Diari Papi Ubii #14: Dear Aiden (Ode to My Son). Setelah 2 minggu Adit absen setor tulisan, puji syukur minggu ini akhirnya dia jengah saya tagih-tagih terus sehingga akhirnya setor! Tema kali ini adalah dia kepengin mengungkapkan kegalauan karena belakangan ini Adit merasa nggak connected sama Aiden.
Memang belakangan ini Aiden sangat picky. Dia mau digendong sama saya atau nanny, tapi ogah digendong Adit. Saya udah bilang sih maybe it's just a phase so chill out, tapi Adit tetap aja sedih. Jadi inilah curahan hati papi galo.
Adit:
“That strong mother doesn't tell her cub: Son, stay weak so the wolves can get you. She says: Toughen up, this is reality we are living in.”
— Lauryn Hill
Dear Aiden,
Apakah kamu tahu kalau kamu itu datang tiba-tiba? Ya- tanpa rencana. Mak bedunduk tau-tau udah nyempil aja di rahimnya Mami. You have no idea how scared we were back then. Soalnya sudah Papi Mami perhitungkan dengan presisi, tetep aja ternyata bisa “kebobolan.” Papi Mami takut banget setengah mati soalnya ya kakakmu aja masih butuh perawatan ekstra. Lalu muncullah pertanyaan:
“Bisakah nanti kami adil ke anak-anak?”
“Sanggupkah kami ngurusin dua anak sekaligus?”
“Kalau yang ini berkebutuhan khusus juga, gimana?”
Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan parno lainnya. Menjadi bapak dari 2 anak di usia yang belum genep 30 waktu itu blas ngga ada di kepala Papi. Dulu sih ya fokusnya Papi cuma kakakmu aja. Itupun waktu Mami hamil kamu, kami baru merencanakan memberikan kakak Ubii sepasang telinga bionik.
Mikirinnya aja udah bikin cenut-cenutan. Belum lagi nanti menjalaninya. Nah, ini malah dikasih anak satu lagi. Bajindul.
Kamu pelan-pelan mulai tumbuh di kandungan, tapi berasa engga. Semua perhatian tersita di persiapan operasinya Kak Ubii. Kami bolak-balik Jakarta-Jogja cuma buat mastiin Kak Ubii dapat yang terbaik. Belum lagi fulfill kebutuhan terapi, konsultasi dokter, pergi ke negara sebelah buat beli alatnya — segala macemnya semua tentang Kak Ubii. Sampai ada saatnya kamu “protes” minta diperhatikan dengan cara bikin mami diopname dua kali gara-gara pendarahan.
Di titik itu Papi baru nyadar kalo kamu bakal lahir quite soon. Dokter sih bilangnya kamu punya penis. Which means, I’m gonna have a son. Perasaan Papi biasa aja sih, ngga lebay gimana — but then again I guess it’s kinda cool punya anak sepasang gitu. My only concern was supaya kamu sehat. Period. Ngga kebayang sih Papi harus ngurus dua anak berkebutuhan khusus, Dek. Ngurus kakakmu aja, Papi Mami setengah mati jaga akal sehat. Banyak yang muji-muji kami, bilang kalo kami ini role-model parents? Pret lah. No, Aiden. Kita ngga sesempurna itu. Papi Mami sudah kenyang sama countless mental breakdown.
Dan Papi pengen kamu belajar satu hal disini, Aiden: it’s okay not to be perfect.
Mental breakdown pas kamu masih di perut juga sering kejadian, but somehow we managed it dengan cantik. Terlebih-lebih saat hasil USG 4D keluar, yang menyatakan kamu bakalan jadi anak sehat. Yet I didn’t buy it. Dulu waktu Kakak Ubii masih di perut, dokter-dokter juga pada bilang gitu. Papi masih naruh worst possibilities di atas meja. Just in case, Aiden. Expectation is a dangerous thing. It’s height-sensitive. Don’t play with it at the high altitude.
