Belajar Maaf, Terima Kasih, dan Tolong di Minimarket. The good thing about learning is, it can be done anywhere and anytime. Udah sok wise belom ini kelihatannya? Hahahaha. But it's true, right? Pendidikan formal belajar science, ekonomi, dan lain-lain pasti nanti banyak di sekolah. Lha kalau anak masih balita, perlu belajar juga nggak?
**BTW, jadi inget dulu pas saya SD ada mapel namanya Tata Boga. Ngalamin nggak sih?**
Ya iya dong. Belajar hal basic nilai dan norma kehidupan dan bermasyarakat. Belajar values. Belajar menghargai orang lain. Belajar kapan perlu bilang maaf, terima kasih, dan tolong. Kayak gitu ya iya nanti di sekolah juga akan ditekankan, tapi itu harus dimulai dari rumah. Itulah pelajaran yang didapat Aiden dari main di minimarket.
Ada sebuah minimarket di dekat rumah saya. Naik motor nggak sampai 5 menit. Senangnya belanja di sana adalah karena nggak ramai-ramai amat. Rumah saya emang bukan di Jogja kota, jadi yah nggak crowded.
Saya suka mengajak Aiden bermotor ke minimarket itu kalau ada apa yang habis kayak alat mandi atau deterjen. Saya gendong pakai baby carrier model kanguru selama di motor. Lalu setelah sampai di minimarket, saya turunin. Mau lihat Aiden akan ngapain. Tapi, tentu saja ini cuman saya lakukan kalau minimarket sepi ya. Biar nggak ganggu pembeli lain.
Kalau mas-mbak minimarket sih sudah kenal banget karena saya sering ke sana, jadi no rikuh lagi.
Awalnya saat dilepas, Aiden nempelin kaki saya terus. Masih takut dan belum pede karena itu tempat asing untuknya, dia belum merasa safe. Lama-lama, Aiden berani jalan sendiri. So, that's his first lesson, belajar lebih berani karena toh di sana ada saya yang mengawasi.
Setelah nggak nggondheli saya lagi, Aiden mulai berani jalan ke sana-sini, menyusuri gang-gang rak barang minimarket. Dia belajar untuk eksplor dan mengamati. Namanya juga sudah lancar jalan, justru sekarang dia penginnya turun dan jalan-jalan. Tapi, saya biarin, sekali lagi asal emang pas sepi biar nggak ganggu.
Naik level sedikit, Aiden sudah mulai penasaran. Yang tadinya sudah puas dengan jalan-jalan menyusuri gang rak barang, sekarang mau nya mendekati barang tertentu dan dia pegang-pegang. Sekalian aja saya kasih tahu barang apa yang dia pegang. Oh ini minyak goreng, oh ini permen, dan lain-lain.
Lama-lama, megang doang mah nggak puas. Aiden jadi ingin ambil juga. Diangkat untuk diamati lebih dekat.
Again, saya biarin. Tapi tetap saya temani supaya kalau udahan, saya bisa mengajak Aiden untuk mengembalikan barangnya ke rak. Harus tanggung jawab karena itu bukan barang dia, jadi harus dikembalikan. Sometimes Aiden belum bisa mengembalikan sendiri, entah nggak pas narohnya atau simply malas nggak mau ngembaliin. Nggak papa, nggak saya paksa juga kalau dia lagi ogah-ogahan banget. Jadi saya yang ngembaliin, tapi tetep sambil mengajak Aiden supaya dia bisa melihat gerakan saya mengembalikan.
Again, saya biarin. Tapi tetap saya temani supaya kalau udahan, saya bisa mengajak Aiden untuk mengembalikan barangnya ke rak. Harus tanggung jawab karena itu bukan barang dia, jadi harus dikembalikan. Sometimes Aiden belum bisa mengembalikan sendiri, entah nggak pas narohnya atau simply malas nggak mau ngembaliin. Nggak papa, nggak saya paksa juga kalau dia lagi ogah-ogahan banget. Jadi saya yang ngembaliin, tapi tetep sambil mengajak Aiden supaya dia bisa melihat gerakan saya mengembalikan.
Selesai pilih-pilih, tentu saja harus bayar ke kasir. Syukur-syukur kalau ada pembeli lain yang lagi di kasir, saya jadi bisa menunjukkan ke Aiden bahwa kami harus mengantri. Nggak yang main serobot, nggak yang minta harus segera dilayani, karena ada orang lain yang duluan. Antre itu harus. Nggak main serobot itu harus. Nggak marah-marah karena penginnya cepet juga harus. Jadi Aiden harus paham konsep itu dengan melihat langsung, bukan sekedar dari buku PPKN.
