Minggu lalu saya nulis hal-hal yang dilakukan Adit yang bisa bikin saya happy walaupun sederhana. Topik itu gantian bakal ditulis sama Adit yah untuk Diari Papi Ubii kali ini.
Lagi nggak bisa panjang-panjang kasih prakata. Adit juga lagi nggak prima nulis panjang karena dia bikin ini di kereta. Langsung aja yaah!
In war, events of importance are the result of trivial causes - Julius Caesar
Setelah membaca postingan Grace tentang favorite things dari saya, I was challenged to write the same. Okay then, challenge accepted. Tapi punya saya agak beda. Alih-alih kebiasaan, saya akan me-list kualitas dari Grace yang menurut saya sangat berarti buat saya. Ngga serta-merta hal tersebut kudu grandeur atau life-changing attitude. Malah kebanyakan list ini datang dari trivialities alias hal-hal remeh. Mungkin Grace-nya sendiri nggak nyadar kalo some of her qualities affect me in so many ways.
Dari dulu saya sangat tertarik dengan hal trivial. Fakta-fakta remeh yang dirasa nggak penting. According to Howard Jacobson, many a trivial novel has been written about an important subject, and many a profound one about nothing in particular. Tengok saja bagaimana Haruki Murakami bisa menghabiskan belasan halaman hanya untuk membahas otot kaku di novel gacoan doi 1Q84. Ya, hal trivial, jika kita amati dengan seksama, akan menjadi hal yang menarik. Begitu pula dengan sifat manusia yang kadang lepas fokus di kesan pertama.
Nggak usah banyak cing cong, here we go.
High amount of curiosity
Grace itu orangnya rada hah-hoh. Ini sudah rahasia umum ya. Hahaha. Oon-nya itu dalam hal yang sebenernya mungkin orang-orang sudah pada tahu, cuma dia sendiri yang belum tahu. Seperti contoh: dia ngga tahu kalau iOS 11 di hapenya dia bisa scan dokumen, atau intensitas cahaya senter di iPhone bisa diatur. Atau ketidaktahuan dia bahwa Pablo lebih enak daripada Han-Ji adalah sebuah fakta. Atau tebakan bodoh dia bahwa instumen dominan yang dipakai oleh grup post-rock Explosion in the Sky adalah biola.
I know such feeling annoys her. But the good thing is, dia nggak pernah segan buat tanya, atau cari tahu, dan dia nggak malu buat mengakui bahwa dia nggak tahu. This is what makes me fall in love with her over and over again: her thrive for knowledge, tanpa ditutupi kegengsian.
Attentive to details
Banyak orang bilang kalau mau cari pasangan hidup, carilah yang melengkapimu, jangan sekedar yang menyamaimu. Nah, mungkin sudah pernah dibahas di tulisan saya atau Grace sebelum ini - saya dan Grace itu sangat jauh berbeda, as if we are living in two different worlds - in regards of taste or choice.
Beda pula di pola pikir. Saya lebih cenderung melihat bigger picture, sedangkan Grace ini memerhatikan hal-hal kecil. Let’s say saat kami liburan ke Bali kemarin, saya kasih ide mau kemana aja, sedangkan Grace lebih perhatian ke hal seperti barang apa saja yang perlu dibawa, mau stop dimana aja, dan lain sebagainya. Begitu pula dengan urusan rumah. A-Z mostly udah dipikirin sama Grace. Saya nggak bisa bayangin kalau Grace juga tipikal orang yang mentingin grand-design macem saya. Pasti banyak berantemnya. Tapi sekarang sudah banyak berantem juga ding. Hahaha...
Baca: Bertengkar Karena Capek
Caring
Kebanyakan orang yang nggak kenal Grace banget pasti nggak nyangka kalau doi orangnya caring banget. Well, it could be guessed sih dengan dia mendirikan Rumah Ramah Rubella - yang mana dia care banget sama teman-teman baik online maupun offline agar melek sama bahaya TORCH.
