Ketika Anak Muntah di Restoran. Sebenarnya saya dan Adit belum pernah mengalami kejadian kayak gini. Belum pernah Ubii atau Aiden muntah di restoran atau di tempat umum. Tergelitik kepengin ngomongin ini karena bulan lalu saya dan Adit ngeliat ada kejadian ini.
Jadi ceritanya saya dan Adit sedang makan berdua di Hanamasa Mall Gajah Mada. Kami duduk dekat kasir. Kursi biasa, bukan yang sofa-sofa. Pas di sebelah kami banget ada keluarga dengan anak yang juga makan. Dan anaknya muntah.
Sebut saja si anak ini bernama Taki (efek masih kebawa euphoria nonton anime Your Name, LOL). Kayaknya si Taki ini bukan balita lagi, maybe he's 6 or 7 years old. Atau mungkin balita tapi bongsor. Hahahaha. Soalnya badan nya gede tapi wajahnya imut-imut menggemaskan, pipi chubby yang bikin kepengin cubit sambil bilang, "Ih emesh emesh emesh!"
Saat saya dan Adit sedang makan dengan serius **serius karena pada sibuk ngebakar daging di penggorengan dengan sumpit yang OMG susah tapi challenging dan exciting** tiba-tiba saya dan Adit kompak lihat-lihatan. Soalnya kami merasa kok ada bau asing yang bukan aroma Hanamasa ya.
Nggak perlu cari tahu susah-susah, ternyata si Taki muntah. BANYAK banget. Nggak bohong, nggak lebay demi membuat postingan ini bombastis, but really buanyak banget (yang belakangan saya nggak sengaja denger kayaknya mereka abis perjalanan jauh berjam-jam naik mobil jadi Taki mungkin kecapekan, perut kosong, lalu makan kebanyakan, jadi muntah deh).
Baca: Aiden's Travel Stuff
Baca: Aiden's Travel Stuff
I hope I don't sound too mean ... but I was disgusted. Adit was too.
Anak muntah itu memang biasa banget, lumrah, selumrah kita mantengin Lambe Turah saat bocah udah pada tepar. Muntah nya anak juga nggak bisa ditahan-tahan. Eneg dan perut nggak enak, yaudah muntah-muntah aja. Namanya juga anak-anak. Beda sama kita muntah saat tipsy. Masih bisa ngerem cari toilet lalu hoek.
Kalau yang muntah adalah anak kita sendiri, kadar ketahanan kita pasti beda sama kalau yang muntah adalah anak orang lain lah. Biarpun aroma muntah itu khas, but somehow muntahan anak sendiri itu lebih bearable.
Jadi, menurut saya wajar kalau saya merasa terganggu karena:
- Itu muntahan Taki. Taki bukan anak saya.
- Taki muntahnya banyak banget nget nget.
- Terus ternyata muntahnya nggak cukup satu kloter. Ada kloter kedua Taki muntah and this time menyembur banget sampai kena kaki saya sedikit. Iya, cuman sedikit aja kok sebenernya. But, still, I was eating that time.
- Saya sedang makan.
- Aroma muntahan itu kan menguar banget.
- Balik ke poin nomor 4, kami sedang makan dan mencium aroma muntah saat sedang makan itu nggak nyaman.
Mungkin sampai di sini, ada yang membatin, "Minta pindah meja aja lah, gampang kan." Nggak bisa karena saat itu full, nggak bisa pindah ke mana-mana.
Karena saya juga punya anak kecil yang kadang muntah saat batuk pilek, dua biji pula, saya jelas paham dan maklum banget bahwa anak kecil muntah itu BIASA. Ini saya ulangin lagi biar kesannya saya nggak jahat. Hahaha.
Yang agak menggelitik saya dan Adit saat itu adalah attitude orangtua si Taki. Tetap makan dengan santai dan nikmatnya. Ya saya juga nggak berharap mereka bakal bersih-bersih atau apa, pasti ada waitress yang memang ditugasi untuk itu kan. But, I honestly think alangkah lebih sama-sama enaknya kalau orangtua si Taki memberi kode rikuh / sorry ke kami. Kode itu nggak harus sejelas ucapan, "Maaf ya, Mas, Mbak" atau malah "Nanti biar saya yang bayar ya, Mas, Mbak" LOL, tapi bisa lah sekedar menganggukkan kepala dengan tatapan, "Sorry for disturbing your dinner" - itu kan nggak susah, kan?
