahla:


Icha:


Saya sih nggak kepengin membahas tentang Alvin dan Larissa personally yah. Keputusan mereka menikah sedemikian muda, saya hormati banget lah pasti. Pun keluarga mereka mampu jika dilihat dari banyak faktor.

Saya kepengin mengeluarkan opini tentang nikah mudanya saja.

Definisi muda yang akan saya pakai di sini adalah muda yang berarti belum cukup umur / belum memenuhi ketentuan usia 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki.

Sharing santai aja menurut pemikiran saya. Sekali lagi, menurut saya. Artinya apa? Artinya kalau kalian nggak setuju dan punya pendapat sendiri, ya jelas sah-sah aja. Kita semua bebas berpendapat, bukan?

Buat saya, usia yang ditetapkan di mana pria paling nggak harus sudah berumur 19 tahun masuk akal banget sih. Paling nggak, cowok itu sudah lulus SMA lah baru menikah. Menurut saya.

Jujur saya agak lucu. Di klinik dan rumah sakit yang ada dokter anaknya, pasien anak itu mulai dari bayi sampai umur 18 tahun masih dianggap anak. Ketentuan minum minuman beralkohol juga dibikin minimal usia 18 tahun baru boleh. Jadi ya gitu... 17 tahun itu bukannya masih remaja, yah?

Jika menikah muda dilakukan untuk menghindari zina, jujur saya bertanya-tanya, apakah menikah adalah solusi mutlak dan satu-satunya agar anak terhindar dari zina? Bagaimana dengan pola didik pada anak yang oke, pengarahan ke kegiatan-kegiatan positif seperti olahraga misalnya supaya anak bisa menyalurkan energinya ke aktivitas fisik yang juga menguras tenaga? 

Mungkin saya berpikir begini karena buat saya pernikahan itu nggak gampang sama sekali. Menikah dan menjaga pernikahan are two diferent things. Mulai dari memahami watak pasangan, mentoleransi perbedaan sifat dan lain-lain, mencari jalan keluar saat badai menerpa, memahami keluarga pasangan, mencari nafkah yang halal untuk menghidupi keluarga, hamil, punya anak, dan lalu PR abadi... mendidik anak dengan baik sesuai standard masing-masing. Beneran, menurut saya, ini sama sekali nggak mudah.

Baca: Our Experience, Hipnoterapi Pasutri

Ada semacam meme atau quote atau apalah namanya tentang Victoria yang menemani David Beckham dari enol. Sejak David bukan siapa-siapa dan belum dikenal. Lalu mereka bekerja keras bersama membangun istana. Message nya lalu menjadi jadilah istri yang demikian. Yang mau banting tulang bersama suami dari enol dan menghargai sebuah arti perjuangan. Bahwa rezeki itu pasti bisa dicari berdua.


Lhah tapi, bukannya saat menikah itu Victoria sudah lumayan tenar yah dengan girlband Spice Girls nya? Sudah tour ke mana-mana gitu kan kayaknya? Wong Spice Girls sudah established sejak 1994 dan Victoria baru ketemu David di 1997. Ya berarti nggak enol-enol banget dong mereka saat menikah. Masak kita jadikan artis dan pesebakbola kelas dunia jadi parameter sih. Hehehe.

Beda loh ya definisi enol dengan sederhana.

Alvin memang lain. Dia punya support system yang mendukung dan keluarganya pun berada. Jadi menurut saya, nggak bisa lah mereka dibilang bener-bener dari enol. Yah walaupun katanya Alvin diajarkan untuk mandiri sejak kecil dan lain-lain, pasti tetap beda lah anak dari keluarga berada dan anak dari keluarga yang pas-pas an. 

Pengalaman pribadi ya. Saat saya dan Adit menikah, kami juga nggak punya tabungan. Ya ada sih tapi cuman dikit banget. Untungnya keluarga Adit cukup mampu, jadi akhirnya kami banyak dibantu. Walaupun Adit sudah bekerja dan saya juga masih bekerja saat itu, lalu kami berusaha mati-matian untuk nggak minta kecuali saat kepepet banget, namanya orangtua kalau memang lebih mampu, kan nggak mungkin tinggal diam. Pasti mereka tetap menolong. Entah berupa uang tunai atau kami diajak belanja bulanan sama-sama sehingga kami bisa beli sampo, sabun, daging, deterjen, dan lain-lain secara gratis. Jadi, walaupun dulu saya dan Adit nggak punya apa-apa, tetap aja nggak bisa dibilang enol juga wong ada keluarga membantu kok.

Sama kayak fenomena Awkarin yang viral kemudian banyak followers yang kepengin mengikuti style dan cara pacaran Awkarin, kini nggak sedikit juga yang jadi kepengin ikutan nikah muda.

Baca: Catatan Untuk Para Orangtua, Dulu Saya Pernah Menjadi Karin Novilda

Pertanyaannya, mampu nggak? Support system dan finansial dan segala macamnya sudah siap? Because the fact that one famous person does something, it doesn't mean that we have to do it, too.

