Udah hampir sebulan Adit nggak setor tulisannya ke saya. Katanya capek. Terakhir ada Diari Papi Ubii di blog ini tuh 28 Oktober 2016. Minggu lalu Adit bilang mau berhenti nulis Diari Papi Ubii. Saya ngambeg berat. Syukurlah dia cuman ngisengin saya makanya boong kayak gitu. HIH!
Beberapa kali ada yang nanya ke saya, "Kalo Mami me-time gitu, Adit bolehin ya? Gimana ngomongnya?" Yes, Adit emang selalu bolehin. Kali ini Diari Papi Ubii bakal bahas alasan-alasan kenapa Adit bolehin saya me time dan apa syarat yang dikasih Adit ke saya sebelum ngizinin. Cus!
“Love does not claim possession, but gives freedom.”
— Rabindranath Tagore
Suatu saat, saya pernah ditanya oleh rekan kerja di kantor, “Dit, itu si Grace kok rajin banget sih update blognya?”, atau, “Dit, aku habis lihat si Grace bikin video project. Kayaknya senggang banget ya waktunya?”, atau, “Dit, itu Grace habis update IG ngopi bareng cowok. Kamu ngga papa?”
Well, yes I’m OK — even I’m happy with what she’s doing. And no, she doesn’t have all the time in the world. She has ultra tight schedule on a daily basis with all of those physiotherapy appointments and stuff. Terus, kenapa dia masih bisa sempet-sempetnya bikin video project yang even ngga dilakukan pun ngga bakal bikin ayam tetangga mati? Kenapa masih bisa ngopi-ngopi? Gini, pertama, semua itu ngga dilakukan tiap hari. Kedua, seriously, apa yang salah dengan melakukan sesuatu yang bener-bener kita suka tanpa intervensi daily chores yang berkaitan dengan pasangan atau anak? Di kasus Grace, saya ngelihat Grace as an independent individual yang punya kebutuhan individu juga. Bahasa heits-nya, me time. Even, in my opinion, di jaman yang dijajah generasi milenial macam saya ini— dimana arus informasi dan tren bergulir tiap menit (bahkan detik), dimana stream of consciousness dipenuhi dengan hal remeh temeh, dimana fatwa bodong dan klaim penistaan memenuhi timeline, me time sudah jadi kebutuhan pokok untuk menjaga kewarasan jiwa. Ntap.
Lalu kenapa saya membolehkan Grace berkeliaran sendirian melakukan hal remeh yang dirasa kurang penting dan even berpotensi mendapat pengurangan poin dari “hakim-hakim sosial” untuk mencapai predikat “mama sempurna” di mata masyarakat?
1) Grace was not Aubrey/Aiden’s mom or Adit’s wife at the beginning. Grace has been Grace Melia Kristanto.
Kadang kita luput memandang bahwa seorang cewe yang sudah menikah dan menjadi seorang ibu juga butuh suatu kegiatan yang mengesampingkan predikat doi sebagai istrinya si ini atau ibunya si itu. Dia butuh kegiatan dari, oleh, dan untuk dirinya sendiri. Sebelum menikah dengan saya, Grace suka sekali membaca atau menulis. Setelah menikah, I’ll try to keep it that way. Saya tidak mau membatasi ini-itu selama kegiatannya tidak melanggar hukum macam membakar panti asuhan ataupun membuang hajat di teras rumah orang.
Baca: Ekspektasi VS Realita Pernikahan
Baca: Ekspektasi VS Realita Menjadi Ibu
Baca: Ekspektasi VS Realita Pernikahan
Baca: Ekspektasi VS Realita Menjadi Ibu
2) Everyone needs a break from everything.