*PPKN adalah istilah zaman saya, sekarang istilahnya apa sih?*
*PPKN adalah istilah zaman saya, sekarang istilahnya apa sih?*
Biasanya kalau saya ngajakin Aiden ke minimarket, saya akan beli satu barang yang cukup ringan misalnya sabun batangan. Lalu, saya minta sabun itu dikresekin sendiri dan nggak dicampur sama barang belanjaan lain dalam satu kresek. Setelah sabun nya dapat kresek sendiri, saya akan bilang ke Aiden, "Tolong bantu Mami bawa ini ya." Kalau Aiden lagi in a good and helpful mood, dia akan bantu bawain si sabun itu and of course I'm gonna have to say thank you. Harapannya Aiden nanti jadi anak yang ringan tangan mau bantu orang lain.
Semua barang sudah dikresekin, Aiden juga sudah bawa si sabun, dia biasanya kepengin segera melesat. Jadi biasanya di situ saya akan gendong dia untuk menunjukkan bahwa kami harus membayar dulu dong sebelum ngabur bawa belanjaan. Aiden akan lihat saya ambil uang dari dompet dan menyerahkan uang ke kasir. Ini konsep jual-beli sederhana. Beli ya bayar. Jangan ngutil, jangan kabur, jangan klepto.
All done, proses jual-beli selesai. Saatnya bilang terima kasih pada kasir. Aiden sih belum bisa bilang makasih / maaci / macaci / acih / etc hahaha, jadi ya saya yang ngomong. Tapi semoga pelan-pelan Aiden tahu dengan melihat dan mendengar bahwa bilang terima kasih itu penting. Nah terus pamit deh. Saya sih bilangnya, "Mari Mas/Mbak" tapi Aiden ya pamitnya bilang, "Baibai" yaudalah yang penting judulnya pamit aja. Mau bye bye kek, sayonara kek, au revoir kek, hahaha, yang penting ada gesture nya. Abis itu suka dibonusin kiss bye sama Aiden.
Mas dan mbak minimarket ini karena sudah kenal sama kami, mereka jadi mau menanggapi Aiden banget. Kalau Aiden lambaikan tangan sambil bilang baibai, mereka akan ikut dadah, kiss bye, dan senyum lebar. Aiden jadi lebih semangat menunaikan ritual pamit ini pastinya.
So, terima kasih banyak ya, mas dan mbak minimarket dekat rumah!
So, terima kasih banyak ya, mas dan mbak minimarket dekat rumah!
Keluar dari minimarket, naik motor, Aiden belajar satu lagi deng, yaitu BIASAKAN PAKAI HELM! Yes, saya selalu pakai helm dan helmnya di-klik (apa sih istilahnya hahaha) walaupun cuman dekat dan jalan nya sepi. Ingat minimarket ini nggak sampai 5 menit dari rumah saya, tapi tetap pakai helm. Nanti kalau Aiden sudah gedean dikit sehingga sudah ada helm yang muat untuk kepalanya, baru saya ajarkan pakai helm juga.
Dulu saya dan Adit selalu dapat peringkat di kelas. Orangtua kami terlihat bangga banget. Tapi, saya udah ngobrol sama Adit tentang anak-anak kami. Bahwa tidak apa-apa kalau nanti anak-anak kami prestasi akademiknya biasa-biasa aja. Bahkan kalau misal tinggal kelas pun, nggak apa-apa, nggak bakal dimarahin. Yang penting mereka jadi manusia yang bener. Tahu norma, sopan, menghargai orang lain, dan tahu kapan perlu bilang tolong, maaf, dan terima kasih.
Itu cita-cita kami sebagai orangtua. YASH!
Untuk Aiden yang pemahamannya sudah mulai terbentuk, pelajaran itu harus banget dicontohkan sejak kecil. I and Adit still find it amazing, bagaimana seorang anak yang masih kecil mungil kayak tahu bulet maratusan ini bisa ngerti dan mencontoh. Ini hal yang belum kami rasakan dari Ubii. So, yeah, kami berdua tuh yang masih wow banget mengamati setiap progress dan keseharian Aiden.