Abis itu Taki ganti baju segala macam right at that spot juga. Itu juga rada disturbing menurut saya. Sorry for saying this bluntly. Disturbing karena:
- Baju Taki kan kena banyak muntahan juga. Dengan ganti di situ, baju kotor teronggok selama sekian waktu di situ, aroma muntah jadi nggak hilang-hilang.
- Taki dibalurin minyak putih biar enakan. Aroma surrounding saya jadi nambah lagi dengan aroma muntah campur minyak putih.
- Taki badan nya bongsor. Kayaknya gimana ya telanjang bulat ganti baju di restoran yang pengunjungnya sedang full-full nya gitu. Oke, di poin ini, sungguh, saya nggak punya hak untuk protes karena siapa saya. Tapi kan sekarang pedofil bisa terlihat kayak orang pada umumnya, we never know. Huhuhu. Kenapa nggak diajak cari toilet sebentar buat ganti baju.
Kata temen saya yang warga Jakarta, kayak gini sih biasa banget. Orang-orang Jakarta mah gitu, pada ignorant memang. Jadi ya biasa aja kalau mereka nggak mengangguk rikuh atau say sorry.
Is that true? Well, if it is, yaudah deh. Hahaha. Tapi dari kacamata saya dan Adit sih kami tetap akan menunjukkan that we're sorry kalau misal kelak Ubii atau Aiden yang ngalamin muntah di restoran kayak si Taki ini. Karena ya kami merasa sudah mengganggu kenyamanan orang lain yang sedang makan.
**Sekali lagi, dari kacamata kami**
**Sekali lagi, dari kacamata kami**
Nggak semua orang loh bisa tetap makan dengan santai di tengah aroma nggak enak. Nggak semua orang tahan sama bau muntah. Nggak semua orang bisa maklum, apalagi kalau orang itu belum punya anak dan nggak punya keponakan kecil yang masih langganan muntah.
Saya dan Adit emang selengekan. Tapi untuk hal-hal kayak gini, yang kami ada di tempat umum, di tengah banyak orang lain, dan kayaknya kami nggak sengaja mengganggu / merugikan orang lain, ada certain rules and values yang kami percaya dan harapkan.
But the good thing is, saya dan Adit jadi bahas ini karena kami memang belum pernah ngalamin Ubii atau Aiden muntah di resto. Kami jadi membahas what to do dan pembagian tugasnya kalau someday it happens. Menurut kami, ini yang perlu dilakukan kalau anak mendadak muntah di restoran (for the sake other people's comfort):
- Lihat sekeliling meja kita, ada pengunjung resto yang makan dekat sama kita nggak. Kalau ada, say sorry. Atau at least, mengangguk rikuh.
- Kalau kayaknya orang yang sebelahan sama meja kita terkena semburan muntahnya sedikit, wajib say sorry. Nggak cukup hanya dengan mengangguk rikuh. Kalau kayaknya dia nggak ada tissue untuk ngelap, tawarin kalau kita bawa. Atau bantu carikan kalau kita juga nggak ada. Karena kadang nggak semua resto menyediakan tissue di setiap meja nya.
- Panggil waitress untuk minta bantuan bersihin dan say sorry juga ke waitress nya.
- Ajak anak ke toilet untuk membersihkan sisa muntah di area wajah/badan nya, menyeka mulut, balurin minyak putih, ganti baju, dan lain-lain. Intinya menjauh, jangan tetap di situ. Selain biar pengunjung lain juga nggak risih, juga biar waitress nya lebih lega bersihin sisa muntah yang area meja kita.
Kayaknya itu sih yang kepikiran. Anyway, ada yang pernah ngalamin gini juga?
Love,
aku tuh paling enggak tahan sama aroma muntahan, hehehe...
