Tentang seseartis slash seseustadzah yang ragu sama vaksin itu kan sebenernya udah berita lama yah. Tapi baru-baru ini mencuat lagi dong karena anak keduanya masuk rumah sakit karena campak. First of all, semoga lekas sembuh. Anak sakit itu emang pedih banget. So really, I wish a speedy recovery.
Second of all, katanya (kata media online, btw) anak beliau campak sampai opname karena beliau memilih untuk tidak vaksin. Dari sini saya sudah akan highlight standpoint saya dulu: saya pro vaksin banget! Kenapa?
Banyak orang menyayangkan pilihan Mbak OSD untuk tidak memvaksin. Banyak pula yang sejalan dan mendukung beliau. As much as I wanna respect people's choices, untuk urusan yang satu ini, saya susah untuk nggak ikut menyayangkan.
Since ini postingan collab bareng Windi Teguh, jangan lupa baca dari kacamata Windi juga ya:
Since ini postingan collab bareng Windi Teguh, jangan lupa baca dari kacamata Windi juga ya:
Yes, saya tertarik banget bahas tentang vaksin di blog biar sekalian bisa ngejembreng hasil-hasil yang saya dapatkan saat diundang menghadiri sarasehan Penuhi Hak Anak Untuk Hidup Sehat Melalui Imunisasi bulan April lalu dalam rangka Pekan Imunisasi Dunia. I think many people should know isi sarasehan nya.
Sepanggung sama Mba Ira Koesno, wajib dipamerkan LOL! |
Buat yang baru pertama kali main ke blog saya, harus disclaimer dulu nih. Saya bukan dokter yah. Cuman buibu yang akrab sama banyak dokter dan tenaga kesehatan lain nya karena sering main ke rumah sakit dan karena saya punya support group yang ada hubungan nya sama kesehatan.
Ok. That disclaimer should be enough.
Pola parenting saya sih santai. Nggak harus plek-ketiplek sama teori parenting, lihat-lihat sikon riil nya juga. Tapi tetap sesekali baca dan cari artikel atau ikut seminar parenting biar tetep punya guidance dari yang sudah lebih paham. I'm a flexible mom, tapi saya merasa tetap perlu tahu kapan waktu nya butuh konsultasi atau butuh treatment dari tenaga kesehatan.
Baca: Konsultasi Speech Delay Pada Anak, Pengalaman Aiden (21 Bulan) - Mini Giveaway!
Baca: Konsultasi Speech Delay Pada Anak, Pengalaman Aiden (21 Bulan) - Mini Giveaway!
Pola parenting santai saya sangat kentara dari, misalnya, pemberian MPASI Aiden. Nggak ngoyo harus homemade. Kalau emang sudah GTM level akut, KFC comes to the rescue. Ngusahain Aiden mau makan sambil duduk di baby chair nya. Tapi ketika dia malah jadi sebal, yaudah sana sambil main sepeda Sarimin asal bisa makan.
Atau dari toilet training. Nggak ngoyo harus sudah bisa pipis dan pup sendiri di kamar mandi atau di potty. Emang bocahnya belum mau banget, yaudah masih pakai diapers. Tapi rutin banget diganti, nggak harus nunggu penuh dulu. Iya, boros, tapi dana diapers masih aman, so it doesn't matter.
Itu cuman 2 contoh dari pola parenting saya yang santai dan banyak celah nya.
Tapi, biar pun santai begini, ada 2 hal yang saya taati dan percaya banget: start MPASI itu saat bayi 6 bulan (bukan sebelumnya, walaupun bayi tampak mupeng parah saat emak bapaknya makan, say no to pisang kerok walaupun katanya bayi-bayi di desa umur 3 hari dikasih pisang kerok aja sehat dan montoq) dan imunisasi itu hukumnya wajib.
Wajib di kamus saya, tentu nya.
Karena judulnya aja tentang vaksin, maka marilah kita tidak bahas MPASI.
Vaksin itu sangat amat super duper penting!
LOGIC #1
Logika sederhana, paling sederhana, kalau itu tidak penting, ya masa dokter dari seluruh belahan dunia menggalakkan imunisasi?
Kalau vaksin lebih banyak mudharat ketimbang manfaat nya, ya masa pemerintah menggalakkan imunisasi sebagai program pemerintah?
Kalau vaksin itu tidak memberi manfaat baik, ya masa Kementrian Kesehatan mau spare triliunan rupiah untuk kasih subsidi agar vaksin-vaksin wajib bisa dinikmati dengan gratis di puskesmas dan posyandu untuk menjangkau keluarga-keluarga dari kalangan menengah ke bawah?
Gila apa pemerintah spare dana yang enol nya berderet-deret kalau nggak ada tujuan nya?
