Hola! Akhirnya bisa ngisi blog lagi karena liburan ke Jepang telah usai dan saya udah balik ke Jogja, yeay! Apakah ada hadirin sekalian yang merindukan tulisan-tulisan saya? Minta dikangenin banget anaknya, heheh. Selama saya di Jepang, banyak banget yang DM ngomenin Instastories saya.
DM terbanyak itu nanyain tentang tetek bengek tour kayak saya pakai tour apa, harga paket ke Jepang yang kemarin saya ambil itu berapa rupiah, enak dan nggak enaknya apa liburan pakai tour. Saya jawab semuanya di sini yah.
Tentang tournya dulu. Kemarin saya sekeluarga pakai Panorama JTB. Kalau mau tahu lebih lengkap tentang Panorama, bisa langsung intip ke website mereka aja, yes. Untuk paket tour nya, kami ambil yang Japan Highlight Cherry Blossom, harganya sekitar 28 juta per orang.
Baca: Japan Trip Without The Kids
Baca: Japan Trip Without The Kids
Tour Japan Cherry Blossom itu 7 hari (termasuk hari berangkat dan pulang) dengan itinerary kayak begini:
Kalau nggak suka sama tempat-tempat tujuannya, no worries sih. Soalnya mereka punya beberapa macam paket tour ke Jepang. Ada Alpine Express, Japan Hiroshima, Tokyo Express dan lain-lain. Durasi hari dan harga nya juga beda-beda. Jadi bisa banget cari yang sesuai kantong dan sesuai sama selera. Yang sukanya main-main ke tempat macam Disneyland dan Universal Studio, mereka juga ada paket itu. Cuman saya nggak tahu harganya, silakan cek sendiri aja ya hehehe.
Masing-masing paket itu beda-beda highlight wisata nya. Ada yang lebih ke pemandangan, ada yang banyakan ke tempat belanja, endebre-endebre. So once again, bisa disesuaikan.
Kenapa saya pilih yang Cherry Blossom itu hanya karena nurut sama yang bayarin lol. Kebetulan mertua emang pengin banget liat sakura, jadi yowis ngikut aja.
Banyak juga yang nanya Panorama JTB itu recommended atau nggak. Honestly, saya nggak berani bilang recommended atau tidak karena saya belum pernah cobain tour lain, jadi kan nggak ada comparison. Tapi, saya bisa bilang pengalaman tour sama Panorama kemarin itu oke. Semua beres dan mereka udah punya nama. Jadi yang jelas mereka terpercaya.
Ini sekaligus satu tips untuk kalian yang kapan-kapan kepengin cobain ikut tour: Pastikan jasa tour yang kalian pilih itu udah punya nama, nggak abal-abal. Jadi udah pasti berangkat dan beres. Nggak ada cerita batal berangkat karena uang ditilep atau apa. Bandingin harga antar jasa tour juga baik untuk cari harga yang paling ramah sama kantong. Tapi menurut saya, jangan pilih yang murahnya kebangetan sampai nggak make sense. Malah serem soalnya, lol.
Nah sekarang plus minus nya ya.
PLUS:
Semua udah beres. Mulai dari cari tiket pesawat PP, transportasi dan makan selama di sana, pokoknya semua deh. Itu udah diurusin sama tour. Btw, 28 juta per orang itu udah termasuk tiket pesawat PP, makan tiga kali sehari, tiket transport dan tiket masuk ke tempat wisata berbayar selama di Jepang ya. Jadi duit yang kita bawa hanya untuk beli oleh-oleh atau keperluan sendiri.
Segala hal udah diurusin sampai beres sehingga kita tinggal terima jadi ini belum tentu jadi plus sih kalau orangnya tipe adventurous yang emang tertantang untuk coba hal baru, beli tiket, ngurus itinerary sendiri.
Buat kami yang rombongan ber-13 dengan 5 orang lanjut usia ya ikut tour semua diurusin menjadi preferensi ketimbang urusin semua sendiri. Kalau sekedar berdua sama pasangan atau sama sahabat sih mungkin oke coba dan urus semuanya mandiri. Tapi kalo ber-13 emang kayaknya enakan ikut tour.