ReplyDeleteiya, anak kecil muntah itu BIASA
tapi kalau di resto???
dan setuju sih, sorry/maaf/ngapunten emang sepele, tapi enggak semua orang bisa ngelakuinnya...
aku kalau di posisi Mami sih yaudahin makannya terus pindah tempat
Kalau ada yang kaya gitu, mungkin kami gak bisa makan lagi, Mbak. Apalagi baunya kan 'sweet' banget. :'D
ReplyDeleteAku bakal bilang ke orang tuanya Taki gini, "Mbok ya dibersihkan, Mbak/Mas. Baunya itu mengganggu," :( Udah jadi hak kita buat bilang gitu, Mbak. :'D
ReplyDeleteMengalami kayak gini sih belum pernah. Yang pernah itu, pas acara gitu mbak. Di tengah2 acara ada anak kecil yang pup. Dan ibunya cuma "Ih, bau dek!" dan nggak diapa2in. Mungkin karena acara masih berlangsung dan takut ketinggalan informasi. TAPI LOH BAU BANGET! T_T
ReplyDeleteJangan sampai ngalamin kejadian kaya gitu, malah gak nafsu makan seharian nantinya. Efeknya bisa bertahan lama, bisa jadi saya gak mau dateng ke resto itu, bakalan kebayang terus.
ReplyDeleteWah itu udah parah banget ya muntahnya mpe ngenai kaki Mbak Grace. Kalau aku di posisi Mbak Grace aku ga bakal lanjutin makan sebab aku ga tahan bau muntah juga sebenarnya.
ReplyDeleteSo far, Aiman dan Aira belum pernah sih muntah di restoran. Pernah sekali muntah saat keliling lebaran ke rumah sahabat karena masuk angin. Nggak enak hati juga meski itu di rumah sahabat. Saya segera bersihin muntahnya, sementara Mama Ivon bersihin Aiman dan dipinjami baju anak sahabat saya itu.
Harus tetap siaga dan tau cara mengatasi kalau anak muntah. Aku paling no kalau gantiin baju anak, harus di tempatvtertutup atau toilet
ReplyDeletewaahh aku juga paling ga bisa nyium bau muntah...
ReplyDeleteduh kalau aku jadi mba bingung juga ya..di satu sisi pasti annoying bgt tapi kesian juga anaknya pasti dia juga ga nyaman banget perutnya sampai bisa muntah gt..tp bener deh paling ngga anaknya di bawa ke toilet ya buat ganti2 sama beberes..jgn disitu aja..
Aku pernah ges. 2x pula ngalaminnya :(. Tapiiiiii untungnya nih bukan saat resto sdg rame. Dan fylly muntahnya g banyak.. Yg pertama pas di brunei, lg makan es krim. Muntahannya jd eskrim coklat sih, yg untungnya ga trlalu bau, dan g ada org lain di deket kita.. Tp mnta maaflah ama pekerja yg bertugas ngebersihin... Trs yg kedua pas di mall, dan cm ada aku, raka, babysitter fylly dan 2 org temenku.. Aku minta maaf k temen2ku aja jdnya... Tp mrmang sih kalo anak muntah di area umum itu bnr2 sesuatu yg membuat rikuh. Aku berharap anak2ku ga terlalu srg lg masuk angin begitu.. Makanya kalo ada tanda2 mereka kecapean, biasanya aku g pgn jg ngajakin mereka jalan kluar
ReplyDeleteSeriusan itu ganti bajunya di dalem Hanamasa-nya mbaaa? Atulaaaah.. gemeees aku jadinya.. :( Anak muntah memang wajar ya tapi sikap ortu wktu ngadepin hal kayak gini di ruang publik jadi diuji bgt.. Setuju sama poin2 yg Mba Ges bilang, terutama say sorry buat pengunjung lain dan waitress.. Belum pernah ngalamin kejadian di resto tp pernah bgt di angkot.. Ortunya maaaf2, seangkot jd kebauan muntah deh :D Kalo anakku pernah muntah di acara ultah temennya, untung acaranya jg di rumah..
ReplyDeleteGile, kok bisa diem aja ya ortunya si Taki? Jangan-jangan mereka belom siap mental jadi ortu. Pas anaknya muntah, mereka diem aja karena sebenernya lagi berdoa dalem hati
ReplyDelete"Semoga ini cuma mimpi buruk...semoga ini cuma mimpi buruk..."
