Salah satu seni punya balita adalah menghadapi temper tantrum. Aiden juga sudah masuk banget di fase ini. Sempat beberapa waktu lalu, nyaris tiap hari ada aja momen dia marah-marah nggak jelas. Cara ngungkapinnya macam-macam. Pukul diri sendiri, pukul orang lain, lempar dan banting barang, dan nangis gerung-gerung.
Awalnya sih saya biasa aja karena hitungannya masih jarang. Tapi begitu ada masa hampir tiap hari dia kaya gitu, saya minta bantuan Adit untuk cari tahu dengan googling dan nanya-nanya ke temen-temennya. Btw, itu salah satu pembagian tugas parenting saya dan Adit.
Adit pun menunaikan tugasnya. Abis dapet hasil, dia cus laporan ke saya. Maka jadilah blogpost ini yah, meskipun hasil googling-an Adit tanpa sumber. Dia nggak nyatetin sumbernya, euy. Hope that's okay for you.
Btw, Aiden saat ini umurnya 2 tahun. Dua tahun lebih sih. Kemarin dua tahun pas nya 10 September.
First, what's a temper tantrum anyway?
Temper tantrum adalah kondisi emosional yang sangat umum dialami sama anak-anak usia 1 sampai 4 tahun. But 'worst' nya di usia 2-3 tahunan biasanya. Penyebabnya adalah karena mereka belum mampu mengekspresikan emosi mereka dengan kata-kata. Emosi yang susah tersalurkan ini biasanya perasaan macam frustrasi, kesel, marah, dan kecewa.
Mostly karena mereka nggak mendapatkan apa yang mereka inginkan, namun mereka belum mengerti kenapa mereka nggak bisa dapetin itu. Atau bisa juga karena lagi pengin diperhatiin banget sama orang di sekitarnya. Dan bisa juga karena mereka simply ... ngantuk!
Iya, ngantuk! Jadi Adit baca-baca artikel kan. Ternyata anak balita itu ada juga yang ngerasa nggak nyaman ketika mereka ngantuk. Anak-anak punya curiosity dan excitement yang luber-luber. Penginnya explore terus sana-sini. Nah saat mereka ngantuk, mereka akan jadi yang, "Aduh ini aku kenapa sih. Masi pengin main tapi kok mata berat yah" yang ternyata they hate that feeling.
Logika kita kan kalau ngantuk ya bobok lah, susah amat. Kita aja malah mendamba masa-masa di mana bisa bobok sepuasnya tanpa mikir kerjaan kan hahaha. Anak balita mah beda. Malah kzl kalo capek di saat masih pengin main. Makanya banyak anak yang kalau ngantuk malah bertingkah dan ngelawan rasa kantuk. Kalo bahasa Jawa nya tuh ... golek-golek.
Apalagi kalo misal udah ngantuk tapi maksa masih main lalu akhirnya kejedot atau kesandung terus jatoh. Aiden kalo kayak gitu, duh dia bisa jadi keselnya kesel banget terus marah-marah. Ya lagian ngana kenapa ga bobok aja sigh.
Apalagi kalo misal udah ngantuk tapi maksa masih main lalu akhirnya kejedot atau kesandung terus jatoh. Aiden kalo kayak gitu, duh dia bisa jadi keselnya kesel banget terus marah-marah. Ya lagian ngana kenapa ga bobok aja sigh.
Mereka kepengin ngotot tapi bingung ngomongnya gimana. Bahasa ekspresifnya belum di level yang tertata banget kan. Yaudah deh jadilah temper tantrum.
Di sini lah kudu tengah-tengah. Artinya, di satu sisi, kita perlu menyadari bahwa fase tantrum ini memang lumrah terjadi. Emang ada fasenya, jadi kita emak bapaknya juga better jangan malah marahin anak kalo mereka lagi ajaib-ajaib tingkahnya. Tapi, di sisi lain, ya tetap perlu diarahkan supaya pelan-pelan mereka bisa mengekspresikan rasa frustrasinya dengan cara lebih unyu.
Hosh hosh parenting is challenging yah!
Baca: Jadi Ibu Itu Nggak Gampang
Bagian tak terpisahkan dari googling tentang temper tantrum, of course, adalah baca-baca bagian solusi atau what parents can do when dealing with children having tantrum. Saya jembreng di sini sesuai yang diingat Adit dan dilaporin ke saya yah. Mungkin belum lengkap, so feel free kalo mau nambahin okay.