Dan ingat, Kementrian Kesehatan itu punya banyak tim kompeten untuk merumuskan program-program mereka. Bahkan imunisasi ada Subdit nya sendiri. Sudah pasti lah mereka memasukkan imunisasi dalam agenda penting berdasarkan scientific and logical reasons.
Itu 'hanya' Kementrian Kesehatan. Lalu, ingat ada IDAI, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Di dalam jajaran IDAI itu dokter-dokter anak keren. Masa iya mereka akan segetol itu mempromosikan imunisasi kalau unfaedah?
Bahkan, IDAI sampai bikin tabel jadwal imunisasi yang rutin di-update loh saking mereka ingin kita, masyarakat Indonesia, sebisa mungkin tidak terlambat mengimunisasikan anak-anak kita, generasi penerus bangsa ini.
Itu deh logika paling tersederhana.
LOGIC #2
Nggak mungkin bisa sampai ada landasan hukum nya kalau memang imunisasi itu nggak penting.
Talk about these to be clear:
Nuff said.
Imunisasi itu sebenernya apa sih?
Imunisasi adalah upaya untuk menimbulkan kekebalan secara aktif terhadap penyakit infeksi.
Tujuan nya secara garis besar?
Biar kalau someday terpajan penyakit, kita/anak tidak sakit. ATAU, jika sakit pun, biar sakit nya hanya ringan.
Biar afdol saya jembreng semua sekalian:
💜 Menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
💜 Menciptakan herd immunity (kekebalan kelompok) dengan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata di setiap daerah (80% dari total populasi).
💜 Menciptakan kesadaran yang dimulai dari tiap keluarga bahwa anak yang tidak diimunisasi berisiko menjadi sumber penularan penyakit bagi anak-anak yang lain.
💜 Membangun kekebalan secara aktif terhadap penyakit infeksi.
Beberapa alasan dari golongan yang nggak excited sama vaksin, biasanya gini:
💜 Menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
💜 Menciptakan herd immunity (kekebalan kelompok) dengan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata di setiap daerah (80% dari total populasi).
💜 Menciptakan kesadaran yang dimulai dari tiap keluarga bahwa anak yang tidak diimunisasi berisiko menjadi sumber penularan penyakit bagi anak-anak yang lain.
💜 Membangun kekebalan secara aktif terhadap penyakit infeksi.
Beberapa alasan dari golongan yang nggak excited sama vaksin, biasanya gini:
🙅 Ah, buat apa imunisasi? Dulu nabi-nabi juga nggak divaksin nyatanya nggak papa.
😐 DOH, like seriously?! Nabi hidup di zaman kapan? Kita hidup di tahun berapa ini? Dulu zaman nabi udara dan lingkungan masih asri, segar, dan bersih. Sekarang gimana? Penyakit, virus, dan bakteri berkembang. Makin banyak! Nggak relevan nya level kebangetan kalau di-relate sama zaman nabi-nabi dong.
🙅 Ya kalau anak sakit mah takdir. Nyatanya anak si A udah diimunisasi Campak juga masih bisa kena Campak.
😐 Please see point Tujuan di atas. Imunisasi memang tidak menjamin 100% anak lantas tidak akan jatuh sakit sama sekali. Tapi, at least ketika sakit, biar nggak parah-parah amat. Anak sakit, iya, itu takdir. Tapi imunisasi adalah ikhtiar untuk menjemput takdir berupa kesehatan.
🙅 Yah, kan mihil....
😐 Aduh, itu lihat, pemerintah menggratiskan banyak sekali jenis vaksin. Sudah gratis, alasan apa lagi?
🙅 Abis puskesmas atau posyandu nya jauh
😐 Ke mall juga jauh, tapi semangat ya? Hmmm 😏
🙅 Abis pemerintah nggak subsidi semua vaksin sih, kantor juga nggak reimburse vaksin.
😐 Makanya nabung. Bisa beli hafiz doll, pake nya iPhone, hobi nya staycation yang juta-jutaan tapi kok ogah-ogahan menabung buat ikhtiar kesehatan itu gimana coba? Hah.
🙅 Anakku nggak vaksin juga sehat-sehat aja kok so far.
😐 Nah, di point ini, marilah kita belajar untuk tidak egois. Memberikan imunisasi pada anak itu manfaat nya bukan hanya untuk anak kita sendiri. Ingat herd immunity.
🙅 Abis kasihan anak kalau rewel atau demam pasca imunisasi.
😐 Rewel, demam ringan, lokasi imunisasi bengkak atau merah itu tidak apa-apa. Bisa diredakan dengan obat pereda gejala. Bukan alasan untuk tidak imunisasi lah ah.