Manusia itu diciptakan dengan akal— bukan berarti ngga punya flaw yah. Akal ini bisa distinguish kegiatan mana yang kita suka atau nggak. Dan hal ini akan membuat kita melakukannya terus menerus. Namun, pada suatu titik, kita bakal bosen dengan hal yang kita cintai pun. Seimut-imutnya anakmu, secantik-cantiknya istrimu, ketemu tiap hari juga pasti ada sebesit jenuh. Sekeren-kerennya kerjaan, pasti juga ada titik bosen— whether temporary or permanently. Jenuh yang dipendam, bakal meledak suatu saat— entah dalam bentuk amarah, ignorance, ataupun tendensi untuk mencari sesuatu yang baru. This is kinda dangerous.
Baca: Ketika Ibu Butuh Me Time
3) You reap what you sow.
Oh benar itu adanya— setelah Grace memenuhi dahaga me-time nya, doi bakal jadi Grace yang mentally recharged, dan menjadi seseorang yang SANGAT AMAT MENYENANGKAN. Dia jadi partner hidup yang reliable, super loving mom, and highly self-esteemed individual. Pernah sekali dia minta nginep di hotel sendirian buat nulis dan baca. Sebelum berangkat dia uring-uringan — apa-apa jadi masalah even hal kecil aja macem lupa matiin lampu. Pulangnya, dia berubah jadi bidadari mahabaik.
Namun, saya ngga serta-merta membolehkan Grace ambil me-time sewaktu-waktu. Ada juga hal yang perlu kami pertimbangkan:
1) Saya yang selalu pertama diberi tahu.
Yes, kalau Grace sudah merasa butuh me-time, doi bilang ke saya. As her life partner, ini kewajiban doi juga to build healthy communication with me. Kalau dia ngerasa bosen dengan rutinitas, saya berharap dia ngasih tahu saya. Walau sudah menikah hampir 5 tahun, saya bukan cenayang yang serba tahu apa mau dia. And I really hate when she starts playing “kode-kodean”. Dari sisi saya, saya juga kudu proaktif tiap kali saya sensing dia sudah butuh me time. Biasanya dia jadi males ngapa-ngapain, kalo ditanya jawabannya bernada nge-gas — nah ini tandanya dia butuh menghabiskan waktu sendiri. So then yes, we arrange that.
2. Make sure that the kids will be taken care of.
Ini sebenernya sih biggest concern saya tiap kali Grace minta me-time. Kami berdua harus memastikan bahwa Ubii dan Aiden ada yang ngurus, whether dititipkan ke rumah Mama ataupun minta ART stay di rumah bersama babysitter jagain anak-anak. Nggak lucu kan kalo Ubii dan Aiden dipasrahin rumah meanwhile kita hura-hura. LOL.
Baca: Ibu Yang Menitipkan Anak pada Pengasuh
Baca: Ibu Yang Menitipkan Anak pada Pengasuh
3. Do whatever you wanna do, responsibly.
Mau makan di resto fancy sambil baca buku? Mau ngeblog sepagian di kamar hotel? Mau manicure-pedicure? Terserah. Tapi seperti yang sudah saya sebutkan di atas, be responsible. Responsible ke diri sendiri, maupun ke orang lain. Set the budget semampu kita. Lagian, nggak semua me-time butuh mengeluarkan uang kan? Disamping itu, pikirkan juga durasi yang diambil untuk memenuhi me-time ini. Jangan sampai ngambil me-time nya kelamaan, lalu ART/babysitter atau orang yang dititipi anak-anak jadi bete dan menganggap kita adalah orangtua yang bisanya cuma hura-hura dan tidak bertanggungjawab. Me-time is so much fun, but put in mind that we are parents as well.
4. Your counterpart is expecting a good output when you get back.
Sebenernya dapet me-time ini adalah sebuah privilege, namun di sisi lain, ini adalah responsibility juga. Tiap kali saya mengizinkan Grace me-time, saya berharap setelah dia balik ke rumah, dia bisa “berfungsi” sebagai manusia dengan lebih baik. Don’t take it for granted.