Saya cuman mikir aja sih.. Apa sudah yakin bisa hidup layak nantinya? Sudah punya penghasilan tetap, belum? Kalau belum, yakin orangtua/mertua bisa selalu mensupport secara finansial sampai kita mandiri ekonomi? Orangtua kan nggak hidup selamanya. Mereka juga punya keperluan pengeluaran lain lah pastinya, dan mungkin kepengin juga menabung untuk hari tua. Padahal setelah menikah, biasanya kesempatan dan peluang bekerja akan lebih berkurang. Entah mungkin si istri nggak direstui suami untuk kerja di luar. Entah lowongan pekerjaan mensyaratkan status single. Dan entah apa lagi. Suami mau kerja banting tulang di luar rumah pagi-malam juga pasti mikir rumah. Ada istri yang menunggu, masak mau ditinggal seharian. Dan lain-lain.

Oke, ada yang namanya bisnis online atau bisnis dari rumah. Tapi, apakah semua orang punya modal untuk melakukan itu? Apakah semua orang punya bakat dan mental bisnis atau punya mentor untuk mengajari tips and tricks dalam berbisnis? Nggak semua loh... Apalagi kalau seseorang tersebut memang lahir di keluarga biasa-biasa saja yang nggak pernah punya kerabat yang berbisnis. Pasti susah untuk mulai.

Oke, ada yang namanya bisnis dari rumah santai yang mungkin nggak begitu butuh modal. Atau mungkin butuh tapi cuman sedikit. Misalnya bisnis berjualan produk macam Oriflame, Tupperware, Moorlife, dan lain-lain. Tapi apa iya bisnis itu saja bisa nutup semua kebutuhan? Mungkin saya yang kurang luas pergaulan. Soalnya selama ini saya melihat teman-teman saya yang berbisnis itu 'hanya' sebagai pemasukan tambahan. Istri pengen dapat tambahan supaya nggak harus minta suami untuk beli kebutuhan pribadinya. Suami-suami mereka pun sudah pada punya pekerjaan mapan. Intinya, belum pernah lah saya lihat ada teman saya yang pemasukannya hanya mengandalkan bisnis kayak gitu. Pasti mereka punya pekerjaan lain, dan suami mereka pekerja keras dalam pekerjaannya.

Itu hanya sekelumit dari sisi ekonomi dan penghasilan. Tantangan dalam menjaga pernikahan tentu masih banyak dan nggak cuman itu saja. Bagaimana supaya tetap mesra layaknya pengantin baru. Bagaimana menghangatkan kembali hubungan yang adem dan senyap. Bagaimana berdialog dengan suami supaya suami mau membantu mengurus anak dan rumah. Bagaimana istri tetap mengusahakan tampil cantik sesekali supaya suami nggak bosan dan nggak protes. Bagaimana menjaga hubungan baik dengan mertua. Bagaimana supaya bisa akrab dengan para ipar. Aduh banyak deh pokoknya.

Baca: Manajemen Waktu Ibu Rumah Tangga

Setiap saya publish postingan yang berbau marriage atau curhat, pasti ada yang kemudian menjapri saya entah di WhatsApp, IG, FB, atau email. Isinya mereka minta sharing karena mereka mengalami berantem terus dengan suami, suami ogah bantu istri ngurus anak padahal istri sudah capek banget, suami mintanya dilayani terus diambilkan makan, minum, dan lain-lain bak raja padahal istri mengurus rumah dan anak sendirian tanpa ART, dan macam-macam. That's the fact.. ada aja kan tantangan yang dialami. Nggak mungkin namanya pernikahan itu adem ayem saja.

Baca: Arsip Marriage

Baca: Arsip Curhat

Itu bikin saya berpikir, di usia yang sudah matang saja nyatanya banyak tantangan yang berat dan terjal, gimana dengan saat usia kita masih anak-anak dan belum dewasa?

Age doesn't define maturity. Ya memang benar. Tapi apa kita bisa menilai seseorang betulan dewasa atau enggak kalau kita nggak benar-benar kenal? Lucu sih menurut saya kalau kita bilang seseorang itu dewasa blablabla padahal kita ketemu aja belum pernah, ngobrol aja belum pernah. Dan kedewasaan juga (menurut saya) bukan ditentukan oleh kita anaknya siapa.

Lalu ada lagi opini semacam, ya dulu moyang-moyang kita juga pada nikah muda dan baik-baik saja kan. 

Dulu ada masa kita dijajah bangsa lain juga tetap bisa hidup. Ada masa punya anak 19 *true story dari nenek teman SD saya* tapi semua bisa makan dan tinggal di rumah yang layak. Manusia hidup kan selalu perlu penyesuaian. Untuk beberapa hal, kayaknya lucu aja kalau berpatokan pada "Nyatanya dulu bisa" sebagai penguat argumen, termasuk hal nikah muda ini.

Kalau semua berpatokan pada "Dulu juga nggak apa-apa" - ya emang kita hidup di zaman dulu?

"Nyatanya dulu nggak ada vaksinasi, anak-anak tetap sehat." > apa sekarang masih relevan?