🙅 Masih sangsi apakah menurut agama itu penting.
😐 Nih saya kasih tahu. Sarasehan Pekan Imunisasi Dunia yang saya hadiri April lalu itu mendatangkan narasumber yang semuanya tidak main-main.
Untuk kasih penjelasan dari segi agama, nggak tanggung-tanggung, yang dihadirkan adalah Imam Besar Masjid Isqtiqlal, Prof. dr. Nasaruddin Umar.
Tahu nggak Pak Nasaruddin bilang apa?
Sumpah, saya terharu dan hangat banget denger nya. And so as the other audience yang langsung tepuk tangan mendengar ucapan beliau.
Mungkin kata-kata nya tidak pas, tapi poin nya, trust me I still remember it very well!
Sebenarnya jihad yang sesungguhnya itu BUKAN tentang mengambil nyawa orang lain, NAMUN tentang menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa orang lain tanpa peduli apa ras, agama, suku, warna kulit, dan kepercayaan mereka. Itu jihad yang sebenar-benar nya.
Masih kata beliau,
Imunisasi adalah sesuatu yang memiliki tujuan untuk kebaikan. Untuk mencegah penyakit. Untuk menyehatkan manusia.
Lanjut, masih mengutip kata Prof. dr. Nasaruddin Umar,
Jika ada pilihan yang halal, tentu ambil lah yang halal. Namun jika solusi satu-satu nya mengandung unsur haram atau najis, jika memang hanya itu saja satu-satu nya solusi yang tersediaa, maka dari segi agama, itu boleh. Sekarang ini banyak yang suka memelintir ayat untuk mengajak orang lain ikut-ikutan antivaksin. Sungguh sangat disayangkan.
I think, his words should be enough to explain a lot, especially from the religion point of view ya.
Untuk teman-teman Muslim, hal-hal berikut ini juga saya dapatkan dari sarasehan Pekan Imunisasi Dunia:
Fakta umum
Saat ini ada sekitar 1,7 milyar penduduk Muslim di seluruh belahan dunia. Oleh karena itu, secara global, kandungan vaksin yang ada hampir semuanya terdiri dari kandungan zat halal.
Fatwa MUI No. 4 Tahun 2016
Ajaran Islam sangat mendorong umatnya untuk senantiasa menjaga kesehatan, yang dalam praktik nya dapat dilakukan melalui upaya preventif agar tidak terkena penyakit, yaitu dengan imunisasi.
QS. Al. Maidah ayat 32
Barang siapa menghidupkan seseorang, maka dia bagaikan menghidupkan manusia semuanya.
QS. Al. Baqarah ayat 173
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kaidah-kaidah Fiqh
Dharar (bahaya) harus dicegah sedapat mungkin dan harus dihilangkan. Mencegah lebih utama daripada menghilangkan. Darurat membolehkan hal-hal yang dilarang, namun dibatasi sesuai kadar kebutuhan nya. Hajat yaitu kondisi terdesak yang apabila tidak diimunisasi maka dapat menyebabkan penyakit atau kecacatan pada seseorang.
Jadi, apa lagi alasan untuk tidak melakukan imunisasi?
Apa?
Apa?
Apa?
Vaksin dasar, gratis. Tinggal cek jadwal puskesmas atau posyandu. Nggak tahu harus kasih vaksin apa saja di usia sekian, cukup googling sebentar pakai keyword jadwal imunisasi rekomendasi IDAI maka akan keluar tabel jadwal. Masa kuota internet nya cuman buat mantengin akun gosip doang?
Baca: Silly Convo #4 - Stop Lambeturah!
Jangan bilang alasan nya karena ertong idola kalian juga nggak #TeamYay untuk imunisasi. If it's the case, then CARI JUNJUNGAN BARU 👻
Males googling berita, males update kondisi dunia terkini, oke lah. Tapi, jangan malas untuk berusaha cari tahu tentang hal-hal yang berkaitan sama well-being anak dong.. Anak itu lahir dengan banyak hak loh, salah satu nya hak mendapatkan akses kesehatan. Seorang manusia dikatakan masih 'anak' itu sampai mereka berusia 18 tahun.
So, yes, it is parents' responsibility untuk menyehatkan mereka. It is OUR responsibility fully!
Untuk keluarga yang secara finansial masih sangat berjuang, I can understand kalau tidak mengambil vaksin-vaksin yang nggak disubsidi pemerintah seperti Rotavirus, PCV, dan lain-lain dengan alasan nggak ada dana. I really do understand.
Tapi untuk keluarga-keluarga kelas menengah yang memakai excuse nggak ada dana, really? Apa betul setidak ada itu? Atau, itu hanya kesimpulan semu yang lahir dari alasan-alasan yang diada-adakan?
