Penuh nya rasa dan logika saya bukan penuh dengan emosi sih. I mean, ya ada deng emosi, capek, endebre endebre. Tapi sepertinya, porsi feeling yang lebih besar adalah ... pasrah. And frankly, I hate that feeling. I hate being pasrah.
Pasrah itu kayak nggak rela tapi direla-relain karena nggak ada solusi sih. Jadi rasanya ya setengah hati, campur aduk antara pengin do something to solve tapi juga nggak ngerti harus apa. Or in one word, helpless.
Belakangan ini mulai pada DM nanyain kabar Ubii, mengapa jarang ngepost tentang Ubii lagi, sehat nggak, blablabla. Truth is, maybe saya kemarin-kemarin itu sedang menata hati. Sempet banget kemarin saya nggak bisa terhibur sama sekali ngeliat Ubii, karena ya setiap hari dia cranky yang bikin saya bingung harus apa lagi.
Sebenernya tentang Ubii cranky itu bukan cerita baru yah. Udah pernah beberapa kali saya tulis, kalau nggak salah. Coba baca tulisan ini: Anak Cacat Yang Dipelihara Negara
Waktu nulis itu, saya belum sepasrah ini. Ya keselnya ada, capeknya ada. Tapi belum gamang (alah gamang!). Saat itu masih mensugesti diri sendiri bahwa fase challenging Ubii akan berlalu, bahwa mungkin tantrum-tantrum dan ngider ke mana-mana dan nangis kalau nggak dituruti itu hanya fase balita yang terlambat dan baru muncul, dan bahwa pasti lah someday dia akan kalem dengan sendirinya.
I WAS SO WRONG.
Ubii bukannya lebih kalem, tapi justru lebih heboh tantrumnya. Nangis ini nulisnya, capek. Pengin ngeluarin semua unek-unek tapi nggak ngerti nulis dari mana.
Dua bulanan ini kali ya, frekuensi tantrum nya malah lebih sering. Durasi tantrum juga lebih lama. Plus lebih heboh. Nangis dan teriak-teriak lebih keras. Yang kalau orang nggak sengaja denger dari luar rumah, mungkin ngiranya Ubii diapain, dikasarin.
Nggak mau tidur, dia akan tantrum super heboh. Ada kalanya saya atau Nur itu ngerti kalau Ubii belum ngantuk atau belum ingin tidur. But we took her to the bedroom anyway. Ya soalnya kami butuh istirahat, butuh sekedar rebahan sebentar. Jadi di kamar bareng-bareng, bukan Ubii sendirian. Lalu dia akan ya gitu, marah, teriak, jedugin kepala.
Yang bikin saya mencelos adalah dua bulanan ini akhirnya Mbak Nur pun udah mulai ngeluh. Bukan ngeluh yang gimana-gimana banget sih, dan bukan ngeluh yang jadi pengin resign juga. Cuman apa ya, Mbak Nur itu sepanjang saya kenal dia, orangnya strong banget physically dan sebelumnya jarang loh sampai masuk angin. Dulu, kalau Ubii cranky, Mbak Nur hanya akan diam.
Sekarang, kadang dia yang, "Udah to Bi, Mbak capek" or such.
Plis jangan blame Mbak Nur. I totally understand. Emang secapek itu soalnya.
Sekarang apapun yang nggak kebeneran dan nggak sesuai mau Ubii, dia akan bisa tantrum heboh. Padahal kami juga nggak ngerti dia maunya apa. Dan akhirnya belakangan ini Ubii sering ditaroh di stroller kalau pas di rumah. Hanya agar kami bisa rebahan sebentar, dan dia nggak ngerungsing ke kulkas, dispenser, dan area-area lain.
Kurang lebih dua mingguan ini, ada satu hal lagi yang bikin saya mixed feeling. Sedih, bingung, pengen nangis tapi nggak bisa. Belakangan ini Ubii suka pelorotin celananya sendiri. Beberapa kali, saya bangun pagi dengan Ubii posisi nggak pakai celana. Diaper juga ikut dicopot sendiri. Maybe she finds it funny, atau apa. Yang jelas, timing nya belum bisa ditebak.
Di sekolah juga pernah beberapa kali kayak gitu, saya dikasih tahu gurunya.
Gimana nggak campur aduk coba. Anak perempuan, belum ngerti apa-apa, sama sekali belum bisa jaga diri sendiri, lalu malah suka buka celana (dan diapers). Langsung overthinking takut dan kuatir kalau someday somehow di tempat umum kaya begitu, God.
Di saat-saat seperti ini saya jadi sangat mempertanyakan rencana Tuhan. Ngerti, manusia emang nggak bisa nebak rencana-Nya. Ngerti, jalan Tuhan itu pada akhirnya bakal baik buat umat-Nya. Tapi plis Tuhan, kurang apa lagi Kau uji hamba-Mu ini. Saya harus buktiin apa lagi sama Tuhan. Where did I miss? Where did I not see it?
I still pray and You know it. I pray every single night. What else could You possibly want from me? Kalau ujian bertujuan mendewasakan manusia, saya nggak papa kok nggak usah dewasa. I just want a normal life, walau saya juga belum sepenuhnya bisa mendefinisikan hidup normal.
Dan katanya Tuhan nggak akan kasih ujian melebihi kekuatan umat-Nya. Plis, Tuhan, jangan pikir Grace sekuat itu terus ya. Ok? Plis. Hehe.
(Ok sedikit lega setelah nulis).
