Have you ever been wondering about some family-related questions? Saya seriiinnnggg. Hehehe. Biasanya saya obrolin santai bareng Adit kalau anak-anak sudah pada tidur. Atau pas kami pacaran berdua di luar rumah, atau di mobil, anytime we feel like talking about it lah pokoknya.
Kali ini mau saya ceritain di blog bareng Windi Teguh yah because today is our #GesiWindiTalk time! Biar gampang dan nggak susah mikir pertanyaan-pertanyaannya, kami jawabin aja pertanyaan-pertanyaan yang disusun oleh Ronit Baras, seorang parenting blogger and speaker. List nya ada di sini. Tapi, berhubung di situ ada 100 pertanyaan, kami nyicil-nyicil deh. Jawabnya 5 pertanyaan per postingan.
**Biar nggak repot cari bahan minggu-minggu depan sekalian HUAHAHAHHA**
Anyway, pengantar di post Ronit Baras yang berisi 100 pertanyaan itu bagus banget, menurut saya. Saya jembreng yang menurut saya bagus yah. Gini:
Mertua saya pernah berkata bahwa kebanyakan orang nggak punya filosofi parenting. Mereka just act, lalu mencari alasan untuk mendukung/membenarkan aksi mereka. Ada korelasi antara memiliki filosofi parenting dan memiliki keluarga bahagia serta anak-anak yang sukses. Berikut adalah daftar pertanyaan yang mungkin Anda ingin tanyakan pada diri Anda as a parent.
Note: Idealnya pertanyaan-pertanyaan ini dijawab sama calon suami/istri sih, saat hubungan sudah serius gitu. Jadi nanti setelah berkeluarga dan punya anak udah lebih siap.
So, the first 5 questions are:
Mertua saya pernah berkata bahwa kebanyakan orang nggak punya filosofi parenting. Mereka just act, lalu mencari alasan untuk mendukung/membenarkan aksi mereka. Ada korelasi antara memiliki filosofi parenting dan memiliki keluarga bahagia serta anak-anak yang sukses. Berikut adalah daftar pertanyaan yang mungkin Anda ingin tanyakan pada diri Anda as a parent.
Note: Idealnya pertanyaan-pertanyaan ini dijawab sama calon suami/istri sih, saat hubungan sudah serius gitu. Jadi nanti setelah berkeluarga dan punya anak udah lebih siap.
So, the first 5 questions are:
1) How many kids do you want to have?
Adit penginnya 2 aja. Saya pengin 3. Kayaknya seru kalau nambah anak sebiji lagi. Penginnya yang ketiga cewek. Belakangan, Adit juga ngikut keinginan saya sih, dia jadi pengin punya 3 anak. Alasannya adalah supaya Aiden ada teman nya dalam jagain Ubii saat kelak saya dan Adit sudah nggak ada.
2) What are the advantages of having this many kids?
Jujur, saat ini saya belom kepikiran advantage lain selain biar Aiden ada partner dalam menjaga Ubii. Saya dan Adit nggak pernah tahu gimana ke depan nya nanti. Apakah Ubii bisa mandiri dalam lingkungan dan masyarakat? Apakah Ubii bisa berkarya untuk memerdekakan dirinya secara finansial? We don't know that, yet.
Kami berkaca dari pengalaman tante Adit. Adit itu punya tante yang berkebutuhan khusus. Sebut saja Tante Ros. Saya nggak terlalu paham sih jenis kebutuhan khususnya apa. Panca indera beliau normal semua sih yang jelas. Bisa melihat, mendengar, dan bicara. Bisa baca tulis juga. Tapi kayaknya ada masalah di kognisi/pemahaman nya. Jadi beliau cuman bisa mandiri dalam hal-hal sehari-hari doank seperti makan, mandi, pakai baju, tidur, dan lain-lain.
Beliau nggak bisa berkarya atau bergabung di masyarakat. Nggak punya suami, otomatis nggak punya anak juga. Akhirnya beliau tinggal bersama tante Adit yang lain. Kembarannya. Jadi, Tante Ros ini anak kembar ceritanya. Karena beliau nggak bekerja, otomatis nggak punya income, kan? Jadi, tante-tante Adit sama-sama saling patungan untuk biaya hidup beliau.