(Sorry for being a bit harsh and blunt this time, abis saya gemes kalau ada temen yang saya tahu sebenernya mampu tapi alasan nya nggak ada dana buat imunisasi. Padahal outfit nya koleksi Ria Miranda 😶)
Bicara tentang vaksin, bukan cuman anak-anak kita aja loh yang butuh vaksin. Simbok nya juga butuh.
Iya, ibu-ibu juga butuh vaksin!
Ini termasuk OOT nggak ya? 😂
Untuk perempuan-perempuan, please ayo menabung untuk vaksin HPV. Vaksin untuk mencegah kanker serviks.
Iya, saya tahu dan setuju, harga nya nggak murah. Makanya saya bilang ayo menabung.
Baca: Tips Menabung Ibu Rumah Tangga Ala Gesi
1-2 bulan lalu, saya melakukan pap smear. Ini juga agenda penting yah untuk para perempuan yang sudah sexually active, repeat every 1-2 years. Puji syukur, alhamdulillah, hasil pap smear saya normal dan baik. Jadi follow up nya adalah vaksin HPV.
Baru kemaren banget saya abis vaksin HPV yang pertama. Ada 2 merk: Cervarix dan Gardasil. Cervarix berisi 2 strains HPV, meanwhile Gardasil berisi 4 strains HPV. Jadi saya ambil yang Gardasil sekalian.
Aturan pemberian nya adalah 3 kali dengan rumus 0-1-6:
💉 Vaksin kedua diberikan 1 bulan setelah vaksin pertama (tapi kata obsgyn saya boleh lah toleransi 2 bulan).
💉 Vaksin ketiga diberikan 6 bulan setelah vaksin pertama.
Biasanya ada yang nanya vaksin nya di mana, harga berapa, dan sama dokter siapa. So, saya jembreng sekalian nih.
Saya vaksin HPV di RS JIH Jogja dengan dr. Nurhadi Rahman, Sp.OG
Harga vaksin Gardasil IDR 960K dan harga vaksin Cervarix IDR 758K. Di rumah sakit lain mungkin bisa beda-beda. But kisaran nya segitu-gitu lah, so you'll get the picture perlu menabung berapa rupiah.
Dr. Adi ini komunikatif loh, recommended! Ini lah yang terjadi kemarin:
👨 Dok, saya mau vaksin HPV, sekalian nanya-nanya boleh ya, dok? Soalnya mau saya ceritain di blog dan medsos saya reminder dan ajakan untuk vaksin HPV.
👩 Wah, bagus itu. Lha mbok ayo (sorry saya nggak bisa translate ungkapan ini hahaha). Sus, sini, sus. Tolong fotokan.
(...suntik... suster sambil fotoin pakai hape dr. Adi...)
👨 Nomor hape nya berapa, Bu? Saya kirim foto-foto nya lewat WhatsApp. Ada WhatsApp, kan? Sama ini ya, jadwal untuk vaksin ke-2 dan ke-3 nya.
HAHAHA. Dokter nya asyique yah!
Tadaaaaaaa 😋
#GesiAnakVaksin
Vaksin HPV sudah bisa diberikan mulai anak berusia 11 tahun sebenarnya. Tapi, zaman kita kecil umur segitu dulu, belum ada kan seruan gencar untuk vaksin HPV.
Jadi diambil saat ini setelah kita sudah menikah dan punya anak, nggak apa-apa kok. Walaupun mungkin efek proteksi nya nggak seoptimal kalau diambil pada saat rekomendasi usia, it's still recommended to take. Begitu kata dokter dan kata staff Kemenkes Subdit Imunisasi yang saya tanyai.
So here' some notes to sum up:
🎀 Untuk yang sudah sexually active, berarti ibu-ibu termasuk di dalam nya, pap smear dulu.
🎀 Setelah keluar hasil nya dan hasil nya ok, lanjut vaksin.
🎀 Kadang, nggak semua rumah sakit punya stok vaksin HPV yang ready. Jadi better telpon dulu untuk memastikan atau pesan dulu biar sampai rumah sakit nggak kecele.
🎀 Sekalian bikin appointment sama obsgyn yang akan memberikan vaksin HPV nya.
🎀 Pastikan sedang tidak hamil.
🎀 Catat jadwal untuk next vaksin.
🎀 Vaksin HPV diberikan 3x dengan rumus 0-1-6.
Pertanyaan yang perlu ditanyakan sebenernya bukan "Kenapa vaksin?" karena udah jelas banget lah tujuan dan manfaat imunisasi itu baik.
The question should be, "Kenapa kamu nggak mau vaksin?"