💪 Kita kudu tetap tenang. Biarkan anak mengekspresikan perasaannya dengan tantrum.
💪 Peluk anak sampai mereka tenang. Atau diamkan.
💪 Ajak anak berdialog sederhana, tanya kenapa dia marah, sampaikan kemungkinan-kemungkinan mengapa dia kesal. Tujuannya adalah lama-lama anak bisa mengenali perasaannya.
💪 Jangan dibujuk untuk diam dengan mengiming-imingi sesuatu.
Baca: Berkata Tidak Pada Anak
💪 Kasih apresiasi (bisa berupa pujian, pelukan, etc yang bukan barang) saat anak sudah tenang.
💪 Singikirkan benda-benda yang kayaknya bakal bahaya kalau dibanting dan dilempar.
💪 Kasih tahu bahwa marah itu tidak apa-apa, namun jangan sambil jedugin kepala, banting barang, and such.
Untuk poin-poin anjuran what to do for parents di atas, I guess tidak ada yang 100% benar, 100% manjur, dan 100% saklek yah. Bener-bener kembali lagi ke karakter anak masing-masing.
Baca: Kelakuan Ajaibzzz Aiden
Kayak misal poin peluk anak saat sedang tantrum. Well, it works for some kids. But it doesn't really work for Aiden, I suppose. Ketika Aiden sedang tantrum, kalau dipeluk, dielus, atau didekati yang saya berusaha menunjukkan afeksi, dia mostly malah akan makin kesel. Ujung-ujungnya, malah bakal makin lama nangis atau marahnya.
Untuk Aiden, ternyata lebih manjur kalau dia didiamkan aja. Dikasih waktu dan space untuk mengekspresikan marahnya dia. Jadi saya, Adit, atau Mbak Nur yaudah cuek aja pura-pura sibuk ngapain. Nanti lama-lama Aiden bakal diem sendiri. Or at least, lama-lama dia bakal nunjukkin sign kalau dia udah bisa diapproach. Baru deh abis itu kami peluk dan keluarin nasihat-nasihat.
Melihat hal ini, saya jadi makin sadar lagi bahwa anak-anak itu bener-bener variatif. Teori-teori parenting ini, anu, ono yang manjur di anak A, belum tentu manjur di anak B. Jadi reminder lagi untuk menahan diri supaya nggak gampang menganjurkan ini itu kecuali kalo diminta.
Baca: Parenting 101 - Tips For New Moms
Semoga poin-poin tips di atas ada yang bisa diaplikasikan ke anak kalian yah. Dan plis tambahin kalau ada tips lain yang belum saya tulis.
All in all, some conclusions are drawn into this:
💖 Temper tantrum is perfectly a normal thing to happen in 2-3 year old kids.
💖 Mereka belum bisa mengekspresikan emosinya dengan kata-kata, makanya tantrum adalah 'solusi' buat mereka.
💖 But tetep perlu diarahkan kalau tantrumnya udah destruktif atau menyakiti diri sendiri or orang lain.
💖 Penting untuk anak tahu bahwa marah itu nggak apa-apa, things will get better eventually.
Sebenernya masih ada satu poin lagi sih. Kemungkinan mudah tantrum karena anak terlalu dimanja dan dimaklumi, tapi kayaknya saya jadikan next post aja sendiri yah.
Okay, selamat menghadapi fase tantrum anak. Kalo lagi capek, jangan lupa bikin Indomie dan es teh yah! Hahahaha saran yang tidak sehat namun enak wek.
Baca: 5 Cemilan Terenak Versi Gesi
Untuk buibu yang barusan-barusan banget ngalamin anak tantrum, kaget nggak sih? Hehehe. Awalnya saya wow kaget, kirain Aiden anak paling badung. Tapi nggak kok. Temper tantrum is okay. Tarik napas panjang, hembuskan, bikin Indomie (tetep). Selamat menghadapi tantrum-tantrum yang akan datang hahaha.
Mangats!
Love,
Baca: Jadi Ibu Itu Nggak Gampang
Bagian tak terpisahkan dari googling tentang temper tantrum, of course, adalah baca-baca bagian solusi atau what parents can do when dealing with children having tantrum. Saya jembreng di sini sesuai yang diingat Adit dan dilaporin ke saya yah. Mungkin belum lengkap, so feel free kalo mau nambahin okay.
💪 Kita kudu tetap tenang. Biarkan anak mengekspresikan perasaannya dengan tantrum.
