"Dunia ini bukan tempat yang aman untuk anak-anak." Pernah dengar ucapan kaya gitu? Setuju nggak? Saya setuju sih, mengingat banyaknya kasus kejahatan yang menimpa anak-anak. Sebut aja penculikan, pembunuhan, pelecehan seksual, dan entah apa lagi. Makanya kemudian ada anjuran untuk membatasi aktivitas upload foto anak di media sosial.
Di satu sisi, saya setuju bahwa dunia belakangan ini makin kejam. Tapi, di sisi lain, saya nggak bisa untuk menghentikan kegiatan share foto anak-anak saya. Yang sering mampir ke blog dan media sosial saya pasti setuju ya bahwa saya sering banget upload foto Ubii dan Aiden.
Blogmate saya, Windi Teguh, juga aliran yang upload foto anak-anaknya di blog dan media sosial. Baca cerita versi dia juga yah:
Saya pernah coba iseng-iseng nanya ke beberapa teman yang suka upload foto anak-anaknya di media sosial. Alasannya apa? Ternyata macam-macam loh.
💁 Pengen aja. Hahaha.
💁 Abis anakku lucu, gemes aja.
💁 Backup foto anak-anak sekalian sih, soalnya memory hape ku udah tipis dan nggak punya hard disk atau laptop untuk tempat penyimpanan.
💁 Bukannya banyak ibu yang demen upload juga dan baik-baik aja?
Baca: 5 Seleb Mom Favorit
💁 Bukannya banyak ibu yang demen upload juga dan baik-baik aja?
Baca: 5 Seleb Mom Favorit
💁 Bisa sih backup di Google Drive jadi lebih aman dan bukan untuk konsumsi publik, tapi ribet ah. Upload di medsos jauh lebih gampang.
💁 Ya tujuan diciptakan media sosial memangnya untuk apa kalau bukan untuk share hal-hal yang dekat sama kita?
💁 Sekalian sharing. Aku kan suka upload foto anakku lagi makan sekalian berbagi resep MPASI atau cemilan.
Mostly itu sih alasan-alasannya. Alasan kalian termasuk dalam list di atas nggak? Atau punya alasan lain? Tenang, I don't judge for any reasons.
Kalau saya sendiri, #TeamYay. Saya upload foto anak-anak di media sosial. Alasannya ya 11-12 lah sama alasan temen-temen yang sudah saya jembreng itu. Ada tambahan alasan lagi:
Less ribet
Iya, dengan saya upload foto Ubii dan Aiden beserta info-infonya, itu lebih memudahkan buat saya ketimbang saya harus jabarkan tiap ada yang nanya. Yang paling kerasa itu tentang Ubii.
Orangtua-orangtua yang anaknya mengalami cerebral palsy seperti Ubii kadang suka nanya terapinya Ubii gimana, apa yang diajarkan terapisnya, posisinya gimana, dan lain-lain. Percayalah, menjelaskan sebuah posisi dengan kata-kata tanpa foto pendukung itu susah banget. Sesulit saya ngerem keinginan untuk punya tas Unicorn yang kata orang malah lebih kayak sapi.
Baca: 3 Hal Terboros
Baca: 3 Hal Terboros
Dengan ada foto, proses menjelaskan jauh lebih mudah.
"Ya kan orang nanya itu nggak harus dijawab."
Iya, setuju juga. Saya nggak punya kewajiban sama sekali untuk menjawab pertanyaan orang-orang. Tapi, saya pernah ada di posisi bingung dan butuh sharing orangtua lain dalam mengasuh Ubii. Saya pernah ada di posisi desperate karena temen-temen yang saya kenal semuanya punya anak yang sehat dan normal sehingga saya nggak tahu mau minta sharing sama siapa. Jadi yaaaa, kalau memang saya bisa kasih sharing yang mereka butuh, why not. As simple as that.
Dan itu akan less time-consuming buat saya kalau saya share di media sosial sekalian, jadi nggak cerita ke satu per satu.
Booster semangat
Masih tentang Ubii. Dulu, saya pesimis Ubii bisa duduk. Saya pesimis Ubii bisa punya progress mengingat badannya jaman bayi itu kaku nya minta ampun. Ubii baru bisa tengkurap di usia 13 bulan. Semua butuh proses dan habilitasi.
Saya yakin banget para orangtua yang punya anak kayak Ubii juga pasti pernah pesimis lah. Pasti pernah punya momen-momen nggak yakin anaknya bisa ini-itu dan jadi patah semangat.
Dengan saya share foto Ubii yang menunjukkan progress, sekecil apapun itu, ternyata bisa jadi booster semangat untuk special needs parents lain.
Ya seneng dong kalau dengan sekedar share foto aja saya bisa kasih perasaan positif untuk orang lain. Seneng bingit.