Saya harap kamu makin mantap untuk imunisasi setelah baca tulisan ini, ya. Kalau ada temen yang masih ragu-ragu untuk kasih vaksin ke anak-anaknya, yuk dishare tulisan ini ke mereka.
Karena kesuksesan program imunisasi itu sangat butuh partisipasi masyarakat. Nggak bisa cuman menyerahkan pada pemerintah dan tenaga kesehatan doang. Nggak bisa.
Makanya, ayo edukasi ke temen-temen yang masih butuh diedukasi!
Cus!
Love,
Beberapa poin diambil dari notulensi materi sarasehan Penuhi Hak Anak Untuk Hidup Sehat Melalui Imunisasi, 29 April 2017 - dicatatkan oleh team saya dari Rumah Ramah Rubella, Mbak Hilda. Notulensi selengkapnya bisa dibaca di Page Facebook Rumah Ramah Rubella, yah.
Untuk teman-teman Muslim, hal-hal berikut ini juga saya dapatkan dari sarasehan Pekan Imunisasi Dunia:
Fakta umum
Saat ini ada sekitar 1,7 milyar penduduk Muslim di seluruh belahan dunia. Oleh karena itu, secara global, kandungan vaksin yang ada hampir semuanya terdiri dari kandungan zat halal.
Fatwa MUI No. 4 Tahun 2016
Ajaran Islam sangat mendorong umatnya untuk senantiasa menjaga kesehatan, yang dalam praktik nya dapat dilakukan melalui upaya preventif agar tidak terkena penyakit, yaitu dengan imunisasi.
QS. Al. Maidah ayat 32
Barang siapa menghidupkan seseorang, maka dia bagaikan menghidupkan manusia semuanya.
QS. Al. Baqarah ayat 173
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kaidah-kaidah Fiqh
Dharar (bahaya) harus dicegah sedapat mungkin dan harus dihilangkan. Mencegah lebih utama daripada menghilangkan. Darurat membolehkan hal-hal yang dilarang, namun dibatasi sesuai kadar kebutuhan nya. Hajat yaitu kondisi terdesak yang apabila tidak diimunisasi maka dapat menyebabkan penyakit atau kecacatan pada seseorang.
***
Jadi, apa lagi alasan untuk tidak melakukan imunisasi?
Apa?
Apa?
Apa?
Vaksin dasar, gratis. Tinggal cek jadwal puskesmas atau posyandu. Nggak tahu harus kasih vaksin apa saja di usia sekian, cukup googling sebentar pakai keyword jadwal imunisasi rekomendasi IDAI maka akan keluar tabel jadwal. Masa kuota internet nya cuman buat mantengin akun gosip doang?
Baca: Silly Convo #4 - Stop Lambeturah!
Jangan bilang alasan nya karena ertong idola kalian juga nggak #TeamYay untuk imunisasi. If it's the case, then CARI JUNJUNGAN BARU 👻
Males googling berita, males update kondisi dunia terkini, oke lah. Tapi, jangan malas untuk berusaha cari tahu tentang hal-hal yang berkaitan sama well-being anak dong.. Anak itu lahir dengan banyak hak loh, salah satu nya hak mendapatkan akses kesehatan. Seorang manusia dikatakan masih 'anak' itu sampai mereka berusia 18 tahun.
So, yes, it is parents' responsibility untuk menyehatkan mereka. It is OUR responsibility fully!
Untuk keluarga yang secara finansial masih sangat berjuang, I can understand kalau tidak mengambil vaksin-vaksin yang nggak disubsidi pemerintah seperti Rotavirus, PCV, dan lain-lain dengan alasan nggak ada dana. I really do understand.
Tapi untuk keluarga-keluarga kelas menengah yang memakai excuse nggak ada dana, really? Apa betul setidak ada itu? Atau, itu hanya kesimpulan semu yang lahir dari alasan-alasan yang diada-adakan?
(Sorry for being a bit harsh and blunt this time, abis saya gemes kalau ada temen yang saya tahu sebenernya mampu tapi alasan nya nggak ada dana buat imunisasi. Padahal outfit nya koleksi Ria Miranda 😶)
Bicara tentang vaksin, bukan cuman anak-anak kita aja loh yang butuh vaksin. Simbok nya juga butuh.
Iya, ibu-ibu juga butuh vaksin!
Ini termasuk OOT nggak ya? 😂
Untuk perempuan-perempuan, please ayo menabung untuk vaksin HPV. Vaksin untuk mencegah kanker serviks.
Iya, saya tahu dan setuju, harga nya nggak murah. Makanya saya bilang ayo menabung.