💪 Peluk anak sampai mereka tenang. Atau diamkan.
💪 Ajak anak berdialog sederhana, tanya kenapa dia marah, sampaikan kemungkinan-kemungkinan mengapa dia kesal. Tujuannya adalah lama-lama anak bisa mengenali perasaannya.
💪 Jangan dibujuk untuk diam dengan mengiming-imingi sesuatu.
Baca: Berkata Tidak Pada Anak
💪 Kasih apresiasi (bisa berupa pujian, pelukan, etc yang bukan barang) saat anak sudah tenang.
💪 Singikirkan benda-benda yang kayaknya bakal bahaya kalau dibanting dan dilempar.
💪 Kasih tahu bahwa marah itu tidak apa-apa, namun jangan sambil jedugin kepala, banting barang, and such.
Untuk poin-poin anjuran what to do for parents di atas, I guess tidak ada yang 100% benar, 100% manjur, dan 100% saklek yah. Bener-bener kembali lagi ke karakter anak masing-masing.
Baca: Kelakuan Ajaibzzz Aiden
Kayak misal poin peluk anak saat sedang tantrum. Well, it works for some kids. But it doesn't really work for Aiden, I suppose. Ketika Aiden sedang tantrum, kalau dipeluk, dielus, atau didekati yang saya berusaha menunjukkan afeksi, dia mostly malah akan makin kesel. Ujung-ujungnya, malah bakal makin lama nangis atau marahnya.
Untuk Aiden, ternyata lebih manjur kalau dia didiamkan aja. Dikasih waktu dan space untuk mengekspresikan marahnya dia. Jadi saya, Adit, atau Mbak Nur yaudah cuek aja pura-pura sibuk ngapain. Nanti lama-lama Aiden bakal diem sendiri. Or at least, lama-lama dia bakal nunjukkin sign kalau dia udah bisa diapproach. Baru deh abis itu kami peluk dan keluarin nasihat-nasihat.
Melihat hal ini, saya jadi makin sadar lagi bahwa anak-anak itu bener-bener variatif. Teori-teori parenting ini, anu, ono yang manjur di anak A, belum tentu manjur di anak B. Jadi reminder lagi untuk menahan diri supaya nggak gampang menganjurkan ini itu kecuali kalo diminta.
Baca: Parenting 101 - Tips For New Moms
Semoga poin-poin tips di atas ada yang bisa diaplikasikan ke anak kalian yah. Dan plis tambahin kalau ada tips lain yang belum saya tulis.
All in all, some conclusions are drawn into this:
💖 Temper tantrum is perfectly a normal thing to happen in 2-3 year old kids.
💖 Mereka belum bisa mengekspresikan emosinya dengan kata-kata, makanya tantrum adalah 'solusi' buat mereka.
💖 But tetep perlu diarahkan kalau tantrumnya udah destruktif atau menyakiti diri sendiri or orang lain.
💖 Penting untuk anak tahu bahwa marah itu nggak apa-apa, things will get better eventually.
Sebenernya masih ada satu poin lagi sih. Kemungkinan mudah tantrum karena anak terlalu dimanja dan dimaklumi, tapi kayaknya saya jadikan next post aja sendiri yah.
Okay, selamat menghadapi fase tantrum anak. Kalo lagi capek, jangan lupa bikin Indomie dan es teh yah! Hahahaha saran yang tidak sehat namun enak wek.
Baca: 5 Cemilan Terenak Versi Gesi
Untuk buibu yang barusan-barusan banget ngalamin anak tantrum, kaget nggak sih? Hehehe. Awalnya saya wow kaget, kirain Aiden anak paling badung. Tapi nggak kok. Temper tantrum is okay. Tarik napas panjang, hembuskan, bikin Indomie (tetep). Selamat menghadapi tantrum-tantrum yang akan datang hahaha.
Mangats!
Love,
Aku masih sering terpancing mbak kalo Kak Ghifa lagi tantrum gitu. Apalagi kalo pas lagi capek2nya pulang kerja. Habis gitu anaknya tidur menyesal. Hahaha.
ReplyDeleteAiden sama dengan Kak Ghifa, kalo lagi marah mintanya dicuekin. Gulung2 di lantai. Hahaha. Ntar kalau udah selesai diem sendiri terus nyari2 orang rumah. Hihi. Terpenting kalau pas marah guling2 gitu tetap diperhatikan biar nggak bahaya. Kadang ada kan ya yg jedot2in kepala ke lantai. Aku pernah lihat sendiri, Mbak. Kasihan banget.
dan mungkin juga..... lapar!
