Beberapa bulan lalu saya pernah nonton dokumenter yang BAGUS BANGET PARAH di channel BBC Knowledge kalo nggak salah. Sebagus itu menurut saya sampai harus dibold! Dan se-eye opening itu that I feel the urge to finally share about it.
Dokumenternya tentang penuaan dini, gengs. Dulu, kalau denger term penuaan dini itu saya mikirnya cuma ke fisik. Kulit wajah udah keriput banget padahal baru umur 30an misalnya, atau kok udah botak, blablabla pokoknya fisik aja. I WAS WRONG.
Ternyata aging itu kaitannya nggak hanya ke fisik yang terlihat mata doang, tapi ke banyak aspek lain kayak kesehatan tulang, kemampuan menanggapi sesuatu, problem solving skill, daya ingat, kemampuan belajar sesuatu, banyak deh.
Dokumenternya ini memeriksa beberapa orang, saya cuman inget case 3 orang, terkait aging. Apakah mereka menua dengan properly atau nggak. Niat dan scientific banget observasinya. Di sebuah pusat study kesehatan (tapi lupa namanya) di Amerika sana, peralatannya canggih abis, banyak doctors dan researchers nya. You can imagine.
Nggak cuman ngecek apakah tiga orang ini aging properly loh, tapi setelah itu dievaluasi sama-sama, lalu disusunin program-program, dan dites lagi apakah program yang udah mereka jalankan itu akhirnya efektif dan berdampak buat mereka.
AUTO PENGEN KE AMRIK.
Ikut cek doang, terus balik Indo lagi~
AUTO PENGEN KE AMRIK.
Ikut cek doang, terus balik Indo lagi~
Saya ceritain satu-satu.
Orang pertama.
Male, married with kids, usianya 40 tahun awal. Physically, perutnya buncit. Sebut aja Tayo biar gampang, ok, coz I forgot his actual name hehe.
Tayo ini nyadar banget perutnya buncit. Maka saat jalanin tes pertama, dia pede bahwa masalahnya dia paling cuman obesitas doang.
Male, married with kids, usianya 40 tahun awal. Physically, perutnya buncit. Sebut aja Tayo biar gampang, ok, coz I forgot his actual name hehe.
Tayo ini nyadar banget perutnya buncit. Maka saat jalanin tes pertama, dia pede bahwa masalahnya dia paling cuman obesitas doang.
But no. Obesitas, emang iya, confirmed. Tapi ternyata kesehatan tulang, otot, dan blablabla nya dia itu setara laki-laki yang umurnya 60-an tahun. Tayo keliatan shocked banget waktu keluar result ini. Beneran, soalnya ada scene dia nganga dan matanya keliatan berkaca-kaca gitu loh. Dia jadi parno kalau nggak sehat jadi nggak bisa nemenin anaknya lebih lama. Anaknya masih balita, btw.
Ditelusuri juga kan penyebabnya apa. Menurut tim riset, ternyata karena Tayo kurang gerak. Dia pekerja kantoran yang berjam-jam duduk terus dan dengan workload yang hectic banget. Jarang olahraga juga. Abis itu Tayo dikasih program harus kerja sambil berdiri. Dibikinin tuh desk yang modelnya kita harus berdiri dan dikasih rule harus berdiri minimal berapa menit per sesi.
Kaya gini btw modelnya, in case belum pernah liat:
Dia juga dikasih program olahraga dengan sepedaan. Jadi dalam seminggu harus sepedaan minimal sekian jam. Setelah beberapa minggu, dites lagi dan hasilnya ada perbaikan. Yang sebelumnya terbaca kayak usia 60-an, jadi kayak usia 40-an akhir. Jelas sebuah progress.
Orang kedua
Female, married with no kids, usia sekitar 30-an. Physically, terlihat agak gemuk dan gempal karena kayanya nggak terlalu tinggi deh. Sebut saja perempuan ini dengan nama Ambarwati.