Itu yang saya dan Adit pikirkan kelak untuk Ubii, Aiden, dan (kalau Tuhan izinkan) anak kami yang ketiga.
Baca: Ketika Anak Berkebutuhan Khusus Memiliki Adik
Baca: Ketika Anak Berkebutuhan Khusus Memiliki Adik
3) What are the disadvantages of having this many kids?
Actually I prefer the word challenge rather than disadvantage, yah. Challenge punya banyak anak (3 itu buat saya udah banyak banget) pasti besar.
Baca: 10 Hal Yang Berubah Setelah Punya 2 Anak
Baca: 10 Hal Yang Berubah Setelah Punya 2 Anak
Biaya. Ya biaya untuk makan, sekolah, ke dokter kalau sakit, pakaian, liburan, dan lain-lain. Apalagi sekarang apa-apa kok mihil amat yak. ZZZZZZZZZZZ. Jadi kebat-kebit juga membayangkan kalau punya 3 anak nanti gimana. Wong sekarang punya 2 anak doank aja udah pas banget dan masih susah nabungnya. Err, buka kartu!!!
Urusan medis. Ini juga bisa macem-macem banget. Kalau buat anak-anak yah imunisasi yang nggak tercover subsidi pemerintah itu kan harganya mencekik semua, terutama vaksin PCV. Ya kaaann? Makanya suka pada tarsok-tarsok biasanya kalau urusan PCV ini. Terus kalau anak sakit yang nggak cukup cuman dikasih paracetamol. Tes-tes pendukung penegakkan diagnosa macam tes urine dan tes darah itu kan lumayan juga harganya, sist. Kalau saya dan Adit biasanya urusan medisnya ke dokter gigi karena gigi kami banyak bolongnya, which also costs a lot. Terus kalau sakit yang rada berat yang nggak cukup hanya dengan kerokan dan mimi Tolak Angin, kayak kemarin saya tifus. Itu habis lumayan.
Ya intinya urusan medis itu penting banget disiapkan dana nya. Dan, semakin bertambahnya anak, dana medis pasti juga makin tinggi juga.
Tenaga, kesabaran, kewarasan. Kalau Ubii dan Aiden sedang sama-sama caper dan merajuk ke saya sambil main-main sih, masih oke lah. Ya paling capek, tapi nggak sampai emosi gimana-gimana. Tapi, kalau pas mereka sakit/nggak enak bodi bersamaan, DOH GUSTI. Itu bener-bener ujian buat saya. Namanya anak-anak kalau lagi sakit, pasti tidur juga nggak enak dan nggak nyenyak. Ubii dan Aiden itu tipe kayak gitu. Kalau lagi sakit, mereka dikit-dikit kebangun dan rewel. Kalau sakitnya pas weekdays, when Adit's in Jakarta, saya harus handle 2 anak sakit sendirian, ujian kesabaran dan kewarasannya kerasa banget. Kalau siang sih nggak terlalu berat karena ada ART yang bantu. Tapi, kalo malem, saya suka nggak tega bangunin ART. Jadi, kalau anak saya nambah lagi, ujian kesabaran dan kewarasan kayaknya juga bakal makin berat, Jendral!
Nggak cuman saat anak-anak sakit deng, tapi kalau pas ART libur. Misal saat dia mudik Lebaran kemarin. Ubii dan Aiden kok ya ndilalah sama-sama susah mangap. Saya pengin gigit sandal rasanya. Emosi jiwa sampai saya teriak-teriak kecil manja. LOL.
Baca: A Rough Day In Motherhood
Nggak cuman saat anak-anak sakit deng, tapi kalau pas ART libur. Misal saat dia mudik Lebaran kemarin. Ubii dan Aiden kok ya ndilalah sama-sama susah mangap. Saya pengin gigit sandal rasanya. Emosi jiwa sampai saya teriak-teriak kecil manja. LOL.
Baca: A Rough Day In Motherhood
4) How will you support your kids financially?