The bottom line is, me time is very very important— apalagi dalam fase menjadi orangtua milenial. Cieee… Me time provides you space untuk mengenali diri sendiri tanpa intervensi dari orang lain. Membiarkan Grace tenggelam dalam her own world yang nggak bisa doi lakukan saat bersama orang lain (even saya), memberi doi waktu untuk menenangkan diri sendiri dan melakukan proses introspeksi diri dalam complete solitude.
To be honest, membesarkan anak — terutama Ubii yang punya kebutuhan khusus, seriously can take us down. Bikin emosi tak menentu. Saya inget banget dokternya Ubii pernah bilang, “Bapak/Ibu yang sabar ya. Anak seperti ini memang butuh orangtua yang optimis. Gimana cara optimis? Harus bahagia— banyak-banyakin pikniknya.” Hahaha… Seriusan doi bilang gitu. Ngga mengada-ada. For me, me time juga sebagai wadah buat belajar mengontrol those emotios menjadi lebih jernih. Because I believe, pemikiran yang jernih selain sebagai katalis “mental recharge”, bisa juga meningkatkan life quality— bikin hidup lebih produktif.
Baca: Ikhlas Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus
Baca: Ikhlas Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus
Afterall, saya melihat Grace sebagai manusia yang butuh self-fulfillment, nggak cuma sebagai ibu atau istri, tapi sebagai Grace Melia Kristanto. That’s why I let her having her me time whenever she needs it.
Nggak hanya Grace yang butuh me time. Everyone needs it, termasuk saya. Kadang saya nonton konser metal, headbang jingkrak-jingkrak yang Grace jelas nggak bakal mau ikut. Lalu pulang-pulang, rasanya saya jadi tambah sayang sama Grace.
It takes two to tango. Kalau hanya suami saja yang bisa punya waktu di luar rumah, misalnya dengan bekerja, akan sangat tidak fair kalau istri diharuskan menghabiskan seluruh waktunya di rumah. Istri waras, saya akan lebih dimanja. Ntap.
Baca: Falling In Love With You A Thousand More Times
Baca: Falling In Love With You A Thousand More Times
***
Grace:
You have no idea betapa leganya saya saat Adit bilang kalo dia cuman becanda doank saat bikin status pengumuman nggak bakal nulis Diari Papi Ubii lagi. Karena hampir sebulan nggak ada tulisan Adit, traffic saya keliatan turun! BAHAHAHAHAHA.
Saya tahu kenapa Adit membolehkan saya punya me-time. Tapi saya nggak pernah baca versi selengkap ini. Biasanya Adit jelasinnya singkat-singkat doank, lalu dikasih embel-embel gombal, "Karena akyu chayang kamyuuuu."
Jadi, saat baca draft Adit ini, saya meleleh juga sih. Terharu dia bisa sampai berpikir bahwa saya tetap punya identitas Grace Melia Kristanto yang diri saya seorang, bukan hanya Mami Ubii dan Aiden atau Bu Adit. Saya terharu banget sampai rasanya pengin peluk Adit. Sebelum saya sempat peluk Adit, dia nyodorin saya info konser band favoritnya di Singapore Maret 2017 besok dan minta dibolehin nonton. Lalu saya batal memeluknya.
***
I guess that's pretty much all about Diari Papi Ubii #9 ini yah! Ada yang mau request tema buat Adit untuk bahan Diari Papi Ubii #10? Silakaaannn!
Yuk cerita juga tentang me time kalian dan gimana suami mendukung me time kalian.. MUAH!
Love,
Credits:
timedotcom.files.wordpress[dot]com/2014/01/1101130520_600.jpg?quality=85&w=600
i.amz.mshcdn[dot]com/yfuojkb_R0NHUJowJEjczO1xTkY=/fit-in/850x850/http%3A%2F%2Fmashable.com%2Fwp-content%2Fgallery%2F25-exhuastion-gifs-for-when-you-cant%2Fpolar-bear-tired.gif
img.memecdn[dot]com/not-happy_o_778113.jpg
s-media-cache-ak0.pinimg[dot]com/736x/ac/cf/4d/accf4dbd1b46fdeb9a3ef10e95d45eeb.jpg
Good job ! It's mean a lot.. :)
ReplyDeleteBerhubung belum punya suami. Baca tulisan ini bikin senyum-senyum sendiri. Intinya sih komunikasikan pada pasangan tentang yang diinginkan. Betul tidak?