Baca: Tips Menabung Ibu Rumah Tangga Ala Gesi
1-2 bulan lalu, saya melakukan pap smear. Ini juga agenda penting yah untuk para perempuan yang sudah sexually active, repeat every 1-2 years. Puji syukur, alhamdulillah, hasil pap smear saya normal dan baik. Jadi follow up nya adalah vaksin HPV.
Baru kemaren banget saya abis vaksin HPV yang pertama. Ada 2 merk: Cervarix dan Gardasil. Cervarix berisi 2 strains HPV, meanwhile Gardasil berisi 4 strains HPV. Jadi saya ambil yang Gardasil sekalian.
Aturan pemberian nya adalah 3 kali dengan rumus 0-1-6:
💉 Vaksin kedua diberikan 1 bulan setelah vaksin pertama (tapi kata obsgyn saya boleh lah toleransi 2 bulan).
💉 Vaksin ketiga diberikan 6 bulan setelah vaksin pertama.
Biasanya ada yang nanya vaksin nya di mana, harga berapa, dan sama dokter siapa. So, saya jembreng sekalian nih.
Saya vaksin HPV di RS JIH Jogja dengan dr. Nurhadi Rahman, Sp.OG
Harga vaksin Gardasil IDR 960K dan harga vaksin Cervarix IDR 758K. Di rumah sakit lain mungkin bisa beda-beda. But kisaran nya segitu-gitu lah, so you'll get the picture perlu menabung berapa rupiah.
Dr. Adi ini komunikatif loh, recommended! Ini lah yang terjadi kemarin:
👨 Dok, saya mau vaksin HPV, sekalian nanya-nanya boleh ya, dok? Soalnya mau saya ceritain di blog dan medsos saya reminder dan ajakan untuk vaksin HPV.
👩 Wah, bagus itu. Lha mbok ayo (sorry saya nggak bisa translate ungkapan ini hahaha). Sus, sini, sus. Tolong fotokan.
(...suntik... suster sambil fotoin pakai hape dr. Adi...)
👨 Nomor hape nya berapa, Bu? Saya kirim foto-foto nya lewat WhatsApp. Ada WhatsApp, kan? Sama ini ya, jadwal untuk vaksin ke-2 dan ke-3 nya.
HAHAHA. Dokter nya asyique yah!
Tadaaaaaaa 😋
#GesiAnakVaksin
Vaksin HPV sudah bisa diberikan mulai anak berusia 11 tahun sebenarnya. Tapi, zaman kita kecil umur segitu dulu, belum ada kan seruan gencar untuk vaksin HPV.
Jadi diambil saat ini setelah kita sudah menikah dan punya anak, nggak apa-apa kok. Walaupun mungkin efek proteksi nya nggak seoptimal kalau diambil pada saat rekomendasi usia, it's still recommended to take. Begitu kata dokter dan kata staff Kemenkes Subdit Imunisasi yang saya tanyai.
So here' some notes to sum up:
🎀 Untuk yang sudah sexually active, berarti ibu-ibu termasuk di dalam nya, pap smear dulu.
🎀 Setelah keluar hasil nya dan hasil nya ok, lanjut vaksin.
🎀 Kadang, nggak semua rumah sakit punya stok vaksin HPV yang ready. Jadi better telpon dulu untuk memastikan atau pesan dulu biar sampai rumah sakit nggak kecele.
🎀 Sekalian bikin appointment sama obsgyn yang akan memberikan vaksin HPV nya.
🎀 Pastikan sedang tidak hamil.
🎀 Catat jadwal untuk next vaksin.
🎀 Vaksin HPV diberikan 3x dengan rumus 0-1-6.
***
Pertanyaan yang perlu ditanyakan sebenernya bukan "Kenapa vaksin?" karena udah jelas banget lah tujuan dan manfaat imunisasi itu baik.
The question should be, "Kenapa kamu nggak mau vaksin?"
Saya harap kamu makin mantap untuk imunisasi setelah baca tulisan ini, ya. Kalau ada temen yang masih ragu-ragu untuk kasih vaksin ke anak-anaknya, yuk dishare tulisan ini ke mereka.
Karena kesuksesan program imunisasi itu sangat butuh partisipasi masyarakat. Nggak bisa cuman menyerahkan pada pemerintah dan tenaga kesehatan doang. Nggak bisa.
Makanya, ayo edukasi ke temen-temen yang masih butuh diedukasi!
Cus!
Love,
Beberapa poin diambil dari notulensi materi sarasehan Penuhi Hak Anak Untuk Hidup Sehat Melalui Imunisasi, 29 April 2017 - dicatatkan oleh team saya dari Rumah Ramah Rubella, Mbak Hilda. Notulensi selengkapnya bisa dibaca di Page Facebook Rumah Ramah Rubella, yah.