Plusnya lagi, sama tour jelas dari awal dicariin tempat-tempat makan yang ada makanan halal nya karena di Jepang banyak pork meanwhile keluarga Adit Muslim semua. Kalo kami ber-13 sendirian, belum tentu bisa kayaknya cari tempat makan yang ada halal nya. Mau cari sampai nemu juga pasti makan waktu soalnya di Jepang ternyata banyak yang nggak bisa Bahasa Inggris dan resto di Jepang itu mostly kecil-kecil.
Poin semua beres sehingga tinggal terima jadi itu juga tentang visa. Semua diurusin sama Panorama. Kami cuma tinggal ngisi formulir dan kasih foto untuk visa doang. Perlu bawa apa aja selama di Jepang juga nggak perlu bingung sama sekali karena si Panorama udah kasih list barang-barang yang sekiranya diperlukan.
Infonya detail sekali sampai tentang nilai beli yen, di Jepang nggak ada porter, colokan listriknya harus yang kayak apa, berat maksimal bagasi di maskapai, etc, super lengkap. Bahkan sama mereka juga di-list in toiletries yang perlu dibawa, rule di hotel apa aja. Printilan kayak bawa payung lipat aja dikasih info sama mereka. Sedetail itu. Info-infonya dikirim dalam bentuk pdf via WhatsApp ke peserta tour. Jadi ya terima beres banget dari awal sampai akhir.
Another plus point is.. selama di bus ada local tour leader. Nah jadi ada 2 tour leaders. Satu yang dari Panorama nemenin mulai dari Jakarta, namanya Darwis. Satunya lagi orang Indonesia yang udah lama tinggal di Jepang, namanya Tama. Menurut saya ini plus karena kita jadi bisa denger banyak cerita selama di bus dan di tempat wisata dari Tama.
"Ah kalo sekedar info-info gitu sih kan bisa googling nggak perlu local tour guide"
Iya, awalnya saya mikir gitu. Tapi ternyata nggak juga karena Tama banyak cerita tentang gaya hidup, kepercayaan, habit, etc orang Jepang. Kalo sekedar info tentang tempat wisata sih iya emang bisa banget kita googling yah. Tapi keseharian dan values nya orang Jepang ini kadang lebih komprehensif kalo denger dari cerita yang experience-based dari orang yang udah lama tinggal di sana. Kita mau googling juga kadang nggak kepikiran soalnya.
Jadi selama di Jepang kemarin ya saya dapet banyak info baru. Tentang rule spousal visa, bantuan pemerintah Jepang untuk single mom per bulan nya berapa, rule punya rumah, jam kerja, rule gaji di sana kaya gimana, role suami-istri di Jepang seperti apa, values yang most Japanese percayai, habit, ukuran rumah, kegiatan sekolah anak, etc banyak banget dan menurut saya itu priceless sekali.
Contohnya ini deh, tentang sampah ya.
Kalau dari artikel-artikel dan foto-foto online, yes, saya bisa tahu bahwa Jepang itu negara yang super bersih, tidak ada yang suka buang sampah sembarangan, tidak ada sampah berserakan di jalanan.
But, from Tama, I could know much more. Dari Tama, saya jadi tahu semacam filosofi di balik tidak buang sampah sembarangan. Bahwa ternyata di Jepang tidak mudah ditemukan adanya tempat sampah yang berdekatan dan tersebar di mana-mana, tapi tetap aja jalanan minim sampah ternyata karena mereka believe that ketika tidak ada tempat sampah dan mereka nggak di rumahnya sendiri, it means mereka nggak berhak buang sampah seenak jidat. Bukan saja tidak boleh, namun tidak berhak. Tama really did use the term tidak berhak loh. Makanya mereka akan simpan bungkus tissue, permen, etc di tas mereka dulu sampai nemu tong sampah, baru buang.
Itu juga yang saya lihat dari temen SMA saya yang tinggal di Jepang yang kebetulan nyamperin ke hotel. Dia main ke kamar saya bawa anak-anaknya. Dia kasih biskuis ke anaknya dan bungkus biskuitnya spontan aja langsung dimasukkan ke tas nya sendiri. She didn't even bother to ask ada tong sampah nggak di kamar hotel.