"Nyatanya dulu orang mau menikah dan punya anak nggak pakai screening TORCH dan vaksin MMR, tapi baek-baek aja." > coba mampir ke Rumah Ramah Rubella, banyak banget bayi lahir dengan kecacatan kongenital/bawaan karena ibunya terinfeksi TORCH saat hamil.


Intinya kalau dari kacamata saya, menikah dalam usia remaja, masih jadi nay jika memang alasannya hanya dan hanya jika untuk menghindari seks bebas. 

Silakan loh kalau punya pendapat lain dan mau berbagi di komentar. Please feel free.

Mungkin memang saya nya yang kurang bisa percaya dengan "Asal niatnya baik, pasti hasilnya baik" dan "Rezeki mah pasti ada aja" karena memang saya dan Adit diajarkan untuk selalu mengedepankan logika. Bagaimana mencari solusi dan mengupayakan hidup dengan hal nyata. Bukan berarti lantas nggak berdoa dan minta sama Gusti. Tapi, berdoa sambil tetap realistis, mungkin yah. Karena cinta nggak bikin keluarga kita kenyang. Karena faktanya, orang hidup itu butuh uang. 

Selain itu memang ndilalah apa yang lebih sering saya temui adalah cerita-cerita yang kurang mendukung "Rezeki mah pasti ada aja." Nggak terhitung saya dengar cerita suami teman saya di PHK lalu mereka bingung harus gimana dan akhirnya jadi berantem terus karena sama-sama mentok. Atau kantor tutup karena bangkrut sehingga mendadak mereka nggak punya pekerjaan tanpa dikasih pesangon.

Maaf yah, kok saya malah jadi ngalor ngidul.

Terakhir, izinkan saya membagikan sebuah status FB dari seorang dokter Muslimah yang lebih mengambil sudut pandang kesehatan.

*Tulisan ini diambil dari status FB Ibu Zahrotur Riyad atas izin beliau*


MENIKAH KETIKA REMAJA
SANG TAMPAN DAN SANG CANTIK

Bersliweran berita tentang sang tampan berusia remaja menikah dengan sang cantik yang juga berusia remaja...

Bertahun diriku berkampanye tentang tidak melakukan pernikahan di usia dini...
Bertahun diri ini melakukan penyuluhan tentang bahaya kehamilan di usia remaja...
Bertahun diriku berkeliling menyusuri pulau demi pulai dengan naik perahu demi mengabarkan tentang bahaya dan resiko dari pernikahan di usia remaja...

Sama sekali bukan untuk menentang perintah agama...
Sama sekali bukan karena membenci agama...
Sama sekali bukan demi iri dan dengki pada sang tampan dan sang cantik...

Ada sebuah alasan kenapa menikah-hamil-melahirkan di usia remaja itu sangat berbahaya sehingga negara ini memberi batasan umur...
Sehingga dokter melarang...
Sehingga kami, para orang medis turun berkampanye untuk menyadarkan para orangtua agak tidak menikahkan anak-anaknya di usia remaja...

Sama sekali bukan karena kami menentang ajaran agama yang kami cintai, Nak...
Sama sekali tidak seperti itu...

Bahkan karena kami ingin mengikuti perintah Islam, maka kami melakukannya...
Perintah untuk memuliakan perempuan...
Perintah untuk menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab...
Perintah untuk menjaga kesehatan kita utamanya...
Perintah untuk menuntut ilmu sebagai bagian dari persiapan untuk menjadi orangtua...

Nak...
Memang benar bahwa Rosululloh dulu menikah dengan Aisyah ketika Aisyah masih begitu muda...

Nak...
Memang benar bahwa Islam tidak menyebutkan tentang batasan usia menikah...

Tetapi, Nak...
Rosululloh dan Islam memerintahkan kita untuk menuntut ilmu...
Dan setelah berabad-abad ilmu pengetahuan berkembang...
Penelitian medis memasuki era yang sangat mengagumkan...
Dunia kedokteran menjadi demikian luar biasa...

Tahukah kalian, Nak...
Hasil penelitian di bidang kedokteran...
Membuktikan bahwa di usia remaja, yaitu usia 10-20 tahun adalah fase di mana terjadi pertumbuhan organ-organ reproduksi...
Jadi di usia 10-20 tahun organ-organ reproduksi kalian sedang bertumbuh dengan luar biasa, Nak...

Pada perempuan...
Vagina-rahim-ovarium (Kalian tahu kan apa itu ovarium? Kalian belum tahu? Belum tahu ovarium sudah ngebet mau nikah? Hahaha.. ndak bermaksud ngolok-ngolok yaaa...)
Tuba Falopii... (Bukan Bang Pii tetangga kalian lho ya...)
Dan hormon-hormon pendukung sedang bertumbuh dan berkembang...
Hormon esterogen dan juga progesteron yang berfungsi untuk menyiapkan tubuh menghadapi kehamilan dan persalinan...