Suami pny temen yg anaknya ngga divaksin semua (anaknya 4) bukan karena anti vaksin, simply karena dia bilang vaksin mahal banget dan dia ngga mampu, jangankan untuk vaksin buat makan aja susah.. :( sad but true, padahal di puskesmas/posyandu banyak vaksin gratis yg diberikan utk org ngga mampu, dan org2 itu juga kurang teredukasi utk pergi ke puskesmas/posyandu.
ReplyDeleteKl ada org mampu secara financial & ngga mau anaknya di vaksin itu bikin aku bertanya2 sih...
KalOK msh ada yg ga tergugah stlh baca ini, ttp ga pengen anaknya divaksin, yo wislah... Biar jd urusan dia aja :( .. Cm berdoa anaknya g bakal kenapa2. Temenku jg ada bbrp yg begini ges. Tp akyg udh males nasehatin yg kepala batu gini.. Capek ngomongnya.. Malah berasa kita dianggab menghalalkan sesuatu yg haramlah.. Duuhhhh, demi kesehatan anak msh aja mikir pendek bgt gitu..
ReplyDeleteKalo ttg hpv, aku udh papsmear tp blm suntik huhuhu... Pdhl papsmearnya udh agustus thn lalu.. Masih bisa pake itu ato hrs papsmear lg ya? Mau vaksin jg nih.. Pokoknya thn ini hrs sediain dana utk itu.. Sereeem kalo udh dgr kata kanker serviks :(
setuju bangat sama tulisan mamy... kebetulan aku juga orang kesehatan, kmrin waktu vaksin azza aku harus nyari sana nyari sini vaksinnya kosong krn awal tahun.sampai was was kalau mau jadwal vaksin azza demam dan jadwalnya harus di undur.
ReplyDeleteinfonya sangat bermanfaat mamy..
Makasih banyak Mbak Gesi, saya selalu suka bgt baca tulisannya Mbak. Apalagi yg ini rasanya semua kata sungguh pas. Alhamdulillah saya juga pro vaksin untuk anak. Tp kebetulan belum pap smear dan vaksin HPV utk saya sendiri, jd tergugah dan ada niatan setelah baca ini. Many thanks pokoknya ya Mbak! :)
ReplyDeleteaku setuju nih, pro vaksin... mau nikah ajah imunisasi, masa anaknya enggak diimunisasi...hehe
ReplyDeleteTerima kasih pencerahannya Ges, alhamdulillah aku pro vaksin
ReplyDeleteAku punya temen yang antivaksin mbak. Biar kebal, anaknya dikasih madu. Karena aku sayang temenku, tulisanmu ini jadi senjataku buat ngasih tahu.
ReplyDeleteThanks ya mbak ges.
Ada lho mbak yg ga vaksin anaknya krn ga tega lihat anaknya nangis waktu disuntik. Bikin geregetan banget deh alasannya.
ReplyDeleteAku Bismillah pro vaksin sih mbak. Cuma jujur ya, aku agak parno kalo mau vaksin, takut nanti si dedek badannya panas. Kalo panas jadi rewel. Saya panikan banget kalo anak rewel, apalagi anak pertama :(
ReplyDeleteSama mba..suka gemes jg klo ada yg bilang "anakku gk apa2 tu gk divaksin", "zaman dulu gk ada vaksin tp penyakit gk aneh2 ky zaman skrg" Rasanya Hrrrrrr..emosi dengernya. Aku mau vaksin HPV ni mba. Tp deg2an sm pap smearnya..Deg2an ky mw periksa dalam 😧
ReplyDeletehallo, mbak gesss. .
ReplyDeletekalau untuk yang belum sexually active, langsung hpv atau tetep butuh pap smear dulu atau bagaimana, ya?
Kl belum married, lsg hpv aja kok, ga perlu pap smear dl. Soalnya saya jg gt. Semoga membantuu
DeleteSatu-satunya alasanku ragu vaksin adalah... Aku takuuuttt jarum suntik...!!! ��
ReplyDeleteTapi anakku Alhamdulillah udah vaksin kok.. Minimal yang IDL. Di puskesmas aja yang gratis! Sama aja menurutku ��
Nice post mam Gesi, reminder buat semua :)
ReplyDeleteini kali kedua aku baca postingan mom ges, setelah td pagi aku baca d kantor. mencoba memahami kata per kata..utk vaksin IDL aku pro bgt. tp utk yg vaksin tambahan macam rota, influenza, dan semacamnya aku masih agak mikir..krn yg kasus pembuatan vaksin palsu kmrn itu kan d derahku dan penyebarannya cukup meresahkan, mulai dr klinik, bidan, smp RS yg udh punya nama ikut keseret pakai vaksin palsu..jd scara pribadi agak mengurangi tingkat keyakinanku buat kasih vaksin tambahan ke anakku. dan utk vaksin HPV, aku msh dlm tahap ngumpulin keberanian buat berani papsmear..hehe.