Dari Tama, saya juga tadi tahu bahwa ketika ada yang terpergok buang sampah sembarangan, sama officer setempat itu bukannya yang langsung disuruh bayar denda, melainkan diceramahin panjang lebar di depan umum agak lama. Jadi mereka menertibkan warganya bukan dengan ancaman bayar denda, tapi ngenain ke mentalnya. Nggak mau malu karena ditertibkan diceramahin di muka umum, maka jangan nyampah sembarangan.
That I didn't find on Google.
Contohnya ini deh, tentang sampah ya.
Kalau dari artikel-artikel dan foto-foto online, yes, saya bisa tahu bahwa Jepang itu negara yang super bersih, tidak ada yang suka buang sampah sembarangan, tidak ada sampah berserakan di jalanan.
But, from Tama, I could know much more. Dari Tama, saya jadi tahu semacam filosofi di balik tidak buang sampah sembarangan. Bahwa ternyata di Jepang tidak mudah ditemukan adanya tempat sampah yang berdekatan dan tersebar di mana-mana, tapi tetap aja jalanan minim sampah ternyata karena mereka believe that ketika tidak ada tempat sampah dan mereka nggak di rumahnya sendiri, it means mereka nggak berhak buang sampah seenak jidat. Bukan saja tidak boleh, namun tidak berhak. Tama really did use the term tidak berhak loh. Makanya mereka akan simpan bungkus tissue, permen, etc di tas mereka dulu sampai nemu tong sampah, baru buang.
Itu juga yang saya lihat dari temen SMA saya yang tinggal di Jepang yang kebetulan nyamperin ke hotel. Dia main ke kamar saya bawa anak-anaknya. Dia kasih biskuis ke anaknya dan bungkus biskuitnya spontan aja langsung dimasukkan ke tas nya sendiri. She didn't even bother to ask ada tong sampah nggak di kamar hotel.
@kiyomi_no_mama |
Dari Tama, saya juga tadi tahu bahwa ketika ada yang terpergok buang sampah sembarangan, sama officer setempat itu bukannya yang langsung disuruh bayar denda, melainkan diceramahin panjang lebar di depan umum agak lama. Jadi mereka menertibkan warganya bukan dengan ancaman bayar denda, tapi ngenain ke mentalnya. Nggak mau malu karena ditertibkan diceramahin di muka umum, maka jangan nyampah sembarangan.
That I didn't find on Google.
Enaknya lagi, jadi nambah temen sesama peserta tour karena kemarin satu bus ada 25 peserta tour. Saya jadi kenal sama oma opa dari Magelang, pasutri dari Jakarta dan Lampung, pasangan ibu anak, pasangan nenek cucu. Bisa mengenal dan berbincang dengan orang baru selalu menyenangkan walau hari-hari awal masih pada jaim sih lol.
Dan ini sih, saya jadi belajar disiplin sama waktu banget. Soalnya setiap hari udah ditentuin harus sarapan jam berapa, kumpul di lobby hotel jam berapa, cus jam berapa, keluar dari tempat wisata A-Z jam berapa, semuanya. Belajar tepat waktu dan gerak cepat itu penting sih buat saya yang selama ini time management nya suka kacrut.
Baca: Management Waktu Ibu Rumah Tangga
Minus:
Padat banget dan saklek. Dari awal udah ditentuin sama mereka, nanti di tempat wisata ini berapa lama, jam berapa harus kumpul lagi di meeting point. Jadi misal belum kelar hasrat belanja tapi waktunya udah habis yaudah melangkah ke bus dengan hati nggak rela hahaha.
Karena udah dijadwalin semua juga jadinya di setiap objek nggak bisa lama-lama. Maksimal 2 jam, abis itu cabut. Mau masih pengin foto-foto kek, pengin di situ nambah setengah jam kek, ya nggak bisa. Kadang rasanya jadi nggak puas. Bukan cuman nggak puas, kadang rasanya jadi gondok banget malah lol.
Saya ngerasa minus nya itu aja sih. Nggak yang gimana-gimana banget.