(Ini kan seharusnya dijawab sebelum jadi orangtua, jadi saya mengartikan pertanyaan ini menjadi: Apa yang kami lakukan saat ini untuk mencukupi kebutuhan anak-anak?)
Selama ini kebutuhan Ubii dan Aiden tercukupi oleh Adit dan saya. Kami berdua sama-sama bekerja, meskipun saya nggak berpenghasilan tetap. Adit jadi the main breadwinner. Saya tambah-tambah aja dari blog. Income Adit dibuat bayar semua tagihan, makan, dan ART. Income nggak tetap saya dibuat beli pakaian, mainan, dan kebutuhan anak-anak. Plus barang-barang pribadi saya kayak baju, tas, make up, ya gitu-gitu lah. Urusan keuangan, Adit pasrahin ke saya. Jadi setelah gajian, Adit bayar semua bills, lalu sisanya ditransfer ke saya. Tapi Adit gajian per dua minggu sekali. Jadi, kalau di tengah bulan dia gajian, kan nggak bayar bills lagi tuh, 90% nya diserahkan ke saya. Biasanya ini ada yang kami sisihkan untuk kepentingan pacaran.
Untuk kepentingan pribadi Adit seperti baju, sepatu, dan lain-lain, biasanya Adit nunggu saya ke Jakarta lalu kami beli sama-sama karena Adit suka minta dibantu pilihin.
Untuk urusan medis, kami nggak terlalu pusing karena ada asuransi dari kantor Adit plus BPJS. Ubii terapi kalau di RS pemerintah itu pakai BPJS. Kalau kontrol dokter dan tebus obat bulanan, sistemnya reimburse ke kantor Adit. Yang jadi PR adalah kepentingan medisnya Ubii karena jatah kontrol bulanan dan obat kan masuknya ke plafon rawat jalan, meanwhile limit rawat jalan Ubii udah mau habis. Jadi ya tetep akan butuh menyisihkan untuk itu.
(Ini kan seharusnya dijawab sebelum jadi orangtua, jadi saya mengartikan pertanyaan ini menjadi: Apa yang kami lakukan saat ini untuk mencukupi kebutuhan anak-anak?)
Selama ini kebutuhan Ubii dan Aiden tercukupi oleh Adit dan saya. Kami berdua sama-sama bekerja, meskipun saya nggak berpenghasilan tetap. Adit jadi the main breadwinner. Saya tambah-tambah aja dari blog. Income Adit dibuat bayar semua tagihan, makan, dan ART. Income nggak tetap saya dibuat beli pakaian, mainan, dan kebutuhan anak-anak. Plus barang-barang pribadi saya kayak baju, tas, make up, ya gitu-gitu lah. Urusan keuangan, Adit pasrahin ke saya. Jadi setelah gajian, Adit bayar semua bills, lalu sisanya ditransfer ke saya. Tapi Adit gajian per dua minggu sekali. Jadi, kalau di tengah bulan dia gajian, kan nggak bayar bills lagi tuh, 90% nya diserahkan ke saya. Biasanya ini ada yang kami sisihkan untuk kepentingan pacaran.
Untuk kepentingan pribadi Adit seperti baju, sepatu, dan lain-lain, biasanya Adit nunggu saya ke Jakarta lalu kami beli sama-sama karena Adit suka minta dibantu pilihin.
Untuk urusan medis, kami nggak terlalu pusing karena ada asuransi dari kantor Adit plus BPJS. Ubii terapi kalau di RS pemerintah itu pakai BPJS. Kalau kontrol dokter dan tebus obat bulanan, sistemnya reimburse ke kantor Adit. Yang jadi PR adalah kepentingan medisnya Ubii karena jatah kontrol bulanan dan obat kan masuknya ke plafon rawat jalan, meanwhile limit rawat jalan Ubii udah mau habis. Jadi ya tetep akan butuh menyisihkan untuk itu.
5) How will you increase your income with the expansion of the family?
(Nah yang ini saya artikan menjadi: Apa yang akan saya dan Adit lakukan kalau anggota keluarga kami bertambah?)