Female, married with no kids, usia sekitar 30-an. Physically, terlihat agak gemuk dan gempal karena kayanya nggak terlalu tinggi deh. Sebut saja perempuan ini dengan nama Ambarwati.
Hasil pemeriksaan menunjukkan dia aging not properly. Badannya lebih tua daripada usianya. Sama kayak Tayo, ada problem obesitas juga. Untuk Ambarwati, programnya di pola makan. Sepertinya cukup ketat deh karena tiap dia masak jadi harus yang nakar dulu dan ngitung kalori dulu. Dan tampaknya nggak lezat karena dia sering keliatan nggak menikmati makan. Ada juga beberapa momen dia hampir nyerah tapi disemangatin terus sama suaminya, akhirnya back on track lagi.
Baca: 5 Cemilan Terfave Gesi
Baca: 5 Cemilan Terfave Gesi
Dan suaminya luv banget. Rela ikut makan makanan yang tampak nggak mengundang selera itu demi dampingin perjuangan istrinya untuk lebih sehat.
Setelah berminggu-minggu, cek ulang, hasilnya oke. Selain lebih sehat menurut mesin cek, physically Ambarwati juga keliatan lebih slim. Size bajunya jadi lebih kecil daripada sebelumnya.
Nah sampai situ dulu, bukan info baru yah sebenernya. Kita juga tahu kan kalau mau badan sehat itu ya olahraga dan jaga pola makan. Tahu, tapi sudah melaksanakan apa belum? Itu yang jadi pertanyaan. HAHAHA. Case Tayo dan Ambarwati tadi related nya ke badan jasmaniah banget.
Case ketiga yang eye-opening, menurut saya.
Orang ketiga
Female, widow, usianya 50 tahun lebih. Dari segi fisik, terlihat sehat dan proper banget loh. Nggak obesitas, nggak begitu keriput, dan nggak bungkuk. Tapi tetep aja hasil tes menunjukkan performanya lebih tua dari usia yang sebenarnya.
Female, widow, usianya 50 tahun lebih. Dari segi fisik, terlihat sehat dan proper banget loh. Nggak obesitas, nggak begitu keriput, dan nggak bungkuk. Tapi tetep aja hasil tes menunjukkan performanya lebih tua dari usia yang sebenarnya.
Btw, orang ketiga ini sebut aja dengan Marimar.
Jadi kenapa? Ternyata kemampuan otaknya. Saya lupa istilahnya apa huhu sori yah gengs, tapi kasarnya, otaknya itu lebih tumpul dan (maaf) lebih lemot daripada milestone usianya. Penyebabnya karena setelah ditinggal suaminya meninggal, dia jadi jarang berinteraksi sama orang lain. Seringnya di rumah doang, sendirian, melakukan kerjaan rumah 'doang,' nggak ada lawan bicara, nggak ada kegiatan untuk stimulasi otak.
Baca: Diari Papi Ubii #11 ― What To Do Before You Die
Baca: Diari Papi Ubii #11 ― What To Do Before You Die
Ini sedih sih sebenernya ya :(
Akhirnya Marimar dikasih program kursus bahasa asing dan harus socialize sama orang. Setelah itu dicek lagi dan hasilnya bagus, ada progress.
―
Dari dokumenter itu, especially di case Marimar, saya jadi dapet beberapa fun facts:
1) Belajar bahasa asing itu tips ampuh untuk 'memakai otak' --> Jadi kamu-kamu yang suka belajar Bahasa Korea dari drakor, ayo lanjutkan! Bagus ternyata buat sistem syaraf otak kalian.
2) Social interaction ternyata penting buat kesehatan. Tapi bukan hanya dari media sosial yaaaa.
3) Mempelajari hal baru (nggak harus bahasa asing) itu diperlukan. Bukan semata-mata biar skillnya nambah doang, tapi ternyata itu menstimulasi otak kita juga.