Realistis
Kenapa realistis? Karena kadang saya dapet job membuat sponsored post dengan brief yang harus ada foto/video anaknya. Kok realistis? Ya iya dong. Job kan artinya saya mendapat uang. Dan, ingat, uang tidak turun dari langit. LOL.
Baca: Endorsing Kids
Anggapan itu nggak bisa saya tampik juga karena memang Ubii dan Aiden membuka jalan saya untuk mendapatkan pemasukan tambahan dan saya butuh itu.
Baca: Istri Punya Penghasilan Sendiri, Yay Or Nay?
Meskipun saya sering banget upload foto anak di media sosial, tetap harus ada rambu-rambu untuk nggak upload foto anak saat telanjang/terlihat area vital.
Selain itu, anjuran lain yang saya baca ada:
Nggak mencantumkan informasi detil
Tapi ini saya susah sih. Huhuhu. Ubii terapi di mana, Aiden sekolah di mana gitu saya share di foto juga. Alasannya yang udah saya jembreng di atas, soalnya capek kalau jawab satu-satu yang juga sedang cari tempat terapi atau sekolah.
Jadi ya, bismillah aja. Lagipula Ubii terapi pasti ditunggui sampai selesai, nggak yang ditinggal lalu dijemput. Insyaallah aman. Guru-guru Aiden juga sudah hapal sama saya dan nanny, pun saya sudah pesan banget bahwa mereka hanya boleh melepas Aiden jika dijemput oleh saya atau nanny.
Yang jelas kalau alamat saya, nggak pernah saya sebar di media sosial. Paling cuma nama daerahnya aja.
Pakai watermark
Ini baru rutin kalau unggah foto nya di blog. Kalau di media sosial masih suka males. Ehehehe.
All in all, for whatever reasons you upload your kids' photos to social media, I won't judge because I do the same. Tapi mari tetap waspada dan hati-hati dengan cara kita masing-masing.
Kalau kalian #TeamYay atau #TeamNay upload foto anak di media sosial? Kenapa? Share yuks.
Love,
Realistis
Kenapa realistis? Karena kadang saya dapet job membuat sponsored post dengan brief yang harus ada foto/video anaknya. Kok realistis? Ya iya dong. Job kan artinya saya mendapat uang. Dan, ingat, uang tidak turun dari langit. LOL.
Baca: Endorsing Kids
"Ih, berarti kamu menjual anak?"
Anggapan itu nggak bisa saya tampik juga karena memang Ubii dan Aiden membuka jalan saya untuk mendapatkan pemasukan tambahan dan saya butuh itu.
Baca: Istri Punya Penghasilan Sendiri, Yay Or Nay?
***
Meskipun saya sering banget upload foto anak di media sosial, tetap harus ada rambu-rambu untuk nggak upload foto anak saat telanjang/terlihat area vital.
Selain itu, anjuran lain yang saya baca ada:
Nggak mencantumkan informasi detil
Tapi ini saya susah sih. Huhuhu. Ubii terapi di mana, Aiden sekolah di mana gitu saya share di foto juga. Alasannya yang udah saya jembreng di atas, soalnya capek kalau jawab satu-satu yang juga sedang cari tempat terapi atau sekolah.
Jadi ya, bismillah aja. Lagipula Ubii terapi pasti ditunggui sampai selesai, nggak yang ditinggal lalu dijemput. Insyaallah aman. Guru-guru Aiden juga sudah hapal sama saya dan nanny, pun saya sudah pesan banget bahwa mereka hanya boleh melepas Aiden jika dijemput oleh saya atau nanny.
Yang jelas kalau alamat saya, nggak pernah saya sebar di media sosial. Paling cuma nama daerahnya aja.
Pakai watermark
Ini baru rutin kalau unggah foto nya di blog. Kalau di media sosial masih suka males. Ehehehe.
All in all, for whatever reasons you upload your kids' photos to social media, I won't judge because I do the same. Tapi mari tetap waspada dan hati-hati dengan cara kita masing-masing.
Kalau kalian #TeamYay atau #TeamNay upload foto anak di media sosial? Kenapa? Share yuks.
Love,
Aku team yes
ReplyDeleteYes..buat dokumentasi :)
ReplyDeleteKalo hp di flash kan datanua ilang semua..untung ada foto di fb dan ig
Team yay, saat aiman lahir sampai tak bikinkan album khusus di fb. Begitupun juga dengan Aira.
ReplyDeleteMalahan keduanya tak buatkan khusus instagram dan kuprivat hehehe
#TeamYay karena:
ReplyDelete1. Foto yang diupload sudah difilter oleh ayah/ibu
2. Anak laki-laki, aurat lebih sedikit :D
3. Tidak ada informasi alamat tinggal/ sekolah, paling kalo ke playground atau ke taman cuma tag location di IG
4. Why not?
Tiap orang punya pilihan untuk memposting atau tidak. Dan tiap pilihan ada alasannya. Boleh2 saja, asal tidak berlebihan dan ada aturannya, ya mbak Grace :)
ReplyDeleteaku #TeamYeay sih Mak, kan aku juga bikin blog buat Juna... bahkan aku bikin akun IG khusus buat Juna, dan FB juga adaaa... takut sich terkadang...