ReplyDeleteNambahin 1 lagi Mom. Herd immunity yang Mom Ges tulis di atas itu juga penting. So sad but true, meski anak kita divaksin, tapi kalau lingkungan sekitarnya nggak, maka penularan virus nya juga akan lebih lagi. Jadi penting juga untuk mengedukasi orang sekitar.Anyway aku udah lama ga cek jadwal vaksin Sara:((, bukunya nyelip entah kemana, hiks, mg masih bisa di cek via rekam medis lah. Thanks Mom Ges infonya
ReplyDeleteBener..sedih bgt. Dan ini kejadian sama anakku, anakku tertular TB, dan skrg dlm pengobatan..hikss
DeleteSalah fokus ama.celana jeansnya..ucul anett.maam
ReplyDeleteYg sedih kalau udh kena polio lalu ga ambil vaksin..waktu g bisa diputar ulang
Bisa beli hafiz doll, pake nya iPhone, hobi nya staycation yang juta-jutaan tapi kok ogah-ogahan menabung buat ikhtiar kesehatan itu gimana coba?
ReplyDeleteNgena banget nih!!
Saya malah curiga golongan anti vaksin ini malah sengaja dihembuskan untuk melemahkan golongan tersebut. Karena golongan ini juga biasanya anti memiliki asuransi kesehatan. Menurut saya riskan sekali. Tapi ya hidup itu pilihan.
ReplyDeleteAku Alhamdulillah pro vaksin. Salah satu yang bikin pro waktu itu emang baca soal herd immunity. Seneng banget ada yang nulis soal ini lengkap dijembreng beginiiiih. Tfs mamii
ReplyDeleteMau pap smear dulu deh baru vaksin, udah lama pengin pap smear nggak jadi-jadi.
ReplyDeleteKalki dan Kavin udah lengkap dong imunisasi dasarnya... Kalo emaknya belom hehehe... Udah tanya-tanya sih tentang Gardasil ini dan selalu rutin cek IVA di puskesemas desa secara gratis lagi. Mungkin nabung dulu ya... Doain segera tercapai bisa vaksin HPV. Kan tragis banget lihat berita dynamic and energetic entertainer kita mendiang Julia Perez. RIP Jupe.
ReplyDeleteAku pro vaksin.
ReplyDeleteIjin share di Twitter ya mom
ReplyDeleteSuka banget tulisan ini.
ReplyDeleteInformatif & edukatif 👍👍
Mom, aku provaksin. Tapi, suami antivaksin. Ya Allah... Suami melarang, istri bisa apa. Cuma nangis. Tapi ak tetep ikhtiar. Ank pertamaku lolos imunisasi dasar. Anak kedua kalo udah jadwal vaksin bikin nyesek di hati. Share pglaman ya bunda yg mnglami hal sama ky aku
ReplyDeletesaya sebagai tenaga kesehatan sangat pro vaksin
ReplyDeleteSebel banget kalau ada tenaga kesehatan yang justru antivaks. Dengan embel-embel kesehatan 'kan jadi lebih mudan memelintir orang-orang di dekatnya. Huhu.
ReplyDeleteSekalian mau nambah,kalau ada lagi alasan yang diutarakan antivaks. Antara lain:
ReplyDelete"Ini ada research paper yang menyatakan bahwa vaksin it begini gini gini...."
"Vaksin hanyalah mesin mengraup keuntungan perusahaan farmasi besar!"
"Dokter cuma *maaf* pembunuh bayaran/orang jahat yang Tak punya hati! Mereka hanya ingin uang dan tidak memikirkan bahaya!"
"Vaksin bisa menyebabkan penyakit in ini ini...[sambil nulis daftar panjang adverse event and effect dari vaksin]"
"Vaksin mengandung senyawa [nulis daftar senyawa yang terkandung dalam vaksin sambil ga mikirin tentang dosis]"
Dan masih banyak lagi...
Aku bisa saja debunked perkataan tersebut,but not know. Intinya,saya miris membaca alasan ke 2 dan 3. Keseeel pembawaannya. Kayak,suudzon banget gitu. Miris deh (tapi ngapain dibaca ya?).
Bagus kak informasinya. lanjutkan. https://garmentjogja.com/bikin-polo-shirt-jogja/
ReplyDeleteterimakasih atas infonya semoga bermanfaat. https://shopee.co.id/Madu-Anak-Speech-Delay-SQUABUMIN-BPOM-Asli-Bantu-Atasi-Speach-Delay-Si-Kecil-i.544441521.10460786593
ReplyDelete