Abis nonton itu, saya langsung nanya sama diri sendiri "Ayo mau belajar hal baru apa nih?" biar ada latihan buat otak. Belajar apa kira-kira yang waktunya fleksibel dan emang saya juga minat biar semangat dan nggak kepaksa.
Baca: Kegalauanqu Tentang Quliah
Akhirnya saya pilih banyakin baca artikel dalam Bahasa Inggris aja sih. Bukan hal yang 'baru' banget buat saya sebenernya, tapi yaa lumayan otak masih 'dipaksa' kerja yang waktunya fleksibel banget.
Baca: Kegalauanqu Tentang Quliah
Akhirnya saya pilih banyakin baca artikel dalam Bahasa Inggris aja sih. Bukan hal yang 'baru' banget buat saya sebenernya, tapi yaa lumayan otak masih 'dipaksa' kerja yang waktunya fleksibel banget.
Kalian yang ibu rumah tangga tanpa nanny dan mostly di rumah terus, bisa juga loh 'melatih otak' gitu, kalau emang mau. Sekarang udah nggak perlu lagi terlalu meratapi "ya kan gabisa keluar rumah kalo mau ikut kursus, ya kan ga ada yang dititipin anakqu" or such karena banyak kan kesempatan belajar sesuatu secara online. Bisa di website, lewat WA, atau aplikasi.
Mau belajar bahasa, misalnya, cek deh Bahaso, Babbel, British English Class (bisa via Skype dan WA loh!), dan lain-lain. Barusan saya googling belajar bahasa online, result yang muncul bejibun banget.
Belajar skill ketrampilan, sekarang di YouTube banyak banget tutorial. Baru aja search di YouTube, nemu ada tutorial menjahit, make up, menyulam, membuat boneka flanel, cem-macem. Tutorial tiktok juga ada wtf. Hahaha.
Intinya, sekarang itu era informasi yang sangat accessible. Jadi harusnya kita bisa memfasilitasi dan mengedukasi diri sendiri dengan menyesuaikan waktu kita masing-masing. Kalau emang niat dan ingin, sekali lagi, itu kuncinya.
Tapiiiiiiiiii~
Saya ngerti juga sih, mungkin kita buibu ini udah capek setelah ngelakuin rutinitas harian, nemenin anak main, masak, nyuci, ngepel, nyetrika, dan tetek bengeknya. Jadi begitu anak udah tepar, ya penginnya nyantai main henpon doang.
Ya gapapa, understandable banget kok.
Tapiiiiiiiiii~ (2)
Main henpon leyeh-leyeh juga bisa loh sambil ngasah otak. Main games yang pakai mikir. Ini aplikasi andalan saya:
Peak ― Brain Training
INI BUKAN SPONSORED POST ya gengs. Saya beneran sesuka itu aja sama app nya. Nemunya nggak sengaja pas saya cari-cari games 'mikir' di App Store. Waktu itu saya niatnya mau download games teka-teki silang sama word search. Ndilalah muncul lah Peak itu di related apps.
Peak ini in-app purchase. Artinya bisa dinikmati secara gratis, tapi ya nggak bisa ngerasain semua fitur. Sebulanan lebih kali saya pakai yang gratisan doang, dan yang free itu pun udah mayan banget btw.
Jadi setiap hari, Peak akan nyiapin 5 games buat kita. Bukan asal games, tapi games yang ngasah beberapa aspek. Bisa diliat nih, ada yang ngelatih problem solving, memory, coordination, focus, language, mental agility.
Abis kelarin semua games di Just For You! nanti akan ada result nya. Sebenernya di Just For You itu ada 7 games, gengs. Tapi yang 2 terakhir baru bisa dimainin setelah kita nonton ads 15-30 detik. Ya maklum namanya juga gretong kan.