And then, sampai tanggal 10 September 2015 — tanggal dimana dokter menjadwalkan perut Mami dirobek buat ngelahirin kamu.
Baca: Melahirkan Anak Kedua
Papi anter Mami sampe depan ruang operasi, sendirian. Like, literally alone. Oma Opa baru pada sibuk. Engkong dan Mak juga masih OTW dari Salatiga. Papi blas ngga deg-degan apa gimana. Cuma bisa ngasih positive vibes ke pikiran Papi sendiri. Ngga lama, Gendhis sama bapaknya dateng, nemenin Papi nungguin kamu lahir. Kita even ngga ngobrolin soal kamu. Malah ngobrolin hal remeh.
Sampe ada dua suster bawa gerobak kecil keluar ruang operasi. Di dalemnya ada kamu, dibungkus kain. Lalu Papi bengong, sampe dipanggil suster 2x tetep ngga ngeh. Cepet amat Dek kamu lahirannya.
“Ini anak saya, sus?”
“Iya, Pak. Selamat ya!”
There you were.
Putih bersih, tembem, dan ngga ada kondisi post-partum yang perlu dikuatirkan. I wasn’t sure kamu tidur apa melek soalnya matamu sipit banget kayak Mami. I said hello to you for the first time. Masih keinget banget lho detailnya. Seeing your face is like sniffing pure heroin of happiness. Papi langsung potret kamu, terus Papi kirim ke temen-temen terdekat Papi. Mami yang lamaan di ruang operasi. Papi sempet kuatir — soalnya udah 2 jam tapi ngga keluar-keluar.
Eventually Mami keluar dengan mata sayu, dan ngomong ngelantur. Sumpah bagian ini lucu banget. Mami bilang, “Aku mau makan Hanamasa habis ini.” WTF. 😑
Aiden Nebula Kayalaska.
Si kabut api kecil yang penuh cinta. The little son of the sun — Suryaputra. You are named after mine. Mami yang pilihin namanya. Bagus ya? :)
*INTERMEZZO INI GESI YANG NGOMONG*
Lucu kan foto pregnancy nya? Jadi ceritanya itu bikin DIY Maternity Photoshoot. Semua dikerjain sendiri di rumah. Plis plis apresiasi nya, masih banyak hasil foto lainnya lho. LOL LOL LOL! 😂
Baca: DIY Foto Kehamilan
*OKE BACK TO ADIT*
Raising you is a brand new thing for me. Kenapa? Karena kamu sehat, Aiden. Be grateful for that. Dulu waktu nidurin Kak Ubii, Papi dengan bebasnya ngebanting pintu jedar jeder tanpa kuatir Kak Ubii bakal bangun. Nah, unlike Ubii, kamu punya indera pendengaran yang sempurna. Berisik dikit aja kamu bangun lalu nangis. LOL. You cried like a lot. You’ve made our house a little bit louder than usual. As the time goes by, spending time with you gives me uttermost happiness. We are alike. Ngeliat kamu itu berasa ngaca ngeliat Papi waktu masih kecil. Kamu anak nomer 2, sama kayak Papi. Kamu suka mainan air, Papi banget. You love shoes just like I love sneakers. Telapak tanganmu selalu lembab, just like me. Cuma hidung aja — hidungmu mblesek ke dalem kayak Mami.
Dear Aiden,
Sekarang Papi ngga bisa ketemu kamu tiap hari. Papi kerja di Jakarta, sedangkan kamu nemenin Mami ama Kak Ubii di Jogja. As your mum said, she wants to raise you as your sister’s guardian.
You have no idea how it broke my heart when I had to leave you when you were still 3 months old. Papi kuatir kalau someday somehow kamu bakal lupa ama Papi. And it turned out to reality — ada momen dimana kamu takut sama Papi gara-gara Papi ngga pulang dari Jakarta selama 2 minggu. Kamu emoh Papi gendong. Mau pun, wajah kamu kayak kecepirit. 💩
You know what, malamnya Papi mewek di pojokan hahaha… Punya bapak yang sering bepergian really sucks, I know it so well. Dulu Opa juga sering ngga pulang gara-gara kerja. I know the feeling — longing for the figure of a dad in your daily life. But I’m sorry, Aiden. I’m sorry that I’m unable to give you such thing at the moment.