Perasaan wow itu juga yang bikin saya suka hepi meluap-luap melihat polah Aiden. Karena amazed. Bayangin, hampir 4 tahun mengasuh Kakak Ubii yang mengalami keterlambatan. Kami berdua sempat bingung gimana nih mengasuh dan merawat anak yang normal secara tumbuh kembang. Bener-bener pengalaman baru. It's super exciting!
Jadi kalau saya cerita tentang Aiden menggebu-gebu itu bukan karena saya merasa Aiden lebih maju daripada anak seusianya. Sama sekali enggak! Tapi karena saya kayak sedang menjadi ibu baru lagi. Semuanya serba baru buat saya mulai dari cara merawat seperti mandiin, nyuapin, etc sampai ke cara mengasuh seperti mengajari, bercandain, marahin, etc.
Oh ya, karena Aiden sudah mulai paham mainan, biasanya dia akan belok ke rak mainan di minimarket. Emang ada mainan di sana, tapi nggak banyak. Ya namanya juga minimarket bukan supermarket. Lalu dia akan ngejogrok megang-megang mainan, yaudah saya tungguin aja beberapa menit kalau ke minimarket nya pas selo banget. Kadang Aiden menolak ketika saya ajak ngembaliin mainan yang dia pegang. Saya juga emoh beliin karena mainan-mainan minimarket di rumah udah ada yang mirip fungsi dan warna nya. Jadi kesempatan untuk menjelaskan konsep Aiden sudah punya - nggak harus beli ini - ini sama/mirip dengan yang ada di rumah.
So far Aiden belum pernah yang sampai ngamuk kalau dilarang bawa mainan dari minimarket. Mungkin belum aja. Dengar-dengar dari pengalaman temen-temen, nanti ada fase terrible two yang anak bisa marah heboh ngamuk guling-guling di lantai. Kayaknya challenging, but I'm excited to face it! Hehehe.
Yea, I'm so very happy bawa Aiden ke minimarket. Dia bisa belajar banyak hal yang agak berbeda dari apa yang dia temui sehari-hari di rumah. Kalau di rumah selain thank you, sorry, and please, paling belajarnya adalah chores/pekerjaan rumah sederhana dan menunjukkan perhatian sama Kakak Ubii.
Anyway, in case penasaran tugas rumahnya Aiden saat ini (16 bulan):
Oh ya, karena Aiden sudah mulai paham mainan, biasanya dia akan belok ke rak mainan di minimarket. Emang ada mainan di sana, tapi nggak banyak. Ya namanya juga minimarket bukan supermarket. Lalu dia akan ngejogrok megang-megang mainan, yaudah saya tungguin aja beberapa menit kalau ke minimarket nya pas selo banget. Kadang Aiden menolak ketika saya ajak ngembaliin mainan yang dia pegang. Saya juga emoh beliin karena mainan-mainan minimarket di rumah udah ada yang mirip fungsi dan warna nya. Jadi kesempatan untuk menjelaskan konsep Aiden sudah punya - nggak harus beli ini - ini sama/mirip dengan yang ada di rumah.
So far Aiden belum pernah yang sampai ngamuk kalau dilarang bawa mainan dari minimarket. Mungkin belum aja. Dengar-dengar dari pengalaman temen-temen, nanti ada fase terrible two yang anak bisa marah heboh ngamuk guling-guling di lantai. Kayaknya challenging, but I'm excited to face it! Hehehe.
Yea, I'm so very happy bawa Aiden ke minimarket. Dia bisa belajar banyak hal yang agak berbeda dari apa yang dia temui sehari-hari di rumah. Kalau di rumah selain thank you, sorry, and please, paling belajarnya adalah chores/pekerjaan rumah sederhana dan menunjukkan perhatian sama Kakak Ubii.
Anyway, in case penasaran tugas rumahnya Aiden saat ini (16 bulan):
- Masukkin pakaian kotor ke ember cucian
- Buang pampers ke tempat sampah
- Lap lantai kalau makanan/minuman dia berceceran, tapi tentu saja jangan dibayangin hasilnya bersih kinclong ya. Masih cuman membiasakan habit ini aja
- Matiin lampu kamar mandi setelah pakai kamar mandi (dengan digendong karena kan nggak sampai)
- Tutup botol susu setelah selesai minum susu. Ini juga belum bisa yang nutupnya sampai klek, jadi masih dibantuin terakhirnya
Semoga anak-anak kita semuanya bisa jadi anak yang baik dan sopan yaaa. Amiinnn.