ReplyDeletekalo mamaku dulu belum ngerti teori per-tantrum-an, jadi kalau ada anaknya atau sekarang cucunya rewel, ya pilihan kemungkinan cuma : ngantuk dan lapar. hahaa
Anak saya dua, si kakak dan adek kalo lagi tantrum beda bgt cara ngadepinnya.
ReplyDeletetapi tetep dicuekin dulu adalah cara paling ampuh. Huahaha. apalagi kalau di tempat umum dan dia tantrum yasuda lah kita liatin aja.
Tapi kalo ada eyangnya, si anak nangis langsung diimingin barang yg dia suka..ini nih biasanya saya langsung ngambek plus ngomel sendiri
Ada saran dr saya mom untuk mencegah anak tantrum, salah satu hal penyebabnya krn dia pengen suatu brg kan..naa kl misal kita lg gak ada anggaran atau dia udh terlalu sering minta barang yg sama, ya sebisa mungkin hindari tempat jualan barang itu
ReplyDeletemisal hotwheels, ya jgn dilewatin toko mainan dl deh kalo kayaknya mood anak gak bagus (anak sy 4&5 thn udah mulai keliatan kl badmood, biasanya dr bgn tidur udh rewel)
atau sekalian gak usah dibawa keluar rumah dulu ..drpd dia ngs di tempat umum..huahaahaa , momy super tega yah
Anakku beda2 sifatnya ges. Alhamdulillah fylly itu cendrung kalem, ngalahan, dan seingetku yaaa, jyknya ga prnh tantrum kalo cm masalah barang yg dimau ga bisa dia dapet. Dijelasin dikit, dia lgs ngerti.
ReplyDeleteTapi adeknya, ampuuun hahahahahahaha.. Dia lgs fase kalo ga dapet apa yg dimau, dia bakal ngambek, guling2 di lantai, dan ga mau ngeliat k arah orang yg menolak. Tp ga jejeritan skr. Kalo dulu iyaa hahahaha.. Td pagi dia ngambek ama aku, sampe ga mau cium tangan, trs lgs ngebelakangin :p. Udh mendingan itu, biasanya pake acara nangis kenceng ngeliat aku pergi krn pgn ikut. So far sih, aku jg milih lbh cuekin aja kalo tantrumnya kumat. Sama kyk aiden, vrstan bakal lbh ngamuk kalo pas marah dia malah dipeluk :p.
Duh mom, anakku jg lg di fase itu, skrg 2th. Blm nemuin cra yg manjur nih, superrr bgt...tiap lg tantrum didiemin dia g mau mlah mkin kceng nangisnya, gliran dideketin mlah kruwes2 muka emaknya,haha. Sjauh ini ya ttp dipeluk smbil ajak ngbrol yg bs redain emosinya, atau klo g alihin k hal yg dia suka entah nyanyi atau mainan, tp ttp lama bgt reda.
ReplyDeleteYg penting emaknya hrs tenang, jgn ikutan tantrum, itu yg susah apalagi kalau lg cape, hihi...
ReplyDeleteGhaza mulai memasuki fase ini juga 😥
ReplyDeleteAku sendiri membiarkan dia nangis sampai puas tapi tetap tidak kuperbolehkan melempar apalagi memukul. Kalau mulai memukul atau melempar langsung tangannya kupegang dan mengatakan NO dengan tegas. Nanti setelah dia diam baru kuajak "bicara", dia kenapa nangis, sedihkah, marahkah, kecewakah sambil berusaha kujabarkan perasaan itu seperti apa... Terus dipeluk dan diberitahu lain kali gak boleh gitu... 😊
Tapi namanya balita sih kejadiannya keulang lagi, yang penting konsistenlah ya hehehe... Dan gak boleh ikutan tantrum juga. LOL
Mau nambahin nih,,,
ReplyDeleteJangan sampai kepancing kalo anak tantrum.
Banyak jg ortu kepancing. Waktu anak lg tantrum, ortu malah melototin, bentak plus maen tangan.
Anakku umur 8 tahun masih tantrun wajar ga ya mirip adik nya yg 2 tahun ampun deh
ReplyDeletebiasanya, talakin saja nanti diem sendiri, itu yang aku tahu dari teman-teman ku yang udah berkeluarga.
ReplyDelete