Dear Aiden,
Tumbuh besarlah menjadi anak baik. Papi ngga bakal nuntut banyak dari kamu. But please, in any curcumstance, listen to your mother. Kamu tau Mami punya segudang beban di pundaknya. Don’t add another ten pounds by disrespecting her. Also, please don’t forsake me. I don’t want to be merely a strange chemical reaction inside of your brain called “father.” I love you. You know I do.
Be brave, be soft, be fierce. Contribute ke masyarakat, walaupun cuma seupil. Tantangan yang bakal kamu hadapin besok bakal jauh beda dengan apa yang Papi dan Mami alami dulu. Kadang Papi takut bayanginnya. Makannya, be well-informed. Jangan malas baca. Papi udah investasi buku bagus yang kelak bisa kamu baca untuk tahu bahwa dunia ini sangat luas.
Dan, yang paling penting, jangan gede cepet-cepet.
Love,
Papi
***
Grace:
To be honest, saat baca draft tulisan Adit ini, saya nangis. Bukan karena suratnya maha indah hahaha. Tapi karena sedih sekarang Adit malah menjalani sesuatu yang sebenarnya dia canangkan agar jangan sampai terjadi: jauh dari anak-anaknya.
Saat ngobrol nostalgia, Adit sering cerita tentang masa kecilnya. Bagaimana dia sangat look up to and respect his dad because he is a great and very smart man. Betapa Adit ingin bisa menyamai kualitas terbaik papa nya at least separuhnya aja karena papa nya memang keren, in terms of his thoughts, objectives, and dreams.
Namun, Adit juga cerita sisi melankolisnya karena papa nya bekerja di kota lain sehingga jarang ketemu. Betapa Adit rindu papa nya, betapa dia punya keinginan masa kecil diantar jemput sekolah sambil gandengan, dan lain-lain.
Saking dia merasa kurang bisa dekat dengan papa nya (karena faktor jarak), Adit bercita-cita untuk tidak akan pernah bekerja di luar kota sehingga harus LDRan. Adit maunya dia bisa menyaksikan langsung momen-momen Aiden menemani kakaknya main karena dia melihat sendiri live, bukan sekedar dari foto, video, atau chat yang saya kirim. It's the least thing Adit wanted and I know that.
Tapi ya, manusia mah seupil doang. Gusti dan rencana-rencanaNya juauuuh lebih besar dan magical sehingga akhirnya kami harus LDR-an. Jakarta dan Jogja nggak jauh-jauh amat. But still, ini berbeda dari ekspektasi dan idealisme Adit.
Baca: Jogja VS Jakarta
Sedihnya adalah sering kali saya merasa, "Ah pokoknya lebih berat aku karena aku yang mengasuh dua anak sendiri tanpa partner" dalam hati. Padahal ternyata Adit nelangsa di Jakarta dan sedih sendiri. Ini bukan lebay ya. Nelangsanya Adit itu sampai level dia nggak bisa menikmati hidup lagi di Jakarta sendirian.
Sering saya suruh dia untuk main biar nggak lumutan di apartemen, tapi Adit yang emoh. Ada aja alasannya. Nggak mood lah, ke mana-mana jauh lah, macet lah, nggak ada teman lah, ada teman tapi rumahnya jauh lah, dan lain-lain. Sampai pernah dia bilang ke saya, "I can't have fun anymore kalo nggak ada kamu atau kamu dan anak-anak."
Huhuhu. Makanya kalau ada cowo-cowo yang suka ngobrolin musik, gundam, film, politik, atau kamera yang staynya nggak jauh-jauh amat dari Kemayoran, plis ajak Adit main dong huhuhu.