Tapi caringnya dia kadang ketutupan sifatnya yang straightforward. She speaks up her mind, kadang filter nggak dipake - thus orang-orang pada ngira Grace ini nyablak. Partially true sih LOL. She’s not everyone’s favorite in regards of manner.
Tapi sekalinya caring dia keluar, saya dibuat tergila-gila dengan pesonanya. Contoh kecil saja, mulai dari saya: selalu mengingatkan kalau saya sudah terlalu lelah bekerja dengan nelpon buat ingetin jangan capek-capek, atau jangan lupa minum air putih yang banyak biar nggak cepet sakit. Small gesture dia kadang unpredictable sih. Doi keliatan sibuk gitu, tapi kalo pas waktunya makan, Grace ngambilin saya makanan, padahal saya ngga minta. It makes me really happy (remeh banget ya).
Ke anak juga gitu. Saking ngerasa bersalahnya ninggal anak-anak pas Grace diopname 3 hari kemarin, Grace bela-belain mampir mall sebelum pulang rumah buat beliin mainan anak-anak. Padahal jalan aja belum becus. Kalau ke orang lain, contoh konkritnya adalah how she treats Pak Ogah yang beredar di u-turn atau perempatan yang ngga ada traffic light-nya. Grace selalu kasih mereka 2000 rupiah. Her occasional selflessness makes a perfect combination of duality for her alpha-female traits, which I really love.
Determined
Di antara orang yang saya kenal, Grace adalah salah satu orang yang paling determined kalau sudah punya tekad. Saat dia bertekad untuk menulis satu entri blog satu hari pun, she doesn’t take blogging lightly. Bisa dilihat dari kerjaan dia saat ada job: well prepared dan selalu deliver more than expected.
Menurut saya, cewek yang tahu apa yang dia mau itu, beyond sexy.
Hard-working
Kembali saat kami berjuang di awal pernikahan dan dikaruniai anak berkebutuhan khusus, saya dan Grace sempat bertukar peran dalam rumah tangga. Saya menjadi stay-at-home dad sedangkan Grace bekerja menjadi tutor bahasa Inggris. Pulang selalu sudah gelap.
Habis mandi kemudian istirahat? Enggak. Grace ngedon di kamar, mengerjakan pesanan bando dan pernak-pernik bayi. Ya, dia membuka usaha handmade craft. Saya hanya membantu membuatkan katalog digitalnya. Nggak jarang Grace baru tidur jam 2 hanya untuk menyelesaikan orderan ditemani bercangkir-cangkir kopi.
Saya tidak ingat dia pernah mengeluh. Tapi kalau dia udah capek, dia jadi sensi. Hal kecil saja bisa menyulut pertengkaran. Namun, dibalik semua itu, saya selalu mengagumi her tireless effort to fulfill Ubii’s rights as our daughter- dalam konteks ini, kehidupan yang layak.
Baca: Ibu Boleh Mengeluh Kok
Ada satu waktu yang nggak pernah saya lupa seumur hidup. Saat itu dia baru ngerjain craft pesenan then I asked her why we have to go through all of this. She simply answered: “Aku nggak punya waktu buat hobi, makannya, aku memperlakukan pekerjaanku sebagai hobi. Jadi ya kerasa seneng. Ngga kerasa kerja.”
Walaupun kata-kata itu mungkin sudah banyak tercetak di motivational poster, tapi sampai detik ini saya selalu pake kata-kata Grace malem itu untuk hal mencari atau melakukan pekerjaan.
Begituah. Disamping seorang Grace pasti ada kekurangannya (in fact, pernah saya tulis di sini), saya selalu mengapresiasi dan mengingat-ingat kualitas dari dia yang membuat saya jatuh cinta.
5 tahun lebih menikah, kami mengamini ungkapan super cheesy: falling in love is easy but staying in love is hard. It takes effort to build such teamwork. Acknowledging qualified trivialities from Grace, in fact, is one of my ways to keep our boat in steady direction.