Setiap kali rasanya gondok banget, saya selalu inget ke sana dibayarin all free. Jadi ya nggak pantes banget kalau saya fokus sama ketidakenakan waktu terbatas. Malah kalau gondoknya kelamaan, saya jadi nggak bisa menikmati momen dan jadi sayang banget.
Jadi enakan ikut tour atau nggak?
Depends kamu orang yang kaya apa.
Pengin yang semua beres, udah diurusin, nggak perlu googling enaknya ke tempat wisata apa aja, nggak perlu bingung mikir transportasi dan makan, dan bisa denger cerita-cerita dari local tour guide ya enakan ikut tour.
Tapi kalo orangnya emang suka pengin cobain hal baru, menantang diri sendiri, ngurus semua sendiri, nggak suka dibates-batesin waktu, ya enakan liburan sendiri.
Masing-masing ada plus minus nya sih yaa.
Saya pernah ke Singapore dua kali. Satu sama Adit dan satunya lagi sama Icha dan Windi. Nggak pakai tour semua. Selama di Singapore emang santai banget. Bangun nggak perlu buru-buru amat karena nggak ada yang nunggu. Di satu objek wisata bisa lama terserah mau selama apa.
Baca: Story from Singapore with Annisast and Windi
Tapi kadang nggak bisa ngatur alokasi waktu. Yang tadinya niat mau ke sini, jadi batal karena hari udah habis atau nggak sempet. Atau tetep dijabanin, tapi karena kurang info, nggak tahu kalau tempat yang kami tuju udah tutup maka akhirnya batal juga.
Setelah ngerasain ikut tour ke Jepang begini, saya sempet ada obrolan santai sama Adit, kapan-kapan kalau ikut tour masih mau lagi nggak? Kayaknya mau-mau aja sih hahaha.
What about you? Kayaknya tipe yang mending ikut tour atau jalan-jalan sendiri, gengs? Ntar cerita day to day while in Japan nya menyusul yaaa.
Love,
Dan ini sih, saya jadi belajar disiplin sama waktu banget. Soalnya setiap hari udah ditentuin harus sarapan jam berapa, kumpul di lobby hotel jam berapa, cus jam berapa, keluar dari tempat wisata A-Z jam berapa, semuanya. Belajar tepat waktu dan gerak cepat itu penting sih buat saya yang selama ini time management nya suka kacrut.
Baca: Management Waktu Ibu Rumah Tangga
Minus:
Padat banget dan saklek. Dari awal udah ditentuin sama mereka, nanti di tempat wisata ini berapa lama, jam berapa harus kumpul lagi di meeting point. Jadi misal belum kelar hasrat belanja tapi waktunya udah habis yaudah melangkah ke bus dengan hati nggak rela hahaha.
Karena udah dijadwalin semua juga jadinya di setiap objek nggak bisa lama-lama. Maksimal 2 jam, abis itu cabut. Mau masih pengin foto-foto kek, pengin di situ nambah setengah jam kek, ya nggak bisa. Kadang rasanya jadi nggak puas. Bukan cuman nggak puas, kadang rasanya jadi gondok banget malah lol.
Saya ngerasa minus nya itu aja sih. Nggak yang gimana-gimana banget.
Setiap kali rasanya gondok banget, saya selalu inget ke sana dibayarin all free. Jadi ya nggak pantes banget kalau saya fokus sama ketidakenakan waktu terbatas. Malah kalau gondoknya kelamaan, saya jadi nggak bisa menikmati momen dan jadi sayang banget.
Jadi enakan ikut tour atau nggak?
Depends kamu orang yang kaya apa.
Pengin yang semua beres, udah diurusin, nggak perlu googling enaknya ke tempat wisata apa aja, nggak perlu bingung mikir transportasi dan makan, dan bisa denger cerita-cerita dari local tour guide ya enakan ikut tour.
Tapi kalo orangnya emang suka pengin cobain hal baru, menantang diri sendiri, ngurus semua sendiri, nggak suka dibates-batesin waktu, ya enakan liburan sendiri.
Masing-masing ada plus minus nya sih yaa.
Saya pernah ke Singapore dua kali. Satu sama Adit dan satunya lagi sama Icha dan Windi. Nggak pakai tour semua. Selama di Singapore emang santai banget. Bangun nggak perlu buru-buru amat karena nggak ada yang nunggu. Di satu objek wisata bisa lama terserah mau selama apa.