Untuk Ubii, Adit nggak terlalu merasa left-out karena Ubii sepertinya udah hapal sama Adit. Ubii seperti sudah consider Adit sebagai someone bagian dari hidupnya. Adit juga nggak begitu guilty ke Ubii karena dia sudah mencurahkan semua yang dia punya hanya untuk Ubii selama 4 tahun.
But Aiden, memang belum. Aiden sering banget nyuekkin Adit dan kayak masih menganggap Adit hanya lewat sebentar dalam hidupnya.
So Aiden, if someday you read this, please understand this:
Your dad loves you to the bone. Although you guys don't see each other every single day, he always thinks about you, longing to spend much quality time with you, doing boys stuff and all.
***
Ada yang punya pengalaman serupa? Mungkin ada tips supaya Adit nggak sedih lagi atau tips supaya Aiden bisa tetep dekat sama papi nya?
Trimakasiiii.
Love,
Hiks...
ReplyDeleteSik nyeka air mata sama umbel dulu. Tulisane nyebai ah marai nangis esuk-esuk :'
Pokoknya aku berdoa buat Mbak Ges, Mas Dit, Ubii, dan Aiden suatu hari bisa lebih didekatkan dengan cara apapun sama Tuhan. Semoga jarak yang sekarang tercipta malah bisa makin memperkuat bonding di dalam keluarga kalian yaaaa :'*
Suami saya namanya Adit juga, LDR juga.. Anak 2, Audrey dan Auriga.. Yg sulung 3thn, Yg bungsu 17bln, sempet emoh sama bapaknya kalau ketemu.. Ketemu 2 mggu sampai sebulan sekali.Biar ga makin asing sering telpon dan ditunjukin foto.. Kalau bapaknya pulang, urusan anak semuaaa dihandle bapaknya.. Kalau lagi rewel baru nyari mamanya.. So far sih skrg mau sama bapaknya dan seneng kalau bapaknya pulang..kadang ya masih menolak juga sih..trus bapaknya mewek ditolak.. Namanya jg anak kecil mood2an.. Makin gedhe makin ngerti kondisi ldr.. Semoga. AMIN
ReplyDeleteTouchy banget suratnya. Aku dulu waktu kecil juga gak deket sama bapak karena kerjaan beliau. Makanya waktu punya anak, aku maunya si ayah kerja dalam kota aja nggak LDR an... Pernah LDR an setahunan, akhirnya si ayah nggak betah juga jauhan sama anaknya. Semoga keluarga mbak Gesi dan mas Adit bisa segera berkumpul bersama ya.
ReplyDeleteBtw, biar Aiden tetap dekat, mungkin diajak video call sama si papi. Terus kalau pas papi pulang, aiden n papi pergi berdua gitu :)
Tulisan indah melambanhkan betapa cintanya adit sama aiden. Saya sama baru merasakan punya papa utuh pas papa pensiun. Sejak bayi sering ditinggal karena harus sekolah dan pindah tugas. Sampai dulu pernah manggil papa jadi Om.
ReplyDelete1. Itu selimut Aiden pas lagi lahir mirip punya Kenzo. Kayaknya emang selimut sejuta umat ya hahaha
ReplyDelete2. Aku ketawa pas bagian hidung Aiden mblesek nyungsep ke dalam kayak mami hahaha maaf just kidding yes
3. Overall aku sedih dan terbawa suasana adit saat juahan sama Aiden. Huuuuu peluk aiden
Tetap semangat ya kalian
bener2 curhatan maha nyesek ��...dont worry papi aiden semakin gede aiden akan semakin menyadari kehadiranmu karena ntar yg penting ntar kualitas bonding nya bukan kuantitasnya...suami saya yg tiap hari ketemu aja sama anaknya sering dicuekin sama anak saya padahal dia yg beliin popoknya ����. dan saya bilang terakhir Gusti itu Maha Tau pasti sekarang memang yg terbaik untuk kalian, keadaan akan membaik sesegera mungkiiinn!! semangat ������
ReplyDeleteAku ngebayangin adit lagi mellow terus inget tatonya yang serem, sama foto2 yang manly banget besutan dia. Tuh, gentlement bukan berarti nggak bisa nangis dan punya warmheart.