Pada laki-laki, Nak...
Penis-testis-epididimis-vas deferensus-kelenjar kelamin-skrotum-saluran ejakulasi-urethra
Organ-organ reproduksi itu sedang memasuki tahap pertumbuhan menuju sempurna pada usia 12-21 tahun...
Testis sedang berkembang untuk memproduksi sperma yang terbaik, yang berkualitas, dan itu akan dihasilkan di usia 22 tahun...
Dan itu berabad-abad yang lalu belum diketahui, Nak...
Sehingga orang-orang zaman dulu dengan lempeng berhubungan sex dengan anak-anak...

Apakah ini adalah hal yang tabu untuk dibicarakan? Hal yang mesum?
Tentu saja tidak.
Kita tidak sedang membicarakan hal-hal yang mesum yang mengundang birahi, yang kita bicarakan adalah murni ilmu pengetahuan...
Orang tidak merasa tabu untuk saling mencaci, memfitnah, dan membenci, kok kita merasa tabu untuk membicarakan fungsi penis dan vagina sebagai bagian dari pendidikan.

Apakah kemudian ilmu pengetahuan dan hasil penelitian mengingkari dan mengkhianati ajaran agama, Nak?
Apakah seperti itu yang terjadi selama ini?
Apakah kita akan berkelit bahwa ini hanyalah konspirasi untuk menghancurkan Islam?
Apakah selama ini seperti itu?

Jadi, Nak...
Di usia remajamu 12-20 tahun, sedang terjadi pertumbuhan organ-organ reproduksi yang sangat signifikan menuju reproduksi yang berkualitas...
Sehingga...
Sebelum usia 21 tahun, vagina belum siap untuk melakukan hubungan seks, rahim perempuan belum siap untuk menampung seorang janin...
Belum siap, Nak...
Sehingga akan terjadi resiko yang fatal ketika terjadi kehamilan dan persalinan di usia sebelum 21 tahun...

Resiko robeknya dinding rahim...
Resiko kelahiran prematur...
Resiko terjadi kanker servix...
Itu semua disebabkan oleh belum sempurnanya organ reproduksi kalian...

Kehamilan pada usia di bawah 21 tahun itu adalah kehamilan beresiko tinggi, biasa disingkat Kehamilan Resti..
Pada kehamilan Resti, terutama di daerah-daerah terpencil menyebabkan angka kematian yang sangat tinggi baik pada ibu maupun anak...
Dan ini akan masuk menjadi laporan tentang besaran angka kematian di Indonesia...
Ketika angka kematian di Indonesia sangat tinggi, angka kematian ibu dan bayi sangat tinggi,
Maka kemudian dicarilah siapa yang bisa disalah-salahkan...
Salah dokter-dokter yang bertugas itu, judes-judes, dan mata duitan...
Salah kadinkesnya...
Terakhir-terakhir, salah Jokowi juga akhirnya...

Padahal jelas ketika kemudian ditelusuri penyebabnya adalah tingginya angka kehamilan dan persalinan pada remaja, yang kemudian diketahui penyebabnya adalah ketidakpedulian untuk mencegah pernikahan di usia remaja...

Begitu juga pada laki-laki...
Penis memang selalu siap untuk dimasukkan...
Tetapi kualitas dari sperma dan organ reproduksi belum berkembang sempurna...

Karena itulah negara memberikan batasan umur yang kemudian disosialisasikan oleh kami para dokter dan paramedis bahwa usia idea untuk menikah adalah perempuan minimal 21 tahun dan laki-laki minimal 22 tahun...

Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengisi masa remajamu, Nak...
Tidak hanya dengan menikah...
Ambil lah tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa ini, negeri ini, maka betapa hidupmu akan menjadi sibuk dan sarat makna...
Jika dan hanya jika berhubungan seks terus yang dipikirkan dan ingin dilakukan, maka ada banyak hal yang bisa kita lakukan sampai waktu itu tiba...
Gunakan masa remajamu dengan sebaik-baiknya, Nak...
Dengan berpetualang menjelajah negero-negeri yang mungkin tidak bisa lagi dirimu lakukan ketika sudah punya anak dan istri...
Mengabdi pada negeri dengan mengajar ke pulau-pulau adalah sekeren petualangan Asterix dan Obelix...

Tabik.

***

The bottom line is.. menikah itu keputusan besar banget. Bagaimana ke depan, sangat perlu dipikirkan. Di usia muda menikah tapi keluarga nggak mampu mensupport secara finansial, gimana nanti menghadapi cicilan rumah, tagihan listrik, dan macam-macam? Saya cuman mempertanyakan hal yang saya singgung di atas tadi, apa menikah adalah satu-satunya solusi untuk menghindari hal buruk? Apakah cukup alasan itu saja bikin berani say, "I do?"

Bukan berarti saya mendukung perilaku seks bebas, yah. Jelas tidak. Tulisan ini lebih ke arah bahwa menurut saya alasan hanya untuk menghindari zina, kurang cukup dijadikan alasan menikah karena menikah nggak hanya tentang berhubungan badan, namun banyak sekali tanggung jawab yang mengikuti.