Baca: Story from Singapore with Annisast and Windi
Tapi kadang nggak bisa ngatur alokasi waktu. Yang tadinya niat mau ke sini, jadi batal karena hari udah habis atau nggak sempet. Atau tetep dijabanin, tapi karena kurang info, nggak tahu kalau tempat yang kami tuju udah tutup maka akhirnya batal juga.
Setelah ngerasain ikut tour ke Jepang begini, saya sempet ada obrolan santai sama Adit, kapan-kapan kalau ikut tour masih mau lagi nggak? Kayaknya mau-mau aja sih hahaha.
What about you? Kayaknya tipe yang mending ikut tour atau jalan-jalan sendiri, gengs? Ntar cerita day to day while in Japan nya menyusul yaaa.
Love,
Iya, udah kangen sama tulisannya Gesi, nih.. hehehe
ReplyDeleteBtw yang di foto itu, Mama dan kakaknya Adit, kah?
ReplyDeletewah iya kangen sama tulisan mami ubii dan aiden. Kalau saya untuk pertama kali lebih suka pakek tour travel karena masih nggak tahu banget tentang tempatnya. Kalau kali kedua pengennya urus sendiri karena pernah ada pengalaman :D
Kalau ada anak kayaknya mending ga pakai tour travel ya..
ReplyDeleteGa kebayang anak masih tidur kecapekan langsung digotong mengikuti jadwal berikutnya hehehe..
Btw kangen juga lama gak baca postingan baru ��
kalo ngga pake tour harus banyak cari info sendiri y mak
ReplyDeleteWalopun sampe skr blm prnh pake tur kalo traveling biaya sendiri, tp aku bukannya saklek ga akan pake tur seumur idup. Tur itu pasti akan aku pake, kalo aku ga punya temen utk jalan ke tempat itu, alias raka ga bisa ijut ato temen jalan2ku jg ga bisa nemenin :p. Nah, kalo bgitu, ya mnding aku pake tur. Soalnya ak yg g akan prnh mau jalan sendiri ges :p.
ReplyDeleteTapi selagi raka ato travelmateku bisa ikutan, pasti kita lbh milih jalan sendiri :)
Aku kemarin bdua sama suami ga ikut tour tp suami susun itenerarynya padet banget dan saklek.omg padahal kan pinginnya malas-malasan,haha
ReplyDeleteaku kayaknya pengen ikut tour aja deh, enak udah ada yg aturin sekalian aku jadi belajar buat lebih tertib, soalnya aku 3x ke Singapore sama suami dan anak, 3x itu juga ga berhasil mendatangi semua lokasi wisata hahahaa rata2 kebanyakan magernya :(
ReplyDeleteGiveaway....
ReplyDeleteKaos kaki...
Totorooo....
Akhirnya muncul lagi tulisannya.Hehehehe.Thanx sdh nnyempetin nulis.Jaga kesehatan jgn.lupa Gesi n Adit spy habis holiday ng tepar :-).
ReplyDeleteKak gesi tapi dikeluarga saya dan bahkan beberapa teman dekat, guru, dan dosen di indo loh ya juga punya budaya untuk masukin dulu tas sebelum nemu tong padahal kita gk ngikutin jwpang maksufnya gk tau kalau filosifinya di jepang itu gitu bener-bener dari kecil dikeluarga besar dan temen temen seprgaulan saya juga gitu kalau aku dama keluarga dan temen2 sbg org indo mikirnya kebersihan dimulai dari kita sendiri, semua individu harus punya kesadaran masing-masing, sedikit demi sedikit lama2 menjadi bukit. Akubsama temen temen dikampus malah suka byindir kalau misal lagi jln kemana ada yg ninggalin sampah gitu aja daaanbbn its work seenggaknya trnyata mrka masih punya rasa malu ketika disindir dan langsung tengteng lagi sampahnya
ReplyDeleteTentang diceramahin itu kalo diterapin di Indo gaakan ngena deh kayaknya kak Geci. Orang di sini mah kaya apa kalo diomongin huhu :(
ReplyDeleteKalo traveling sama banyak saudara dan ada orang tuanya juga memang lebih baik pakai tour ya.. Enak gak ribet dan bisa tepat waktu.. Gak kebayang kalo sendiri ngaturnya gimana.. Haha.. Asik juga ada local guide gitu ya Mba Ges, jadi dapet info menarik.. :D
ReplyDeleteSeruuu bangett ceritanyaa Mba ��
ReplyDeleteThanks for sharing. Jadi pingin ke sana juga hahaha
Kalau saya sih selama tempatnya masih asing mendingan ikut tour dulu aja hehe... sambil mempelajari medan biar next time bisa pergi sendiri
ReplyDeleteSeruuu banget sih kayanya, tinggal bayar sekian tapi udah beres semua. Bisa jadi referensi nih kalau pankapan mau ke LN, pake tour atau mandiri.