ReplyDeletekalo saya sih #team yay. selama gak kasih caption informasi detail di foto sih kayanya gak gitu masalah yaa..dan selama gak upload foto yang terlalu 'terbuka'. kadang byk orang tua yang bangga karna anaknya montok terus dipakein baju yang seksi2 setelah itu di upload lah foto ke sosmed nah kalo kaya gitu agak ngeri sih..dan jangan pernah sepelein cerita si anak.kadang orang tua suka anggap angin lalu dengan tidak terlalu menanggapinya, terlebih krn dilakukan oleh org dekat, dan sebagian org tua menganggap itu lumrah, pdhl itu bisa jadi sebuah ancaman..
ReplyDeleteYay! ayu ting ting aja nutupin anaknya pake selimut akhirnya kebuka juga, Jesica iskandar awalnya seprotect itu akhirnya malah sering share anaknya *maafkan hamba gosip ini, haha*
ReplyDeleteYay dengan batasan lebih kurang seperti di atas. Suka dengan motivasi Mba Gesi buat sharing :).
ReplyDeleteKalau aku si YES mami Ubii..
ReplyDeleteBelum kepikiran sih tp aku suka upload foto adik2ku waktu kecil yang masih gemayyy
ReplyDelete#TeamNay
ReplyDelete.... soalnya belum punya anak... :-))
Aku team yes, hihi
ReplyDeleteAku yes, eh tapi skrng aku gk pernah jelas posting fotonya. Paling dari jauh, nampak samping ataun nampak belakang. Tapi menurutku sih asal gak kebuka bajunya dan gk nyantumin lokasi msh ajar ya mbak :D
ReplyDeleteYay! Malah punya IG khusus anak. Tapi foto yang di-upload sudah diseleksi dong. Dan selalu upload setelah pulang tanpa menjelaskan lokasi secara detail.
ReplyDeleteAku yeees, karena mereka ganteng, ha-ha-ha..minta ditimpuk mak Ges.
ReplyDeleteTim yay! Lets have funnn LOL!
ReplyDeleteAku yes aja selama tidak menuliskan informasi detil mengenai anakku hihihi...
ReplyDeleteEnjoy aja pokoke, neg apa2 dipikir ga boleh malah ribet sendiri ehhehe...
Aku semi yes semi no #apaancoba
ReplyDeleteSebenernya seneng ya posting foto-foto anak di sosmed. Selain untuk penyimpanan juga kasih tunjuk sanak dan kerabat yang jauh-jauh. Jadi mereka bisa liat perkembangan anak-anakku.
Tapi akhir-akhir ini agak gimandose gitu kalo post foto anak. Soalnya beberapa kali aku dikontak suspect pedofilia di sosmed gara-gara mereka kepo-kepo IG ku. Kalo FB memang aku lock dan gak sembarang accept friend request.
Gara-gara itu juga, jadinya aku agak-agak memabatasi akses sosmedku. Gak semua orang boleh liat foto-foto dokumentasi pribadiku.
Tapi sebenernya akhir-akhir ini jarang posting foto anak juga karena anaknya umek sendiri dan kalo difoto selalu ngeblurr sih. Hahahahahaha
Yes.. tapi gak sering-sering :)
ReplyDeleteNoted Gees
ReplyDeleteMenurut saya sih ok sampai batas tertentu. No mention detail sudah pasti. Alamat, sekolah, dll dll
Salam saya Gees
saya... #teamnay karena ngga tau siapa yang mau dipajang hahahaha (balada emak-emak yang belom punya anak)
ReplyDeletebtw gpp lho upload di sosmed tapi ya emang kudu sering rapiin friendlist, jaga privacy dll. hari gini lho, orang 'sakit' dimana-mana.
aku pilih #TeamYay, karena aku gak doyan kulineran macem2 endebreh endebreh jadi yg bisa dipajang ya foto anakku thok lol tapi majang fotonya pun pake rambu2 lalu lintas yg merah kuning ijo yesss
ReplyDeleteAku juga #TeamYay!
ReplyDeleteSetuju banget dengan alasan upload foto anak di sosmed itu karena mereka yang paling dekat dengan kita. Cuma memang aku pasang aturan sendiri dalam mengaplot foto anak. Misalnya nggak upload foto anak saat mandi, lagi marah, nangis atau ngambek. Oh ya, aku juga nggak pernah check in on the spot ketika upload. Cari aman, bro! Hihi (:
Aku sih Pilih "YESSSSS"
ReplyDeleteNay... for documentation i prefer the old way.
ReplyDeleteNo one can steal.. especially for negative porpose.
And nobody can jugde me 'alay' 'exploitasi anak' or the other things.
Peace.