Untuk Alvin yang menikah muda karena beliau dan keluarganya kompak merasa mampu, it makes sense. Tapi kalau memang belum mampu dan menikah hanya untuk satu alasan di atas, kayaknya jangan buru-buru.

But, if you think that kind of reason is enough to get married, then let's say we agree to disagree.

Share your thoughts!



Love,






55 comments:

  1. Menikah muda untuk jaga zina. Zina mata, hati dan lainnya. Kalau kulihat mungkin kesiapan ortu yang perlu juga diedukasi. Anak laki2 sejak sudah mimpi basah, sudah bisa menghampili orang. Udah selalu deg2an dekat perempuan. Ini juga PR besar seorang ibu agar anaknya tidak jatuh ke zina. Selain itu siapkan finansial si anak sejak dini. Kalau dia siap mau nikah, ortu bisa kasih lampu hijau. But, sepakat dengan usulnya, gak semua di daerah siap dengan pernikahan dini yang "asal" tanpa kesiapan ilmu.

    ReplyDelete
  2. Aku setuju banget sama tulisanmu.
    Kalau menikah semata2 untuk menghindari zina. Helow..menikah itu juga bukan semata2 urusan seks lohh..
    Menghindari zina itu bisa dengan support system dari keluarga & sekitar juga yang tidak harus solusinya adalah menikah. Misal, aktif di organisasi non profit, olahraga, jadi panitia pensi ini-itu, kerja sampingan, atau mungkin enggak pacaran.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaaa huhuhu. Makanya aku mbatin banget, okelah mungkin dengan menikah jadi tidak akan terjerumus dalam zina. Bener. TAPI, setelah itu, masalah-masalah lain, tantangan-tantangan lain? Apa beneran udah siap? Gak kebayang aja umur 17 udah harus mikir cicilan rumah, tagihan listrik, dll. Beraaaattt. Puyenngg. Hahahahaha *curhat*

      Delete
  3. Dari kemarin mau ikutan komen cuma bingung. Hell yeah, agak kzl pas bapaknya bilang menghindari zina, segitu engasnya kah anaknya udah ngebet ngelakuin yg 'halal'? Gemeuz sendiri! Lagian yah, baru banget lulus SMA, kuliah aja belom.

    Aku juga bukan pendukung sex bebas sih sebenernya, but ya mendingan masa muda diisi seru2an gitu. Jadi ustad kek atau bikin pesantren atau apapun lah. Nggak harus ngebet kawin juga -___-

    ReplyDelete
    Replies
    1. ...dan sebenernya juga kita bisa tahan diri. Hasrat seks itu normal tapi bagaimana kita bisa mengendalikannya. Di usia yang terbilang muda, nggak dipungkiri hasrat seks sedang menggebu-gebu.

      Delete
    2. Kata orang: Menikah bukan berarti terkekang lantas nggak bisa seru-seruan. Ya emang. TAPI, menurutku, tetap ada bedanya laaahhhhhh. Dulu kalau mau jalan sama temen2 misalnya (contoh remeh hahaha), yaudah jalan aja kan. Sekarang? Harus minta izin suami dulu tentu saja. Adit sih selalu bolehin, tapi kadang ada aja halangannya, misal terus ternyata di hari yang sama ada kondangan, dll atau mertua ngajak makan bareng, atau ada anak2ku yang mendadak gaenak badan. Pasti ujung2nya gajadi pergi kan. Jadi ya, emang nikah bukan berarti hidup jadi gak bisa seru. Tapi tetep lah beda saat masih single. Lagian setelah nikah, banyak capeknya mau berhubungan sih, udah sama2 capek kerja or ngurus anak, malemnya tinggal teparnya doank hahahahahaha -____- *mengenaskan*

      Delete
    3. @Helda: Iya, setuju. Semenggebu-gebunya, kayaknya pasti selalu ada cara untuk mengendalikan deh. Entah olaraga fisik, entah tidur, entah ngapain, dan yg jelas ya, jangan malah keluar bareng lawan jenis dulu kalo emang lagi high voltage. LOL.

      Delete
  4. Setuju banget Mak Gesi! Terutama yang alasan medis itu, kok jadi iba aku baca status bu dokter susah2 berkampanye huhuhu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lebih mirisnya lagi baca komen-komen orang di status beliau. Doh. Meh banget lah pokoknya.