Kalau anak saya bertambah, urusan medis akan jadi PR karena asuransi kantor Adit hanya mengcover 4 orang aja. Jadi, yang terpikirkan adalah BPJS dan asuransi swasta pribadi.
Untuk tetek bengek lainnya, sebetulnya kami punya PR diskusi yang lebih dekat yaitu gimana enaknya, mau tetep LDRan entah sampai kapan atau saya and the kids diboyong ke Jakarta, which sampai sekarang belum terpikir solusinya apa. HAHAHAHAHAHAHA HUHUHUHU.
Jadi sementara ini yang terpikir adalah nanti Adit mau cari tambahan dengan jadi driver Grab/Uber or something like that. Meanwhile, saya... Ada juga rencana menjual sesuatu. But karena ini masih mentah banget, saya belum berani cerita di sini. Hehehehe. Karena Adit pun belom saya ceritain sih. Hahahaha.
Until that happens, rencana terdekat adalah kontrasepsi yang lebih mancay daripada kondom. HAHAHAHAHA.
Mancay adalah istilah kekinian yang saya adopsi dari Nahla. Check out her blog di www.haloterong.com!
Berhubung proses nikah saya dan Adit sangat kilat, jadi kami nggak pernah sempat ngobrolin hal-hal kaya begini.
Baca: The Untold Story About Me and My Husband
Kami bener-bener kayak yang dibilang Ronit Baras di atas bahwa we just act sambil jalan dan sambil baca situasi. Tapi ya nggak ada salahnya deh jawabin sekarang. At least jadi tahu ke depan mau gimana dan punya back up plan.
Kali ini saya dan Windi jawab pertanyaan nomor 1-5 dulu, yes. Minggu depan kami bakal jawab pertanyaan nomor 6-10.
5 Parenting Questions Part. 2 nya baca di sini yhaaa.
Kalian gimana? Jadi pengin bahas pertanyaan-pertanyaan ini sama pasangan atau calon pasangan, nggak?
*wink wink*
Silakeun kalau ada yang mau share jawabannya di sini boyeeehhh yah!
Love,
(Nah yang ini saya artikan menjadi: Apa yang akan saya dan Adit lakukan kalau anggota keluarga kami bertambah?)
Kalau anak saya bertambah, urusan medis akan jadi PR karena asuransi kantor Adit hanya mengcover 4 orang aja. Jadi, yang terpikirkan adalah BPJS dan asuransi swasta pribadi.
Untuk tetek bengek lainnya, sebetulnya kami punya PR diskusi yang lebih dekat yaitu gimana enaknya, mau tetep LDRan entah sampai kapan atau saya and the kids diboyong ke Jakarta, which sampai sekarang belum terpikir solusinya apa. HAHAHAHAHAHAHA HUHUHUHU.
Jadi sementara ini yang terpikir adalah nanti Adit mau cari tambahan dengan jadi driver Grab/Uber or something like that. Meanwhile, saya... Ada juga rencana menjual sesuatu. But karena ini masih mentah banget, saya belum berani cerita di sini. Hehehehe. Karena Adit pun belom saya ceritain sih. Hahahaha.
Until that happens, rencana terdekat adalah kontrasepsi yang lebih mancay daripada kondom. HAHAHAHAHA.
Mancay adalah istilah kekinian yang saya adopsi dari Nahla. Check out her blog di www.haloterong.com!
***
Berhubung proses nikah saya dan Adit sangat kilat, jadi kami nggak pernah sempat ngobrolin hal-hal kaya begini.
Baca: The Untold Story About Me and My Husband
Kami bener-bener kayak yang dibilang Ronit Baras di atas bahwa we just act sambil jalan dan sambil baca situasi. Tapi ya nggak ada salahnya deh jawabin sekarang. At least jadi tahu ke depan mau gimana dan punya back up plan.
Kali ini saya dan Windi jawab pertanyaan nomor 1-5 dulu, yes. Minggu depan kami bakal jawab pertanyaan nomor 6-10.