Luv,
Semangat mami ubiii
ReplyDeletestay strong *hug virtual dari jauh*
Semoga mami ubii dan mbak Nur selalu diberi kesehatan ya, Aamiin.
ReplyDeleteTetap semangat Mbak Gessi. Semoga semua yang ngurusin Ubi tetap diberikan kesabaran dan hati yang kuat yaa :)
ReplyDeletestay strong mami ubii dan mbak nur!!! :')
ReplyDeletetetap semangat yaa mami ubii dan mbak nur, semoga cepat berlalu yaa..
ReplyDeletekeep srong,,,inget Tuhan sayang banget sama kamu mami ubiii
Semangat kak Ges!! We love u ❤
ReplyDeleteTetap kuat yaaa Mbak Gesiii *big hug*
ReplyDeletetetap semangat dan sabar yah mami ubi dan mbak nur juga, diberi kesehatan yang baik untuk terus menjaga ubi
ReplyDeleteNajla tantrum sampai usia 7tahun Mak Ges. Bener2 yang sehari bisa 3-10x 30 menit-2jam. Dan itu memang bikin orang ngira dia kenapa2. Sampai kami jadi bahan bullyian.
ReplyDeleteGimana aku ga helpless, hopeless juga. Sedih banget mana LDR, ga ada rewang, tinggal di rumah ortu, wah lengkap kalo dipikir2 stressor nya.
Pada akhirnya kalau ditanya bs berubahnya krn apa, aku cm bs jawab mgkn karena udah pada level pasrah. Minta tolong cuma sama Tuhan. Sebelum2nya aku ke dokter, psikolog, dll
Gesiiii. Big hug for you. Semoga semakin kuat untuk menghadapi ubii. Semoga ubii jg bisa segera melewati fase ini dan tantrum juga berkurang ya. Semangattt.
ReplyDeleteKeep strong Mami Gesi. Yakinlah pasti bisa melewati semua itu. Big hug. ��
ReplyDeleteCi Gesiii (: God hears your prayers and He does give you more strength to do all things. Sending virtual hugs!
ReplyDeleteKak gesi, semoga Tuhan segera mudahkan perjuangan kak Gesi dan keluarga. Mbak Nur juga, semoga gak lelah dan capek temenin Ubii dan mamanya. Semangat kak Gesi, saya yang cuman baca aja ikutan mbrebes. Tapi insya Allah kak Gesi kuat, kak Gesi bisa. Saya ikut mendoakan dari jauh ya,kak.. Semangat selalu,semoga Tuhan mudahkan.. aamiin..
ReplyDeleteMbak Gesi, mungkinkah Mbak Nur lebih lelah karena Mbak Gesi mulai kuliah lagi, jadi tanggung jawab yang tadinya dibagi berdua, sekarang mungkin lebih byk porsinya ke Mbak Nur (secara fisik)?
ReplyDeleteAku ngomong begini bukan karena ngga setuju Mbak Gesi kuliah lagi, it's wonderful that you can grow and get higher education.
Aku ngomong gini karena mencoba mencari penyebabnya secara logis, that's all :)
Kalau dekat mau aku pelu mbak grace. Aku nggak sendiri ternyata. Ternyata ada masanya kita sebagai ibu dari anak special needs segitu helples dan hopeless nya. semangat mbak grace. Semoga TUHAN selalu memberikan kemudahan untuk memahami maksud dari challenge ini. Tuhan memberkatimu iya.
ReplyDeletesemangat ya, semoga semuanya dimudahkan.
ReplyDeletesemangat ya Gesi dan mbak Nur.. walau aku tau, pasti kalian tak pernah berhenti menyemangati diri sendiri setiap waktu.. just sending you my best wishes that everything's gonna be OK.. :)
ReplyDeleteSedih baca tulisan Gesi kali ini.(: Cuma bisa mendoakan Gesi n mbak Nur supaya jangan lama-lama sedihnya ya 😁 GBU all
ReplyDeletesebagai pembaca setia tapi pendiam (jarang koment), ikut empati dengan mami gesi. Ikut mendoakan dr jauh buay mami gesi, ubii, papi adit, aiden dan mb nur yaaa....aku jd ingat lagu favoritku saat merasa helpless. Tak Pernah Tertidur by VOG
ReplyDeleteUbii umur brp mbk? Mirip anak q, mbak g sndirian ��
ReplyDeleteKadang saya juga sangaat2 capek Dan uring2an, tp klau udh baca2 artikel gini rasanya kyk ngecharge energi lagi buat ngadepin anak2
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThe "Beauty Melia" blog is an internet based location where the creator shares her encounters, considerations, and inventiveness. Perusers can investigate different points, including travel, way of life, and emergency protective order virginia individual reflections, giving a different scope of content for a connecting with and keen understanding experience separation before divorce
ReplyDeleteWe are sincerely grateful that your blog contains such excellent material. law offices near me || best lawyers in virginia.
ReplyDeleteSaya bisa merasakan betapa beratnya perasaan yang Anda alami saat ini. Menjadi orang tua, terutama dengan tantangan that's not my neighbor seperti yang Anda hadapi dengan Ubii, adalah perjalanan yang sangat menuntut secara emosional dan fisik.
ReplyDeleteFeeling Helpless is an emotional state where one feels powerless to influence or improve a situation. It can arise from overwhelming circumstances, uncertainty, or lack of control. Overcoming helplessness often involves seeking support, focusing on small achievable actions, and reframing challenges to regain confidence and a sense of empowerment.
ReplyDeleteDui Lawyer Manassas VA