5 games yang bisa dimainin gratis itu cuma bisa satu kali main. Abis itu kalau kita pengin main lagi, harus nonton ads video lagi. Sekali lagi, maqlum namanya juga gretong cyint.
Setelah rutin mainin ini tiap malem selama sebulanan dan emang sesuka itu yaa, Adit nawarin saya untuk beli yang premium. Jadi udah bisa make semua fitur tanpa 'dipaksa' nonton ads. Harganya 179 ribu per tahun. Inget banget belinya tanggal 27 November hahaha.
Bedanya premium sama yang gratisan apa? Nah kalau yang premium, ya bisa unlock semua games dan semua kategori aja. Bisa ulang berapa kali pun bebas.
Kalau yang gratis, cuman bisa buka pack of games di Just For You. Jadi intinya games yang bisa dimainin itu dipilihin sama Peak. Nah kalau yang premium bisa buka series lain dan bisa milih sendiri mau main games yang ngasah apa.
179 ribu per tahun artinya per bulan cuman 14 ribuan aja. Worth it sih menurut saya yaaa.
Kita juga bisa cek performance kita btw.
Ini saya naik banget sih terutama di problem solving. Pas awal-awal itu cuman 18% an doang wtf. Sekarang udah 58% waw kubangga hahaha!
All in all, saya nggak ngerti ya apakah hanya dengan main game brain training gini bener-bener akan meningkatkan performa otak atau nggak. Tapi yang jelas, ini lebih 'berisi' daripada Candy Crush. Lebih nggak bikin insecure ketimbang main henpon stalk Instagram orang dengan feed sempurna lol.
Baca: Parents Nowadays And Their Insecurities
Cobain deh, yang gratisan dulu aja. Ada di android dan iOS. Saya kecanduan sekali nih. Tiap malem harus main ini sebelum bobo. Entah ini sugesti apa gimana, tapi abis game brain training gini biasanya saya lebih gampang ngantuk wkwk.
Naitu buat otak. Kalo buat wajah biar nggak menua dini gimana? Ya skin care lah. Mutlak. Jir saya padahal baru mulai skin care an Mei kemarin loh tapi sok menasihati hahaha. Masih pakai Ristra, in case ada yang kepo. Review Ristra baca di sini gengs. Cuman saya tambah FTE nya SK-II doang yang di luar Ristra.
Bhaiqlah sekian dulu. Berasa lama amat nggak update blog. Next kalau saya nemu app yang asyik lagi, saya review di blog yah.
Besok Jumat, lalu weekend, semangat!
Lov,
wuaduh... eye opening sekali ini artikel ttg aging...
ReplyDeleteTapi bener sih penuaan ga cuma di kulit aja.
Kemaren kemaren ini di kantor ada general check up, dan hasil nya ampir masuk ke range 'obesitas' padahal 55kg/162cm. Kadar lemak tinggi, terutama lemak di antara organ di bagian perut (kebayang jeroan ayam yang dikelilingin banyak lemak...
PR banget ini untuk kesehatan.
Wooowwww... kok aku jadi ngeriii kalo ikut tes di atas di amrik, bakal terdeteksi umur berapa tulangku. Secara, capek dikit encok langsung. Hehe. Harus olahraga ya emang :(
ReplyDeleteDuhhhh ini kok keren..lebih tertarik nonton BBC nya hahaha kalo main games nya ku belum sanggup ah kayanya..main games masih mobel lejen ae lah mengasah otak jg itu dlm kemampuan menjaga tutur kata ga kebawa emosi sama anak2 bocah lol😂
ReplyDeleteAuto googling cari nama episode nya di BBC😍
Wooww..pencerahaann. Thanks, Gesi!
ReplyDeleteIyes, kadang sbg sahm ngerasa otak tumpul bgt krn melulu ngerjain kerjan domestik bersih2 ��
ReplyDeleteBtw, mba gesi kalo share sesuatu kenapa bisa sampe menularkan kebahagiaan gini sih ��