5 Parenting Questions Part. 2 nya baca di sini yhaaa.
Kalian gimana? Jadi pengin bahas pertanyaan-pertanyaan ini sama pasangan atau calon pasangan, nggak?
*wink wink*
Silakeun kalau ada yang mau share jawabannya di sini boyeeehhh yah!
Love,
Aku sama ayahnya Juna sih maunya punya 2 anak ajah, cewek dan cowok..hehe
ReplyDeleteberharap, anak kedua ntar cewek
tapi kalo cowok, yaa gpp ding
Waaa asyik Juna mau dikasih dedee 😘
DeleteSeruuuu pertanyaannyaa. Aku penasaran sama 95 pertanyaan lainnya. Hihi. Semangat terus ya mami dan papi Ubi. aku juga punya dua anak udah sepasang juga, dan masih punya rencana nambah 1 lagi siiihh *ntar tapi pas anak pertama SMP/SMA x)* *ini rencana aku doang, suami belom setuju. Huahahahaa*, alasannya biar kalo aku sama suami udah tua nanti, pas lebaran dirumah kita rame. ada 3 orang anak dan 3 orang menantu beserta cucu cucu. Weheheheheheee. kalo cuma 2 anak dan 2 menantu kok rasanya sepi yaaa *ini alasan macam apa?* *aku berpikir terlalu jauh kedepan x)*
ReplyDeleteSetuju gesi, intinya membangun komunikasi dengan pasangan ya. Me too dan endingnya jadi makin kenal oasangan kita sebagai teman hidup dan sahabat sejati di kehidupan.
ReplyDeleteKlo aku cukup 2 aja sih anaknya. Dulu memang diplanning jaraknya agak jauh biar ga terlalu rempong ngurusnya. Tp ternyata tetep aja rempong walau udah jauhan jaraknya. Ngg kebayang klo sampe 3..mungkin klo 3 aku akan resign kerja hahaha..semoga cukup dikasih 2 aja. Ngga kebobolan. Amin
ReplyDeleteKOSTRASEPSI. hahahaha, ntar kasih tau aku ya yang bagus apa
ReplyDeleteAku 2 anak cukup, karena sudah berumur, pabriknya dah tutup.. #eh :)
ReplyDeleteAku udah pacaran lama sama suamiku. Tapi ada kok beberapa pertanyaan yang baru kepikir setelah menikah. =D Seperti naikin pemasukan keluarga. Dulu, kami kira setelah menikah dan punya anak, semua kebutuhan cukuplah.. Wong kami sama2 kerja. Tapi ternyata menikah itu enggak mudah yaaa.. Banyak printilan2 yang mengeluarkan uang. Huhuhuhu...
ReplyDeleteAku belum pernah bahas ini sama suami. Eh tapi beberapa pernah sih.aku sih pinginnya 3 aja.kalo suami mah makin banyak makin senang dia..haha.pernah bilang mau 5 kayak Najla.duh gusti, dia nggak tahu aja pas lagi rewel kayak gimana.hehe. soal dana pendidikan dan kesehatan smpai saat ini masih dicover sm kantornya suami. Pendidikan juga dpt dan nabung juga. Penghasilan saya sih buat hal2 di luar kebutuhan pokok
ReplyDeleteDulu awal nikah, saya dan suami suka bahas ini loh hehe, sampai sekarang juga masih suka. Sekarang suka bahas kapan ya nambah anak?
ReplyDeletekantongin dulu ach lima pertanyaan buat siap2 nanti berkeluarga. nunggu yang sembilan puluh limak lagi...
ReplyDeleteBanyak juga ya pertanyaannya, hihi
ReplyDeleteTapi Mak Gessi dan Mak Windi sama2 pengen pny anak 3 yah, hehe
kalau saya sich pingin anak 2 aja sdh cukup .........
ReplyDeleteCiri2 keluarga cerdas spertinya sudah bisa direncanain lewat pertanyaan2 itu ya mba grace...
ReplyDeleteKlo saya sih...fokus cari pasangan dulu...trus nnti ditanyain mau anak berapa?, manggilnya mau bunda, mami, atau mama? ehh...yang paling penting nikah dulu deh,..heuheuheuuu...