Love,
Berhubung anak kita seumuran jadi aku bisa merasakan yg kamu rasakan ges. Anak kita emang super ya. Plek ketiplek kopipaste apa yang kita lakukan hahaha. Aku juga ngajarin ke kenzo apa yg aiden lakukan. Seru lah hahaha
ReplyDeleteAku juga pernah ikut pelajaran tata boga. Kita kan seangkatan
Anak pintar yang lucu, hehehe. Semoga selalu sehat ya Nak
ReplyDeleteaamiin lucunya Aiden semoga kelak mebanggakan mami dan papi y :)
ReplyDeleteBtw aku jadi inget anakku saat seusia Aiden, membiasakan pakaian kotor ditaruh ke keranjang. Betul banget ke keranjang dimasukinnya tapi keranjang sampah LOL fase perkembangan anak sll istimewa y mba yg ptg kita kasi stimulasi dg baik. shat2 dedek gemesh
Aamiin... Duh dedek Aiden pinternya.. Sehat2 terus ya nak..
ReplyDeleteHai Aiden, terima kasih sudah jadi guru untuk Ate yaaa :)
ReplyDeleteSalam,
Rasya
Masih inget dulu pas Marwah seusia Aiden, dia menumpahkan makanannya, lalu saya suruh bawa lap disana *sambil nunjuk* saya salah nunjuk bukan ke arah lap tapi sebelah lemari, akhirnya dia bawa baju dan dilap deh wkwkwkw
ReplyDeleteNgajarin anak sejak dini yaaa, biar gede nya terbiasa dengan 3 kata ajaib itu + ngak jutek hahaha
ReplyDeleteAgree banget mba. Yang penting jadi manusia yang beradab alias bermoral. Jadi manusia yang hidup seperti manusia hidup
ReplyDeleteAiden dah pinter yaaa.. aku juga mulai mengajari hal-hal kecil mbak, kadang lucu ya liatnya, takjub, kok dia ngerti siiih..kok dia tau siiih.. ^^
ReplyDeleteAisyah udah paham belanja jajanan kyk es krim atau makanan ringan lainnya. Kalau ngambil kebanyakan biasanya aku kasih pilihan mau ambil yg ini atau itu. Biar dia tahu kalau dia gak bisa beli semua yg dia mau, harus milih dong, ntar klo ada adeknya repot :D
ReplyDeletemakasi sharingnya mbak ges, bermanfaat sekali pengalamannya.
ReplyDeleteMbak2 dan Mas2 kasir minimarket deet rmh jg udah hafal sama muka kami yg selalu ribet kalau ke sana jd dimaklumin hehe.
ReplyDeleteHoohh iya bener banget mbak soal norma sopan dan ngehargain org itu penting banget dijakarkan ke anak, gak cuma hal2 akademis. TFS
Setuju bgt Mba Ges kalau 3 kata itu harus dikenal anak dari kecil.. Dan anak pasti akan merhatiin yg kita contohin ke mereka ya.. :) Anakku yg kecil umurnya gak jauh beda sama Aiden mulai bisa diminta tolong buang pampers sendiri ke tempat sampah jg atau maaukin blanjaan sayur di kresek ke dalam kulkas. Dia happy bgt ngerjainnya, tp memang harus lihat contohnya dulu ya..
ReplyDelete"Tahu norma, sopan, menghargai orang lain, dan tahu kapan perlu bilang tolong, maaf, dan terima kasih"
ReplyDeleteIni yes banget. Aku lagi ngeraft juga dengan tema yang sama
Btw aku salah fokus liat video bumerangnya Aiden. Lucuuuuuu
Nah iya banget nih, aku juga membiasakan anak2 ku untuk berkata tolong, maaf dan terimakasih. Ah pelajaran PPKn itu memang dulu paling te op pe begete ya mbak...hehehe...sebelum jadi PPKn kan sempat namanya jadi PMP *nah ketahuan aku angkatan tahun berapa. hwehehhe...
ReplyDeleteiyw bnget pelajaran itu mbk. Aku udah nerapin ke Aiman, selanjutnya adiknya nih.
ReplyDeleteAiden pinter ya udah ngerti pengarahan
Aiden pinter ya, semoga jadi anak yang sopan dan nice.
ReplyDeleteMbaak, kalo zamanku dulu namanya PMP tapi aku yo ngerasain zaman pas diganti jadi PPKN.
*ketauantuanya
Wih, makin lama dilihat Aiden kayak yang main di CJ7. Hehehe.. ekspresinya dapet.. Kamu pun udah berusaha jadi ortu yang baik buat ajarin dia.
ReplyDelete