ReplyDeleteKalau disini, diceramahin kayak gitu, kayaknya dia bakalan lebih nyolot deh hahahaha
ReplyDeleteSoal pakai tour atau tidak, kalau aku di daerah baru yang benar2 aku gak tau terutama gak ngerti bahasanya ya mendinh pakai tour aja
Pengalaman pake tour itu aku dua kali dan jalan2 sendiri dua kali juga. Jawabannya adalah tergantung sikon. Hehehe.
ReplyDeleteAku pakai tour pas umroh sama ke Kuala Lumpur (urusan kerjaan). Enaknya sama tour itu gak pusing lagi sama destinasi, waktu, dan juga uang. Apalagi kalo perginya rame2 lebih dari 8 orang, udah deh pake tour aja. Banyak kepala banyak mau. Hahahaha.
Dua kali jalan sendiri ke Bangkok sama SG. Dan asik juga karena orangnya gak banyak. Jadi semua ikutin aku (yang ditunjuk sebagai guide karena udah bikin itinerary dan ngapalin peta LOL!).
Kayaknya kalo masih negara Asia enakan sendiri deh. Kalo di luar itu mending pake tour atau lebih enak kalau ada teman di sana.
belum pernah ke LN, tapi jadi tahu plus minusnya kalau traveling khususnya ke LN. thans banget ya mba ges atas infonya.
ReplyDeletekalau pergi sama temen emang enak gak pakai travel, bisa lebih santai dan nikmatin liburan tapi kalo pergi sama keluarga, lebih enak pakai travel lebih terarah dan kita gak perlu ribet..
ReplyDeleteaq beberapa kali liburan dengan travel dan emang bener mami ubi gak ada travel yang gak saklek, jd kalo kita misal ke jepang pgn ke tempat yang gak sesuai dg itenarary mereka biasanya kita di perbolehkan memisahkan diri dr travel tersebut yang penting harus kembali ke hotel di jam tertentu.
Welcome backkk, Mami Gesi! Kangen juga euy lama nggak baca postingan blog, hihi.
ReplyDeleteAku tim jalan-jalan sendiri tanpa tur. Karena aku lebih suka explore suatu tempat dengan bebas dan caraku sendiri. Honeymoon kemarin aku dan suami ke Jepang modal Google Maps, kamus dan bahasa tubuh. Alhamdulillah, survived hahahaha. Ada keseruan sendiri sih kalau jalan-jalan tanpa tur. Mungkin lain ceritanya kalau yang berangkat orang tua, ya. Contohnya, kayak mertuaku yang siap berangkat dengan tur minggu depan. Tur itu memudahkan mereka banget dalam menyusun itinerary, komunikasi sama penduduk lokal, pergi ke tempat wisata dan sebagainya. Jadi, bener sih ada plus dan minus dan disesuaikan dengan kebutuhan aja.
Thank you for sharing Mami Gesi!
Akupun mak, rasanya gimana kalau dibuang sembarang tempat. Walau cuman bungkus permen sebiji doank pasti tak kantong bahkan kalau lupa pas nyuci celana / baju ada kresek-kresek baru keinget itu sampah di kantong baru dibuang deh wkwkwk
ReplyDeleteMau backpacker atau ikut tur yang penting ada uangnya ya mba hehehe
ReplyDeleteThanks for sharing, Gesi.
ReplyDelete