How about you?
***
Grace:
Ini salah satu hal yang bikin saya terharu lagi sama Adit. Dia bela-belain mau kelarin tulisan ini, walaupun singkat, demi bikin saya nggak kepikiran karena minggu ini saya cuman publish satu tulisan baru di blog lantaran sakit.
Thank you so much, Adit!
Semoga bisa jadi pelepas kangen sama tulisan Adit yah.
Ada request tema buat next postingan?
Have a nice day!
Love,
Gesiii, apa yg dipikiran Adit tentang care tapi nyablak mungkin sepikiran sama Panda, hahahaha. Semoga apa adanya kita, bikin mereka makin jatuh hati ma kita ya mams, hahahaha. Speedy recovery ya Gesi, kmrn abis sakit kan? ^_^
ReplyDeleteSingkat tapi penuh makna.. bikib baper deh.. ..
ReplyDeleteOmg #couplegoals detected nihhh
ReplyDeleteAw aw aw, bikin mupeng pengen dibikinin list kayak gini juga sama PakNaj, heheheh
ReplyDeleteolalaaaa...ini suami bisa nulis ttg mb gesiii gini hahaha....keren ihhh...semoga suamiku juga mendapat hidayah seperti mas adit y mbak...hahahaha
ReplyDeleteMami ubii istirahat aja dulu, kala udah benar- benar pulih baru ngepost lagi ^^
ReplyDelete"falling in love is easy but staying in love is hard."
aiih setuju banget karena berasa awal nikah duh jatuh cintrong ampun-ampunan, lewat setahun kadang cinta kadang kesel. haha.
Semoga selalu langgeng sampai tua mba gesi dan mas Adit. ^^
duh cocuwit banget siiihhh :)
ReplyDeleteMelting aku bacanya Mami...
ReplyDeleteAndai doi juga mampi nulisin kata2 demikian, hhee
Long lasting yaa Mamiii
hheee
so sweet, pgn mnta suami nulis ini jg
ReplyDeleteSingkat tp so sweetnya mas adit..
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTulisan papi Ubi bisa jadi bahan ide nih buat ngajuin tema tulisan ke suami hihihi. So sweet deh mbak. Semoga dimudahkan masa pemulihannya mbak
ReplyDelete"falling in love is easy but staying in love is hard. It takes effort to build such teamwork.". Betul banget. Suka ngiri sama Mom Gesi yang suaminya bisa menyampaikan perasaan secara terbuka. Suamiku kebanyakan ngasih kode, ngalah2in perempuan. Tapi I know he love me in his own way.
ReplyDeleteMami,cerita ttg opname yg kmrn dong,itu knp?
ReplyDeleteHahaha pertama kali kopdar dgn mbk Grace kyknya emang orgnya kalau ngomong langsung tunjek poin ya, gak jaiman, mau bilang "nyablak" ntr dikeplak haha :P
ReplyDeleteIh Gesi, masa ini singkat? :D
ReplyDeletePanjang ini mah.
BTW, suka sama tulisan ini.
Jadi ingat suami. Saya yakin kalau dia juga mengingat2 hal baik dari saya di samping banyak kekurangan saya sehingga sampai sekarang, setelah (baru) 18 tahun nikah kami masih bisa seperti pengantin baru.
Tapi sayangnya, dia gak nulis seperti ini hihi
Padahal saya pengen juga sesekali dia nulis. Dia malah lebih dulu punya blog dibandingkan saya tapi sudah lama gak lanjut hehehe.
Ish *getok kepala sendiri* tiap orang beda, sih ya, hehehe.
Salut buat Gesi dan Adit.
Manis sekali tulisan ini, sukaa.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteGesi... Gesi... tulis time capsule donk buat Adit... untuk 3 th ke depan gitu, atau 5 th ke depan. Nanti buat diary papi Ubii, Adit yang tulis balik...
ReplyDelete