ReplyDeleteSuami yg baik adalah yg selalu support istrinya & memberikan ruang krn sadar sblm jd seorang istri/Ibu perempuan tersebut memiliki kehidupan pribadi yg akhirnya melebur ketika menikah. Ini yg dibilang mamih aku, dan alhamdulillah skrg suami kyk gitu, malah awalnya aku kerja lagi pun didukung & dicariin kerja sama suami :D
ReplyDeleteYeah kalo kita happy... Ngurus anak juga rumah bakal dengan senang hati.. Hahaha but sometimes berbenturan dengan bokeeee... Ketika kepengin piknik jadwal bayar kpr ngawe-awe (malah curhat dewe) hahaha...
ReplyDeleteYes bangeeeeeeet
ReplyDeleteSuamiku juga setipe sama Adit
Me time buat emak itu perlu, apalagi setelah memutuskan resign 4 tahun lalu yg artinya waktuku bakal lebih banyak dirumah dan berhadapan dengan hal yang sama setiap hari.
Bedanya, karena gak punya ART, pun ortu atau keluarga terdekat jauh dari kami, jadinya me time itu gak bisa sering2 karena bocah kudu ada yg jagain. Bukan dilarang, tapi memang kesadaran sendiri dari aku
Papi Ubii kereeeen
Hahaha..ternyata para suami tahu yaaa,istri butuh me time.
ReplyDeleteKalo aku dah mulai uring-uringan suami bakal dengan senang hati nganter ngemall walopun sebenernya dia males, abis itu si istri jadi so sweet soalnya :D
Yes, menjaga kewarasan istri itu memang obatnya "me time" #pembenaran aku aja sih ini hahahah. Well written papi dan mami Ubii Aiden :)
ReplyDeleteHmm tiap couple beda budaya beda cara
ReplyDeleteSaya benar2 bukam tipe begitu, walau pengeen ��
Saya bertipe keluarga jadul, dimana "me time" masih dianggap "dosa". Hidup hanya untuk berjuang, that's it.
Have a nice bleasing day ya mami dan papi Ubii
akhirnya yang ditunggu nongol juga..hehe diari papi ubii ini favorit saya di blog mbak gesi..God bless you Mbak Gesi, Mas Adit, Ubii, & Aiden :)
ReplyDeleteDari sini aku menyimpulkan 2 hal yang penting, komunikasi dan responsibility.
ReplyDeleteTerima kasih tulisannya :)
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMasalah me time, aku sama pacar juga berlaku seperti itu. Emang sih pacaran nggak ketemu tiap waktu, tapi bisa jadi kemana-mana sama pacar. Urusan apapun kadang jadi suka bergantung sama dia. Tapi dengan me time, rasanya jadi kembali jadi diri sendiri. Ketemu jarang pun gak masalah karena jadi diri sendiri pun udah bahagia :3
ReplyDeleteBisa nggak kalo diary papi ubii dibikin jadi seminggu sekali? Wakakaka...
ReplyDeletesweet bangettt ih. Suami juga Alhamdulillah ijinin aku me time sih, walo masih membatasi jenis me time-nya. kalo me time-nya keluar rumah sendirian alias keluyuran, dia masih sering 'gak tega'.
ReplyDeleteSeneng banget bacanyaaa... Bahagia selalu ya.
ReplyDeleteSetuju, perlu me time selama bertanggung jawab dan ngga merugikan siapa pun.. Saling support hobi dan kesukaan masing2....