      Delete
  5. Setuju deh, krn umur segitu masih kategori labil secara emosional. Nurut aku umur tetap menentukan kedewasaan. Yang umur udah banyak pasti lbh banyak menghadapi persoalan hidup dan berbagai cara utk menyikapi dgn macam2 pertimbangan. Kalau usia remaja suka masih egois dan ingin hanya pendapatnya aja yg didengar.
    Menikah itu yang sulit kan merawatnya. Semoga keinginan nikah muda dedek2 emesh itu bukan perasaan emosional sesaat deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Katanya usia gak menjamin kedewasaan yah. Tapi tetap aja kan kalau makin banyak umur = makin banyak yg pernah dilihat/dirasakan/dihadapi dll sehingga itu bisa jadi bekal menghadapi masalah. Kita sepikiran mbaaaa ☺️💐

      Delete
  6. Ibu saya menikah muda saat sma tapi bukan kecelakaan ya..dan beliau wanti wanti untuk jangan nikah saat remaja pada saya dan lingkungan kami di pkk. Why?ibu saya pernah hampir lost saat melahirkan saya dan efeknya rahimnya bermasalah saat usia menuju kepala empat. Terapi sana sini dan diketahuilah bahwa krna pernikahan dini. Rahim belum siap dan juga persoalan lain yg sempat mama ceritakan ke saya.
    Setuju pernikahan itu bukan karena menghindari zina. Pernikahan itu tanggung jawab yg sangat besar kepada Allah. IMO

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rahimnya bermasalah nya gimana mba? Semoga ibu selalu diberi berkah kesehatan yaa 🙏🏻

      Delete
  7. dari segi kesehatan juga ngga baik ya, menarik juga pandangan nikah muda dari sisi kesiapan organ reproduksinya ges.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau sampai dikampanyekan para tenaga medis sih berarti memang ada risks nya yah dari segi kesehatan

      Delete
  8. Setuju,,, hehe
    Aku nikah usia 22, padahal usia 18 udah dilamar orang sampai akhirnya saya kabur... wkwkw :)

    ReplyDelete
  9. Menikah tidak semudah masak mie rebus....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masak mie rebus aja kadang failed, entah kelembekan atau kurang nendang... #eh malah jadi bahas emih 😐

      Delete
  10. Kalo yang aku tahu sih, nikah muda ga masalah, mak. soalnya emang ada ada rezekinya. sepupuku mau nikah dan dari kacamataku yang tahu ekonomi keluarganya dulu gimana ya kaget juga. tapi ternyata dia udah nyiapin rumah sebelum nikah. jadi balik lagi ke kesiapan secara materi dan dukungan ortu. ortu pasti tahu yang terbaik buat anaknya. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ternyata udah nyiapin rumah sebelum menikah berarti memang sudah cukup ya mak, berarti bukan dari enol.

      Yang aku garisbawahi di tulisanku kan kalo nekat padahal enol banget.

      Beda kasus yah :)

      Delete
  11. Aku juga Nay untuk ini, tapi nggak mau posting ah, biar simpen aja sendiri, soalnya mepet2 soal urusan agama, ogah nanti berpolemik. Your points are exactly what I think about this teenage marriage thing. Thank you for writing it down, Ges. Dan aku ngikik2 sendiri baca kata 'enol'...malah terasosiasi dengan kata lain daripada angka nol. xixixixi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hah apaan? Kata apa? Malah jadi kepo nih sayah, Ci. Hahahaha.

      Delete
  12. Memang pro-kontra sih untuk yg ini. Kayak ibarat 17th nikah dibilang kecepetan, 27th belum nikah kek ditanyain melulu nikah kapan? Lebih ke "kesiapan" tiap individu untuk berkomitmen. Yes, usia gak jadi patokan untuk keseluruhan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, kesiapan dari banyak aspek yg nggak hanya finansial.

      Delete
  13. Menurutku karena mereka public figure makanya jadi bahan pembicaraan masyarakat. Padahal nikah itu tergantung kesiapan masing-masing individu dan keluarganya. Mau umur berapapun ya gak masalah selama siap lahir batin. Btw, aku juga fans berat David Beckham dan Victoria. Hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siapa sih yang nggak ngefans? Ahahahaha. Eh suamiku nggak deng -__-

      Delete
  14. saya 'nay' juga sih.. dan lebih karena kesiapan mental para remaja ini.. okelah kalau yang cowok sudah mapan secara ekonomi, trus kesiapan fisik dan mental si calon ibu entarnya gimana? kalo baby blues gimana? karena emang bener, urusan menikah bukan cuma soal supaya menghindari zina aja sih..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh iya, good point. Baby blues dan sebagainya itu juga perlu dipikirkan yah. Kita yg secara usia lebih matang aja bisa banget kena baby blues berkepanjangan kok.. Thanks for sharing mba Pipiitt ^^

      Delete
  15. jadi pembahasan nya kalau menikah hanya dan hanya untuk menghindari seks bebas aja? ok sip. jadi beda kasus yah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menghindari zina dan sebetulnya belum siap dari banyak faktor. :)

      Delete
  16. koq saya merinding yah bacanya, dulu saya nikah usia 24, nah kalau Papih malah usia 21,masih kulia, kerjaan belum mapan, termasuk muda yah, hehehe walau banyak yang belum mapan secara ekonomi. Well mental sih yang harus benar-benar siap.

    ReplyDelete
  17. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  18. Kok aku suka ya postingane, bagian yang pengertian nol ga sama dengan sederhana. Itu bener beuddd

    Karena after life marriage itu komplex banget, bakalan susah klo ada yg niru hanya karena trend
    Makasih ni mami gesi aku jadi ikutan baca yg fungsi organ reproduksi di bagian bawah ^_^

    Fufufuu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe iya, Nita, aku juga cuman nempel info dari Bu Zahrotur kok itu ^^

      Delete
  19. Mohon maaf jika tidak berkenan ya, Mbak..