ReplyDeleteTapi Aiden nggak sampe manggil "Om" ke adit kam mi?
lucunya anak yg lagi tidur tuh... gemesin.. pengen cubit pipinya deh..
ReplyDeleteIni aku bacanya mewek-ngakak-mewek lagi-ngakak lagi. Keren banget Adit nulisnya :').
ReplyDeleteAku dulu kecilnya juga jauh dari Bapak. Kerjanya ke luar kota terus. Jarang banget pulang. Dari 4 anaknya, nggak ada yang lahir ditunggui Bapak, huhuu. Udah gitu jaman dulu mana ada telpon apalagi bisa ngirim2 fot dan video. Makanya sampe sekarang masih usaha banget biar bisa ngerasa deket sama Bapak :').
That's why aku berkeras ikut suami ke kota kecil di Sulawesi ini, demi anak-anak yang bisa selalu sama bapaknya. Pokoke kemana-mana ngintil waelah :D. Tapi Gesi dan Adit kan udah punya pertimbangan sendiri, jadi wis Bismillah insyaAllah semuanya akan baik-baik aja :).
Btw nama Adit pasaran banget ya, suamiku juga Aditya, hahaha.
Papa Adit klo nulis ko bisa bikin baper ya *sambil elap cimata*
ReplyDeleteAku sedih baca surat ini
ReplyDeleteTapi trus ngakak baca bagian Aiden pasang ekspresi kecepirit pas deket Adit wuahahahaha
Apapun itu, setiap pilihan ada konsekwensinya, semoga ini yang terbaik untuk semua
Bahagia selalu yaaaaaaa
Aku enggak baca sampai akhir karena aku nangis. Hahaaa.. Lagi antri di bank dan nangis sambil pegang hp.berasa lg berantem ma cowoknya.
ReplyDeleteAku tahu rasanya. Meski aku bukan bagian yg jauh dr ayah. Aku bagian yg deket ma ayah tapi berpisah sama saudara lain. Beraat... Tapi hidup harus tetep jalan.
Keep strong,Pak Adit. One day he will know and understand.
Dibalik ayah yang kuat, ada sisi melankolis yang ditutupi.
ReplyDeleteMewek baca diarynya papi ubii , semangat ya pak di Jakarta.
makkkk..aseli aku brebes bacanya.malu tapi bosku di depan mejaku liat mataku ngembeng :(
ReplyDeleteinget waktu hamil nadif betapa bahagianya aku. dengan harapan dengan hadirnya adik, tumbang nakhla bisa lebih bagus. harapan sirna ketika adek harus menjalani MRI dan harus fisio terapi jugakk. :(
tapi yaa..alhamdulillah sampe detik ini aku masih berdiri tegap dan optimis mereka bisa jadi anak yg mandiri
btw, mas Adit makasih ya tulisannya yg bikin aku mewekk.hiks
itu foto yang aiden ngasih susu ke ubii bikin aku melted.. ahhhh TAHU BULAT DIGORENG DADAKAN, aku ngefansss... semoga bisa ketemuu ya.. aku belom pernah ketemu kamu nih dennn..
ReplyDeletengikik pad bagian hidung aiden blesek kyk mami., ada ada saja papi aiden..
ReplyDeletekalo bukan karena fans adit (((FANS ADIT))) aq ga percaya lelaki tatoan bisa bikin tulisan macam begini mak. Same like you,mak. aq pikir berat yah hidupnya mamii ubii sendirian urus 2 anak,tp ternyata Adit bs nelangsa juga yak.hahaha (lah napa gw ketawa).