Seneeeeeng banget mengetahui kalau masih ada generasi lelaki kaya papi ubii ini. Santai keliatannya tapi care banget ama bini....
ReplyDeleteTisu mana tisu...astaga melting juga saya baca penutup dari mami gessi...
Entah kenapa saya cuma bilang, mami gessi dikaruniai keberuntungan dan kebahagiaan yang luarrr biasa.
Aduh, senangnya Gesi bisa me time.
ReplyDeleteSaya belum bisa me time, karena saya digandoli anak berumur 1 tahun. Suami saya bersedia dititipin, tapi cuma tahan sebentar karena dia belum bisa membedakan kapan anak menangis lantaran minta nyusu dan kapan anak menangis karena ngantuk/bosen. Memang kekurangan saya sih yang belum bisa menumbuhkan kepercayaan diri suami untuk bisa ngasuh anak.
Selamat ya Gesi, Adit, kalian sudah naik kelas :-)
Lucky you Kak Ges!
ReplyDeleteAku suka di bagian ini
"It takes two to tango. Kalau hanya suami saja yang bisa punya waktu di luar rumah, misalnya dengan bekerja, akan sangat tidak fair kalau istri diharuskan menghabiskan seluruh waktunya di rumah. Istri waras, saya akan lebih dimanja. Ntap."
iyee NTAP BENER DEH. Jadi pengen me time sendirian tidur di hotel eeh tapi aku penakut. Suamikupun kalo aku udah uring-uringan dan ngegas doi langsung ngajakin piknik atau nyuruh pergi event keluar buat groceries sendirian. HOREEE!
Seru! Senengnyaaa.
ReplyDeleteAku dibolehin juga sih me time asal sebelum pergi rumah, makanan beres, anak2 ada yg jaga. Kurang lebih sama juga :)
Tulisan papi Ubii Aiden selalu keren!
ReplyDeleteKalau aku untuk me time saat ini sih lagi pilih2, karena memang rumah rada jauh dari "tempat main" jadi kalo lagi butuh waras, aku biasanya nge-game. ��
yesss kita para istri tuh emg butuh me time..yaa walopun me time nya cuma remeh temeh kyak nyalon doang tetep dech namanya abis me time pasti bikin mood jd bagus & bikin kita tetep waras...btw emg top dech papi nya ubii kalo udh nulis..kereennn,,bahasa nya OK...beruntung mamii ubii punya pasangan kyak papi nya ubii yg bener2 ngerti ttg istri nya....
ReplyDeleteYang kalau ngomongnya udah nge-gas berarti butuh me time ituuuu..IYA BANGET. xD
ReplyDeleteAlhamdulillah suamiku juga sangat-sangat mengerti tentang kebutuhan me time istrinya. Smeinggu minimal sekali aku keluar tanpa suami dan anak-anak.
Tapiiii..karena kita nggak ada ART atau baby sitter atau keluarga, ya otomatis yang jagain bocah ya dia, ehehehe.
Btw, diijinin nggak tuh nonton konser? Kok nggak jadi dipeluk? :p
Aku ngakak dan salfok bagian terakhir mami Ubii "Sebelum saya sempat peluk Adit, dia nyodorin saya info konser band favoritnya di Singapore Maret 2017 besok dan minta dibolehin nonton. Lalu saya batal memeluknya" wkwkwkk...