    ReplyDelete
  20. buatku menikah muda ga masalah hak pribadi masing2, bener tulisan ges niy, biar menghindari zina intinya.
    Mungkin udah jodohnya juga keles yaa :D
    (ngiri aku nikah tua uy) qiqiqii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lhah, skrg Teh Hani aja masih keliatan kinyis-kinyis kok :p

      Delete
  21. kalo masalah alvin ini aku sih terserah merekanya kali ya mbak... tapi aku pribadi sih, ga telalu setuju.. krn udh ngalamin juga, dan hasilnya cerai :).. aku nikah dulu umur 20 thn, masih kuliah, suami 22, mantan suami mksdnya... sebenernya dr ekonomi sih kita udh mampu, tapi dari mental, trnyata kita ga siap... semuanya memuncak pas aku diterima kuliah di Malaysia, dan harus ninggalin suami.. awalnya sih dia oke, tp nth kenapa semakin lama smakin cemburuan buta, semakin kasar, dan semakin nuduh gila2an kalo hp ku ga bisa dijwb, pdhl bisa jd saat itu aku sdg kuliah ... udh ketebak lah akhirnya gimana, suami lama2 sebel, dan kemudian ketahuan juga dia main api di belakang.. alasannya klise, krn kesepian.. disitu deh aku putusin cerai memang yg terbaik.. terbukti kita msh blm stabil dr segi emosional, masih meledak2, aku sndiri buktinya lbh mentingin kuliahku drpd ngurus suami.. untung aja kita blm ada anak saat itu.. jd proses cerai gampang dan cepet.. krn masing2 pgn cepet bebas dr ikatan..

    nikah kedua kali aku umur 29, suami 28. alhamdulillah sampe skr adem ayem, krn masing dr kita udh mulai bisa ngontrol emosi.. udh tau apa yg jd prioritas keluarga..

    so intinya, kalo memang anak2nya sndiri udh merasa dewasa, mapan dan stabil dlm emosi, monggo nikah... udh ngerti juga apa2 aja tanggungjawab dlm RT itu... tapi kalo memang blm siap 100% dari semua segi, JANGAN NIKAH. perceraian itu ga enak ... karena pernah bercerai dan status jd janda, ini sempet mempersulit aku saat mau nikah ama suami yg skr.. mertua smpet ga setuju, ya iyalah... anak lanangnya masih status perjaka ;p ga rela pasi dinikahin ama JANDA .. walopun akhirnya ya Ges, kita mampu naklukin hati orang tua, dan direstui.. ada kok waktu2 di mana aku nyeseeeel bgt nikah muda. tpi mau bilang apa.. namanya udh kejadian :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah mba Fanny... what a story. But, thank God, semua sudah diberi jalan sampai sekarang baik-baik yah, Mba. Thanks for sharing. Mungkin sharing mba Fanny ini bisa jadi tambahan dari kacamata yg sudah pernah mengalami bahwa ternyata nikah muda itu banyak tantangannya. Bukan sekedar faktor finansial tapi banyaaaaaakk yg lainnya. Hugs XOXO

      Delete
  22. Halooo, Mba Zahra. No, aku seneng-seneng aja kok Mba Zahra berbagi info di sini. Kebetulan hal yang sama juga disampaikan oleh teman saya.

    Begini yg disampaikan temanku:

    Harus kembali dulu ke hukum dasar menikah. Jika memang bersyahwat besar,dan mampu secara ekonomi maka wajib hukum nya segera menikah. Jika mampu ekonomi tapi blm bersyahwat besar, sunnah hukum nya. Jika bersyahwat tapi blm mampu ekonomi, ya haram dong. Ini Fiqih nya. Solusi bagi yg bersyahwat tapi blm mampu ekonomi adalah berpuasa sunnah. Ini yg dijelaskan oleh imam Ghozali dlm kitab Ihya Ulumuddin. Beberapa sahabat nabi juga memperbolehkan Istimna (onani) untuk mencegah zina. Tetapi memang masalah istimna ini terjadi perbedaan pendapat diantara imam mazhab. Mazhab syafii dan maliki berpendapat istimna itu haram total. Imam Hanafi membolehkan jika darurat,takut berbuat zina. Imam Hambali jelas mewajibkan jika tanpa itu,terjerumus ke dlm perzinahan.

    Kurang lebih mirip yah. Thanks for sharing, Mba Zahra :)

    ReplyDelete
  23. Kalau saya sih'nay' juga, sekarang dipakai logika saja, selain berkaitan dengan masalah kesehatan, hal ini juga berkaitan dengan ledakan penduduk, kalau mereka nikah muda trus katakanlah usia 20 punya anak, anaknya nikah muda juga diumur yang sama trus punya anak juga, belum usia 40 dah jadi kakek nenek, trus cucunya nikah muda juga dan seterusnya lalu banyak remaja yang ikut2an, belum ada generasi tua yang mati dah ada lagi yang lahir, hellawwwww alamakkkk lama2 bisa penuh kali mbak Indonesia ini korban remaja-remaja (katanya) menghindari zinah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh iya ya, betul juga logikanya. I think that makes sense. Padahal Indonesia sudah termasuk negara dengan jumlah penduduk terbanyak ya, dan garis kemiskinan serta pendidikan pun begini, huff sedih.