ReplyDeletemembaca tulisan adit as a husband and father is always interesting.since, I always thought that boys are "cuek" with their own feelings. thank you for sharing this, dit. keep writing.keep writing.keep writing.
mami ubii..kamu lupa tag aq yah jumat ini...iih..hahahaha
keep strong ya mas, saya mbacanya spt turut merasakannya juga, jadi sedih. Semoga mas dan keluarga bisa berkumpul kembali ya mi gesi. ngakaknya pas aiden dibilang pesek sm papi, persis hidung mami hahhahaa... aiden pinter banget si bisa kasi susu ke kakak ubii, cup..cup..
ReplyDeleteHuwaa..so touching.. *ambil tissue*
ReplyDeletesedih banget bacanya,,, keep seterongggg !!! papi ubi & mami ubi. mudah2an segera bisa berkumpul kembali sekeluarga. aq suka foto2 aiden berdua dg ubi, so sweet sekali #siblinggoals
ReplyDeleteSampe elap air mata ini bacanya. Aiden lahirnya bule banget. Sehat2 terus ya Kak Ubii dan Aiden :)
ReplyDeleteaku tau banget rasanya. ninggal anak dari pagi buat maghrib, sampe rumah anak lebih milih... mbah uti.
ReplyDeleteoh wow.
semoga nanti dia paham kalo ibunya kerja atas ijin ayahnya, buat support keuangan keluarga dan buat secure masa depan dia. semoga :')
Dahlah, abis baca ini aku makin yakin lebih suka tema2 tulisan adit, Ges XD. mau notifnya yaak ;))
ReplyDeleteWaaaa. Sama banget, Ka. Aku juga LDR Bandung-Jakarta sama suamiku. Suamiku juga suka bosen kalau lagi di kostannya. Karena dia suka berenang dan badminton, dia jadi cari2 kolam dan gor badminton yang dekat. Alhamdulillah sekarang tiap hari berenang, jadi sampe kostan lumayan tepar. Tinggal tidur deh ��
ReplyDeleteCurhatannya bagus banget buat belajar membangun keluarga.. Lah.. apalah yang bisa dikatakan oleh seorang jomblo.. XD
ReplyDeleteAkkk adit bikin meweek..iyaa, everything gonna be okay, aiden dan ubii pasti ngerti ya deek..
ReplyDeleteSuamiku yg pergi pagi, pulang malam aja rasanya kaya masiih kuraaanggg gitu buat anak-anak. Libur sehari tiap Ahad juga gak berasa. Itu aja udah sedih, LDr lagi, semaput saya! Hiks... Semangat ya mom Ges, papi Adit, Kaka Ubii, Aiden...
ReplyDeleteterharuuuu gesii baca nyaaa :(.. eh tapi ya, anakku kan juga sepasang... dan tiap hari kita berdua toh ga pisah ama anak2, palingan cuma ke kantor doang.. tp anakku yg co, ntah kenapa memang ga bisa deket ama papinya ;p.. pasti lengketnya lebih ke aku :D.. gitu juga yg cewe... jarang deh mau ama aku... jd mungkin emg udah kodratnya anak ce deket ama papi, dan yg cowo deket ama mami :D
ReplyDeleteyakin deh, kalo aiden udh agak gedean, dia pasti kok sayang ama adit juga :)
Semoga diberikan yang terbaik ya Mbak Grace dan Mas Adit.
ReplyDeleteSuka banget liat wajah baby Aiden saat baru lahir :D
Aku juga ngalamin LDR sama bapak dari TK hingga beliau wafat saat aku duduk di bangku SMA. Dan aku jadi ga punya figur seorang ayah. Itulah sebabnya setelah nikah aku nggak mau LDR-an karena aku ga ingin Duo Ai mengalami hal serupa. Salam buat Mas Adit ya.
ReplyDeleteMom.. Udh coba srg2 video call papi Ubii & Aiden? Jd paling ga srg dgr suara, liat muka & otomatis kan dia ngliat jg kalo papinya nyari dia.. 😊
ReplyDeleteBtw, diy maternity photo nya cool!!
Wholesome sekali bun foto-fotonya, jadi ikut terharu
ReplyDelete