ReplyDeleteTp emang mestinya suami itu izinin istri me time y biar ga jamuran istrinya :) niceee post
Asik ya klo punya suami pengertian. suamiku juga ngasih kebebasan utk urusan sperti ini, asal anak2 sudah jelas ada di mana, sama siapa dan makan apa. klo ketiga hal itu udah aman, baru bisa dech jalan2. :)
ReplyDeleteBerdoa agar nanti saat sudah punya suami bisa slaing mengerti posisi masing2..suka sm tulisan papi ubi
ReplyDeleteHappyyyy papi ubii masih tetep nulis :D. Dan tulisan kali ini bikin aku inget ama suami sendiri :p. Krn mereka sepemikiran.. Raka juga ga pernah ngelarang akuvmw me time ato traveling sendiri. Krn dia sepenuhnya ngerti istrinya ini gemini yg kadar moodnya bisa naik turun secepet rollercoaster. Dan yg ketiban pulung kalo moodku jelek, udh pasti dia dan anak2 :D. Makanya demi menjaga aku ttp ada di level normal dan baikhati, saat di manapun aku butuh me time dan sendiri, raka pasti approve. :)
ReplyDeleteAku juga lg butuh me timeeee.... 😂😂😂😂
ReplyDeleteKunci agar tetap semangat = me time, lirik kalender, kapan saya bisa berlibur sendiri. Hehe
ReplyDeletesuamiku juga suka ngebiarin aku punya me time. kadang malah kalo ada undangan blogger kirain ga boleh ikut eh malah disuruh berangkat. Disitu rasanya plong dan meleleh banget...😍😍😍
ReplyDeletePapi ubi is da best lah mam ub. Mam ub ugakk. Cool famzz
ReplyDeleteLUCKY YOU, MOM!
ReplyDeleteMak, konser maret tgl 31 kah? Nek ho,o aq lagi golek konco ben makin rame xixixixi, ben ra clingak clinguk. Mak tgl 4 desember km dateng ga? Aq pengen ketemu kamu, nek dateng aq samperin kamu ndek RS.
ReplyDeleteHuwaaaa enaknya me time. Emang emak2 butuh me time :D
ReplyDeleteTapi, sayang, kalau aku problemnya bingung mau nitip siapa, krn jauh dr keluarga hehe
Mantap :D
DeleteBy the way mami ubii, konsernya maret 2017 di singapore coldplay bukan?krnapa ga ikut aja?wkwkwk ��
ReplyDeleteKonser band di singapore bulan maret 2017 its going to be my me time mami ubiiii �� Alhamdulillah diijinin jg sm suami...suami bkl jagain anak2 d rumah ��
ReplyDeleteHaha, kenapa kamu nggak ikut Adit ke Singapore, Grace?
ReplyDeleteAku dan isteri juga berangkat bareng nonton Coldplay.
Malah dia udah wanti-wanti dari jauh-jauh hari pengen hotel yang ga jauh dari stasiun subway.
Tulisan Papi Ubii menjelaskan dengan sangat baik kenapa para Ibu perlu "me time", khususnya para Ibu pejuang seperti saya, yang suka menerima "penghakiman sosial" karena dianggap hura-hura dan tidak bertanggung jawab karena "meninggalkan" sejenak anak kami yang berkebutuhan khusus. Bahkan paling ekstremnya adalah some friends don't want to hang out with me anymore just because I am a "special mother"...
ReplyDeleteBut heeey.. I loose one friend to gain a thousand more... Life goes on an the world keep spinning even without you my friend...
Thank you Papi Ubii...
Tulisan Papi Ubii menjelaskan dengan sangat baik kenapa para Ibu perlu "me time", khususnya para Ibu pejuang seperti saya, yang suka menerima "penghakiman sosial" karena dianggap hura-hura dan tidak bertanggung jawab karena "meninggalkan" sejenak anak kami yang berkebutuhan khusus. Bahkan paling ekstremnya adalah some friends don't want to hang out with me anymore just because I am a "special mother"...
ReplyDeleteBut heeey.. I loose one friend to gain a thousand more... Life goes on an the world keep spinning even without you my friend...
Thank you Papi Ubii...
Baru baca tulisan ini. Andaikan semua pria berpikiran spt ini. Seorang istri/ibu juga butuh me time, rerutama utk yg tidak bekerja. Tp mungkin utk saya, itu cuma MIMPI. 24 jam, 7 hari dlm seminggu selalu dirumah. Kalauoun pergi ya dgn personel lengkap (suami n anak-anak). No "me time" for me. So sad ����
ReplyDelete