      Delete
  24. "I Love you, nikah yuk sekarang!" Kata anak baru kemarin dapat menstruasi, dan yg laki baru semalem mimpi basah.
    kupikir.. banyak hal yg bisa mengalihkan pikiran kotor untuk berzina.
    Hm...

    ReplyDelete
  25. Yakin sebenernya yang ibu ibu gemashkan itu adalah alasan non sense untuk semata mata menghindari zina. Kalau begitu, fungsi perempuan dalam pernikahan cuma sekadar sebagai wadah pelampiasan hasrat aja dong.
    Memuliakan perempuan? Kalau memang memuliakan, tunggu lah sampai perempuannya juga siap secara mental dan fisik. Bukan ujuk-ujuk ngebet nikah sebagai justifikasi untuk berhubungan badan -___-

    ReplyDelete
  26. Aiih...pembahasan seru untuk saya yang termasuk nikah di usia terlampau matang (dikit lagi udah busuk kali yak). Menikah karena temen main sudah pada nikah duluan (remeh temeh banget ini mah)
    Tapi memang orang tua menikah juga di usia cukup dewasa, ibu 27, bapak 30. So, saya bilang ke ibu kalau belum 27 jangan ditanya tanya soal nikah yaa...
    Dipuas puasin main duluk, karena setuju sama Gesi, main saat single beda banget sama pas kondisi emak emak. Apalagi setelah menikah langsung punya buntut hihihi...
    Intinya sih, memang kesiapan secara mental itu penting :)

    ReplyDelete
  27. Iya ,, kok ya alasan dari bapak sang anak "untuk menghindari zina" ,, banyak kepala ibu2 jadi mengkerut, weih nggak ada cara lain ya pak? dalam Islam pun, kalau memang belum siap, maka jagalah pandanganmu, dengan banyak2 ibadah dan berpuasa, lakukan hal-hal yang bisa membuat banyak follower melakukan kebajikan. Misalnya jadi Hafidz, de el el buanyakk cara lain. Dan Well,, dalam dunia kesehatan pun kan dibahas ^_^

    ReplyDelete
  28. Kl aq yay yay aja, yg penting siap lahir bathin... Dan tentunya siap dg sgala macam problematika pernikahan hahaha... Tp emg sih kl alasan cm buat ngindarin zina itu agak gimanaaa gitu, brarti gbs jaga napsu dong *eh *peace

    ReplyDelete
  29. Duh kalo ngomongin ini sih gak tau harus koment gimana. Nikah muda banyak menuai kontroversi. Setuju gaknya sih tergantung bagaimana awalnya kok sampai bisa nikah. Eh tapi itu kan cuma yang nikah yang tahu. Hihihi. Yang pasti, semua ada plus minusnya.

    ReplyDelete
  30. Haha setuju mbak, negara mengatur usia minimal pernikahan itu tentu telah melalui banyak pertimbangan dari berbagai aspek, psikologis, biologis, dll.
    Menikah itu butuh pertimbangan matang gak semudah 'biar gak zina' eh btw si remaja tampan itu udah paham ya begituan wkwk secara anak ustad, soalnya dulu saya 17 taun mah barusan aja ngerti begituan dan belum ada niatan buat pengen begituan :D
    Sekarang udah 22 tahun udah pengen sih begituan hahaha tapi kan ya nikah gak cuma urusan begituan ya wkwk masih ada banyak aspek yg perlu dipertimbangkan :)

    ReplyDelete
  31. I love banget tulisan ini, waktu senggang hampir tiap hari baca2 artikel di blog ini. Hampir semuanya udah dibaca 2kali mungkin lebih. selalu stay tune klo ada artikel baru. Dan ini adalah salah satu artikel yg paling saya suka, ngeberani in buat komen karena biasanya cuma jadi silent reader. Ini udah baca 2 kali XD
    Saya masih berumur 19 tahun dan single, suka sekali baca artikel2 tentang mami ubi yg selalu satu pemikiran dengan saya, suka banget tentang tips2 rumah tangga, tips bermain dengan anak, cara menjadi ibu, tips berbagi tumbuh kembang anak,dan pelajaran2 penting lainnya, pokoknya bisa dibuat bekal saya nanti dimasa depan saat saya sudah berumah tangga dan menjadi ibu. Saya cuman mau berterima kasih karena artikel2nya sangat bermanfaat bagi saya, dan ada beberapa tulisan penting dari artikel mami ubi yg saya tulis di note saya.^^

    ReplyDelete

Thank you for giving your comments. Means A LOT to me. If you ask me a question in this comment section, but need answer ASAP, please poke me on my Instagram @grace.melia ^^