Aku belum pernah ngalamin mba. Tapi bayangin kesemprot muntahan anaq orang waw waw pasti KZL banget kan :D
ReplyDeleteKebetulan aku bawa anak pergi max cuma 2-3 jam aja, belum pernah jalan jauh malah, jadi di sekitaran Salatiga aja. Bagusnya sih mood dia tetep oke dan baterai full. Ga sampe kecapekan udah sampe rumah lagi. Etapi jarang bawa anak pergi jauh itu bagus atau engga sih? *salfok* *melenceng tema*
Bagusnya mulai kapan sih, anak diajak perjalanan jauh?
Emaknya kayak nya ngak ikhlas banget bawa anak nya ke kamar mandi buat di bersihin dan digantiin baju.
ReplyDeleteEmaknya mungkin berfikir rugi bayar all u can eat kalo pake di tinggal heheheh
setuju mbak untuk say sorry atau paling gak merasa bersalah krn sudah mengganggu dg kejadian yang gak enak itu, dengan begitu kita gak membuat orang lain yang terganggu menjadi lebih kesel. untuk mbak sm mas-nya sabar bgt yah gak di mencak2 itu ortunya taki. kadang ada juga yang gak suka dan diperlihatkan jelas-jelas kejengkelannya.
ReplyDeletepernah aku liat orang gantiin popok anaknya on the spot, anaknya ceweknya pula. padahal tempat terbuka. anyway pembelajaran banget ini thanks for writing this
ReplyDeleteSering mbak, kakak sering bgt masuk angin trus uncontrol muntah di tempat umum. Biasanya sich kita minta maaf ke org sebelah trus tugas saya utk bawa dia ke kamar mandi untuk dibersihin, ganti baju klo bawa. Dan tugas suami utk beresin daerah sekitar tempat muntah.
ReplyDeleteBenernya klo ada acara muntah rasanya g enak bgt, rikuh sama org sekitar, takut ganggu. Tapi gmn lagi,kakak susah buat ngontrol perutnya .
Mungkin bukan masalah orang jakarta atau bukan kali ya. Hanya masalah kepribadian si ortu saja apakah mereka tipe orang2 yg peka terhadap sekitarnya atau tdk. Dan ternyata tidak😁
ReplyDeleteMungkin bukan masalah orang jakarta atau bukan kali ya. Hanya masalah kepribadian si ortu saja apakah mereka tipe orang2 yg peka terhadap sekitarnya atau tdk. Dan ternyata tidak😁
ReplyDeleteHai, Mbak Grace, salam kenal... baru pertama komen nih.
ReplyDeleteAku baru aja ngalami weekend kemaren waktu makan bakmi jawa di Tebet. entah kembung atau capek abis ngemall atau tempatnya yang panas, Zedd muntah.
Muntah pertama pas nyari angin di luar. Dibawa ke dalem restoran, minum air, eh muntahin air.
detik itu juga, langsung bungkus makanan terus pulang. ganti baju di mobil. sama ninggalin tip di meja buat yang bebersih. itu aja muntahnya dikit n air doank.
ga kebayang makan, sementara anak ga nyaman karena muntah2. kan perutnya begah tuh.
Iiih Aiden lucu banget sih di foto ini, bentuk kepalanya itu pertanda pinter kalo kata orang tionghoa :D
ReplyDeleteUntung gak sekalian kerokan di Hanamasa :))) Thanks sharingnya Mami Ubii
ReplyDeleteKakkkk. Aku ngakak parah baca posg ini sampe ngulang2x. Wkwkwk. Doh jam 1.50 subuh dapet hiburan banget. Hahaha. Tetep nulis ya kak, selalu kutunggu dikau ♥
ReplyDeleteMuntah...masi mendingggg. Ini anakku pernah mencret lsg bleb gitu di CFC. Alamakkk kebayang ga sihhhh. Kami sampe maap-maap ke seluruh waiter dan waitress disitu..wkkk..untung pengunjung lg sepi. Duileeee..bsk2 ga pernah mampir kesono lg saking malunya blm ilang hahahahaha..
ReplyDeleteAnyway, lam kenal ��